Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Terlahir dari keluarga yang tidak menganut agama islam, David Nathan cowok yang mempunyai kulit berwarna putih, bertubuh tinggi 170 cm, berwajah tampan, cerdas dan memiliki rambut berwarna dirty blonde dia keturunan dari Eropa dan America. Semuanya berawal semenjak pindah rumah ke Jakarta karena Papahnya sedang membangun sebuah bisnis sehingga mengharuskan keluarganya untuk pindah rumah. Sejak saat itulah dia juga pindah ke kampus terkenal di daerah Jakarta yaitu Universitas Indonesia di daerah Depok.
Di kampus itulah dia mengenal Hamdan teman kelas yang memegang tolerasi yang tinggi terhadap agama, Hamdan adalah cowok yang jenius, pandai berpantun dan memiliki lesung pipi di pipi sebelah kanannya yang dikenal oleh David sebagai cowok yang humble.
Awalnya David ragu dengan kebaikan Hamdan kepadanya yang saat itu masih terbilang mahasiswa baru pindahan dari kampus luar negeri yang sebelumnya tidak ada mahasiswa yang menganut agama islam, jadi David agak asing dengan lingkungan di Indonesia dan teman-teman di kampus barunya ini.
“Lo gak keberatan berteman dengan gue Dan?” tanyanya saat mereka berada di kantin kampus.
Hamdan tertawa mendengarnya matanya memandang David penuh arti, “Gue gak pernah keberatan berteman dengan siapapun lagi pula gak ada dalil yang mengatakan bahwa orang islam tidak boleh berteman dengan yang non muslim, kita bisa saling menjaga tolerasi dan lo harus tahu indonesia itu menjunjung tinggi nilai toleransi,” jelas Hamdan sebari tersenyum hingga terlihat lesung pipi di wajahnya.
“Okey gue percaya sama lo,” katanya sembari tersenyum.
Ya perkataan Hamdan sangat menyentuh hati David saat itu dia beruntung memiliki teman seperti Hamdan, untung saja orangtuanya juga tidak pernah melarang dirinya untuk berteman dengan siapa pun dan seperti apa orang itu dia diberi kebebasan dalam memilih teman.
“Mari kita masuk ke kelas ada tugas yang harus gue kerjakan!” Hamdan beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kelasnya yang lumayan jauh dari tempat duduknya kini.
Universitas UI memang tidak diragukan lagi sudah banyak orang yang tahu tentang universitas satu itu, David dan Hamdan mereka satu fakultas mereka sama-sama masuk di jurusan akuntasi menajemen atas permintaan Papahnya David memilih jurusan itu dia ingin anaknya itu bisa meneruskan bisnisnya kelak.
Saat David mau naik ke lantai dua tidak sengaja mendengar anak-anak membicarakan tentang rutinitas rohis di kampus ini, ada keinginan untuk David masuk rohis tapi dia takut tidak diterima karena yang dia tahu kegiatan anak rohis itu berbau islamiyah.
Langkah David terhenti saat merasakan getaran ponselnya dia pun memasukan tangannya ke dalam saku celana mengambil ponsel di dalam sana.
“Ya ada apa Lex?” tanyanya dengan mengangkat ke dua tangannya saat Hamdan bertanya bertanda ‘tidak tahu’
Setelah berbincang-bincang tidak perlu waktu lama untuk Hamdan menunggu David mengakhiri teleponnya karena cowok itu langsung menutup teleponnya dengan cepat.
Hamdan memandang temannya itu dengan penuh tanda tanya, “Ada masalah bro?”
“Tidak ada, ya sudah yuk langsung ke kelas,” katanya sembari tersenyum simpul.
Mereka pun kembali berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga, tidak sengaja David mengamati percakapan dua orang perempuan yang sedang menawarkan temannya untuk makan tetapi temannya itu menolak dengan alasan dia sedang puasa, hal itu membuat David tertarik untuk lebih tahu yang sebenarnya.
“Tidak, hari ini aku berpuasa syaban aku tidak ingin melewatkan pahala di bulan ini,” jelas perempuan berhijab itu.
Hamdan memperhatikan pandangan David yang tertuju pada dua orang perempuan yang sedang membahas puasa syaban.
