Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Dinda, kamu baru pulang sayang?" ujar Wilda melihat kedatangan putrinya itu. "Ah perkenalkan ini dia putriku," seru Wilda menyuruh putrinya untuk duduk bersama dengannya.
Dinda bersalaman dengan sopan kepada ke dua tamu Umminya itu, "Salam kenal Om, Tante saya Dinda."
"Oh salam kenal juga saya Anggelia, ini suami saya dan itu putra saya kayanya kalian seumuran deh dengannya," seru Anggelia yang begitu ramah.
Nathan tersenyum kepada Dinda, "Kuliah di mana kamu Dinda?" tanyanya sembari menatap gadis itu dengan intens.
Keadaan yang begitu menyebalkan bagi seorang David Nathantion adalah keadaan yang membuat dirinya hanya diam terpaku mendengarkan orang-orang dewasa berbicara membuat dia merasa bosan dan jenuh ingin sekali dia segera enyah dari rumah ini tapi mengetahui bahwa dirinya memiliki tetangga seorang wanita yang begitu anggun membuat dia begitu penasaran akan sosok wanita itu.
"Aku kuliah di Universitas UI, Om." Dinda berseru dengan bangganya.
'Satu kampus? mengapa aku tidak pernah melihatnya?' pekik David saat mengetahui berita baru tentang tetangganya itu.
Mendengar nama kampus itu Nathan ikut melirik anaknya. "David apakah kamu mengenal Dinda?" tanyanya dengan alis yang dinaikan ke atas.
"Tidak," sahut David bersikap acuh.
"Ah mungkin kalian beda fakultas apalagi David anak pindahan kan, jadi dia belum mengenal teman-temannya kampusnya." Anggelia memberikan penjelasan tentang semuanya.
Mengetahui itu Wilda pun langsung menyuruh Dinda untuk berkenalan dengan David dan hal itu membuatnya begitu bahagia apalagi mengetahui bahwa mereka berdua satu kampus.
"Kamu jurusan apa memangnya? siapa namanya aku lupa?" seru Dinda sembari mencoba mengingat kembali cowok itu.
Saat ini mereka berada di luar rumah, Dinda berbicara dengan begitu santai tanpa ada rasa malu atau gugup hal itu membuat David senang apalagi cewek itu begitu mengerti dirinya sehingga mengajaknya keluar dari dalam rumahnya, merasa telah dibebaskan dari kandang harimau yang suasananya begitu mencengkramkan.
"David Nathantion, aku masuk jurusan akuntansi menajemen," sahut David yang bersikap akrab dengan orang yang baru dia kenal.
"Ah ya David, salam kenal aku Dinda Cahaya Ramadhan panggil saja aku Dinda senang berkenalan denganmu." Dinda tersenyum begitu ramah.
Ya David menyukai cara bicara Dinda yang begitu santai dan ramah meski berbicara dengan orang baru sepertinya dia juga senang mengetahui bahwa dia mempunyai tetangga yang satu kampus dengannya.
"Kamu sendiri jurusan apa? dan sudah semester berapa?" tanya David yang mulai penasaran akan sosok cewek itu.
"Jurusan akuntansi keuangan dan alhamdulillah aku sudah semester tiga." Dinda menyahut dengan begitu bangga sembari membenarkan hijabnya yang terbang diterpa angin sore.
Wow betapa terkejutnya David mengetahui bahwa dia satu angkatan, satu kampus namun beda jurusan itu tidak masalah bagi David toh nanti juga disatukan di mata pelajaran yang sama, senyum David mengembang dia bisa bertanya-tanya mengenai kampus barunya itu dan materi yang sudah dia lewatkan dia tidak perlu jauh-jauh ke rumah Hamdan untuk belajar bersama lagi.
"Baiklah aku masuk ke dalam dulu ya aku tak bisa berbicara lama-lama dengan lawan jenis takut akan menimbulkan fitnah, sampai jumpa!" Dinda berlalu masuk ke dalam rumahnya.
David memandang cewek itu dengan rasa penasaran 'Menimbulkan fitnah?' gumam David dengan mengangkat sebelah alisnya lalu beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah Dinda untuk kembali berkumpul dengan ke dua orangtuanya.
Bertepatan dengan David masuk ke dalam rumah ke dua orangtua hendak pulang, keberuntungan kembali datang kepada David saat ini.
"Mari pulang, Nak!" ajak Anggelia sembari memegang tangan kekar putra bungsunya itu.
"Terima kasih banyak telah berkunjung ke rumahku Anggelia," seru Wilda memandang teman barunya itu sembari memberikan senyuman terbaiknya.
Begitu senangnya perasaan Anggelia telah berkunjung ke rumah para tetangganya itu bagaimana pun dia harus bersikap ramah sekaligus menjalin tali silaturahmi sesama umat manusia.
Bi Ayu dan Bi Ajeng ke dua pembantu rumah tangganya Nathan telah membagikan bingkisan kepada 5 rumah dalam komplek ini karena rumah Wilda paling dekat dengan rumahnya sendiri jadi Anggelia lama menetap di rumah Wilda untuk berkenalan dan berteman baik beserta para Ibu-ibu di sekitar komplek ini.