Lalu David pun menoleh memandang Hamdan, “Lo juga lagi puasa Syaban, Dan?” tanyanya dengan raut wajah yang bingung.
“Besok, Dav memangnya kenapa?” Hamdan bertanya balik sebelum memberitahu alasannya.
Perlu Hamdan akui bahwa David memang non muslim tetapi dia begitu menghargai dirinya sebagai seorang muslim dan terkadang David yang menyuruhnya untuk melaksanakan ibadah shalat jika dirinya sedang malas mungkin itulah salah satu alasan dia bisa berteman dengan David.
David yang cerdas masih penasaran akan hal yang belum dia mengerti, “Bukankah orang islam puasa di bulan romadhan saja?” ujarnya sesuai yang dia ketahui.
"Bukan di bulan romadhan saja Dav ada puasa senin-kamis, puasa syawal, puasa ayyamul bidh, puasa syaban dan puasa romadhan ada banyak hari-hari yang orang islam biasanya melaksanakan puasa," jelas Hamdan sembari terkekeh dia tertawa karena David yang terkesan lucu di matanya dan baru kali ini dia memiliki teman yang non muslim.
Penjelasan Hamdan mengenai puasa membuat David menganggukan kepalanya mengerti akan ibadah puasa orang islam dia juga tersadar akan satu hal bahwa dia pernah mendengar ke dua orangtuanya sedang berpuasa tapi dia tidak tahu puasa apa yang dilakukan ke dua orangtuanya itu hal itu menjadi pekerjaan rumah untuknya nanti setelah pulang kuliah.
Nathan memang sejak kecil sudah disuruh puasa oleh orangtuanya namun dia selalu menolak dengan alasan tidak kuat karena ada banyak puasa yang orang katolik lakukan salah satunya puasa dilaksanakan pada masa prapaskah, yang diawali pada hari Rabu Abu dan berakhir 40 hari setelahnya sampai pertengahan bulan April, yakni pada hari Jumat Agung. Ada pula umat katolik yang hanya berpuasa selama dua hari, yakni pada Rabu Abu dan Jumat Agung saja. Dia sedikit menyesal karena tidak mengikuti aturan untuk berpuasa juga.
Melihat David yang masih bengong Hamdan pun menepuk bahu temannya itu, "Yuk masuk gue harus ngerjain tugas dulu nih."
"Yahh ya sudah yuk!" kata David sembari menatap dua orang perempuan itu sebelum pergi ke kelasnya.
Bel masuk berdering diiringi dengan gemuruh anak-anak yang berlarian menuju kelasnya masing-masing, ada yang makannya belum habis sudah langsung dibuang di tong sampah ada yang sedang tidur di kelas mendadak langsung bangun untuk ke kamar mandi terlebih dahulu ada pula yang sedang bertengkar hanya masalah sepele menjadi baikan karena takut akan kena teguran dosen atau guru piket yang selalu berkeliling kelas sebelum pelajaran di mulai.
Dosen pun datang dengan langsung memberikan tugas setelah menyampaikan pembukaan sebagai tanda kelas akan di mulai, dosen yang mengajar pelajaran pancasila ini dikenal killer oleh para mahasiswa karena cara mengajar dan memberikan tugas itu terkesan ngeselin telat sedikit tidak diterima, pelit akan nilai dan materi sedikit ceritanya banyak ditambah lagi dosen itu selalu memberikan tugas di setiap pertemuan.
"Syutt!" seru Hamdan mengagetkan David yang melamun. "Jangan bengong nanti kesambet saja."
David kembali tersadar, "Ternyata banyak ya dosen yang seperti itu gue kira cuma di sana saja ternyata di Indonesia juga ada dan lebih parahnya gue belum ngerti apa-apa sudah dikasih tugas, jadi bagaimana dong?"
"Nanti kita belajar bareng gak usah dibawa ribet Dav," sahut Hamdan memberikan senyuman penuh percaya diri.
Di kelas ini bukan hanya David saja yang non muslim ada 10 anak lainnyanya yang tidak menganut agama islam juga sama seperti David jadi hal itu tidak membuat David merasa dikucilkan dengan segala perbedaan yang ada dan tentu saja pengetahuan akan agama islam itu kurang untung saja ada Hamdan yang selalu mengingatkan dirinya dalam bersikap dan adu argumen saat ada acara debat di kelasnya