"Besok Papah akan pergi ke luar kota ada rapat antar saham dan para pengusaha lainnya mungkin akan memakan waktu 1 minggu," jelas Nathan sembari membalikan badannya menghadap ke arah anak dan istrinya sebelum dia melangkan masuk ke dalam kamarnya.
"Pah jangan lupa isi saldo aku butuh uang untuk tinggal di sini." David menyahut dengan mengerlingkan sebelah matanya kepada sang Papahnya dia tidak akan lupa akan janji Papahnya kepadanya waktu itu.
Salah satu alasan David mau ikut ke Indonesia karena Papahnya berjanji akan memberikannya uang jajan senilai 5 juta setiap bulannya dan mobil pribadi untuknya, siapa sih yang akan menolak tawaran bagus seperti itu bagi David yang baru menginjak usia 19 tahun selama ini. Meski dia terlahir dari keluarga yang berada dia tidak seperti anak-anak di luar sana yang selalu memanfaatkan kekayaan orangtuanya.
"Baiklah Papah akan transfer besok," ujar Nathan dan belalu pergi.
"Sayang," gumam Anggelia mencemaskan anaknya bagaimana pun David masih harus belajar untuk bisa hidup hemat dan Anggelia takut bahwa dengan uang yang diberikan suaminya itu akan membuat David lupa di mana sekarang dia tinggal.
Dengan perlahan David melepaskan tangan Mamahnya, "Aku akan selalu ingat perkataan Mamah jadi percayalah pada anakmu ini!" seru David. "Aku akan pergi sebentar jadi jangan menungguku."
Malam ini David memang ada janji dengan Hamdan untuk mengerjakan mata pelajaran yang belum dia mengerti sekalian dia ingin berkeliling Jakarta dengan motornya ninjanya.
"David Nathantion!!" teriak Anggelia dia ingin bertanya mau ke mana perginya tapi anaknya itu sudah berlalu dengan begitu cepat, menghilang di balik pintu.
Pak Bayu sudah menyiapkan motor David setelah mendapat perintah dari bosnya itu saat pulang dari rumah Dinda, David memang menyuruh Pak Bayu untuk mengeluarkan motor untuknya pergi.
"Terima kasih Pak," ujar David kepada Pak Bayu setelah memakai helm di kepalanya.
Dengan hormat Pak Bayu pun menunduk patuh sembari memberikan senyuman kepada David, dengan sekali gas motor pun melaju dengan meninggalkan asap yang menggumpal serta derungan dari mesin knalpot motor.
Tidak sengaja David melihat segerombol Bapak-bapak serta anak kecil dengan berpakaian rapi layaknya seorang muslim yang beriman hendak pergi ke masjid dia jadi sangat ingin beribadah sudah dua minggu dia tidak pernah ke Gereja karena Papahnya masih disibukan dengan bisnis yang sedang dibangunnya.
Suara adzan menggema hingga masuk ke daun telinga David dengan begitu merdu dengan sengaja dia memperlambat laju motornya saat lewat di depan masjid, betapa terkejutnya dia melihat orang muslim yang begitu ramai dia mencoba menebak ibadah apa yang dijalankan orang muslim di bangunan itu.
Selang beberapa jam motor David sudah melesat di kediaman rumah Hamdan namun saat dia mencoba mengetuk pintu rumah Hamdan yang keluar membukanya ternyata Ibunya Hamdan.
"Maaf ada perlu apa ya?" tanya Ibu tersebut dengan hati-hati sebab dia belum pernah melihat anak muda di depannya ini.
"Perkenalkan saya David Bu, saya teman kampusnya Hamdan apakah dia ada di rumah?" Dengan sopan David bersalaman dengan si Ibu.
Mendengar kata 'teman' si Ibu pun menganggukan kepalanya meski dia sebetulnya masih ragu dengan anak muda itu karena sebelumnya dia tidak pernah melihat anaknya Hamdan membawa cowok itu ke rumahnya. "Oh teman dari kampusnya tapi Hamdan sedang ke masjid masuk saja dulu biar Ibu buatkan air minum," serunya.
"Saya tunggu di sini saja Bu tidak apa-apa," sahut David sembari duduk di teras rumahnya Hamdan yang di sampingnya ada pohon jambu.
"Baiklah Ibu masuk ke dalam dulu ya!"
Ini untuk ke dua kalinya David pergi ke rumah Hamdan dan untuk yang pertama kalinya dia bertemu dengan nyokap temannya itu, sambil menunggu David pun membuka ponsel Iphone miliknya ada banyak pertanyaan di pikirannya yang ingin ditanyakan kepada teman muslimnya itu.
Kira-kira apa yang ingin David tanyakan kepada Hamdan, apakah mengenai pertemuannya dengan Dinda atau tentang kejadian tadi saat di jalan yang membuat dirinya merasa tidak tenang jika belum mengetahui kebenarannya?