8. INT. RUANG UGD PUSKESMAS - SIANG
Abil berbaring telungkup di atas bed ruang periksa.
ABIL
Bagaimana Dok?
DOKTER PUSKESMAS
Sepertinya ini butuh dijahit, Mas.
ABIL
Waduh!
DOKTER PUSKESMAS
Santai aja.
ABIL
Baik dok. Mmmm, Pelan-pelan ya.
Dokter puskesmas menjahit dengan serius. Mata abil memicing seperti meringis kesakitan. Dokter puskesmas menjahit dengan mesin jahit. Ekspresi abil semakin menjadi-jadi..
DOKTER PUSKESMAS
Sudah beres, nih.
Dokter puskesmas menyerahkan celana berlubang yang telah ia jahit kepada Abil.
ABIL
Terima kasih .
Ini luka pantat saya pakai plester gini aja cukup dok?
DOKTER PUSKESMAS
Cukup. Aman Kok. Cuma hati-hati jangan ngeden kuat-kuat nanti wasirnya luka lagi.
ABIL
Siap dok.
Saat mengenakan celananya, handphone abil tiba-tiba berbunyi. Dari layar terlihat nama "Mbah", sahabatnya sewaktu kuliah. Abil pamit kepada dokter dan beranjak keluar dari puskesmas untuk menerima panggilan tersebut.
CUT TO:
9. EXT. MASJID AGUNG - SIANG
MBAH (29 tahun, salah satu sahabat Abil, suka usil, perhatian) Dan ARIN (28 tahun, istri Mbah, sering telat, suka dandan, profesi dokter gigi) berada di Masjid Agung yang sudah sepi. Mereka kebingungan. Mbah terlihat gusar dan berusaha menelepon Abil.
MBAH
Tuh, kita telat, kan? Kamu sih kelamaan dandannya.
ARIN
Enak aja. Kamu yang nyetirnya lambat. Udah dibilang tadi waktu ada bebek-bebek masuk ke jalan, lindes aja, malah ngerem.
MBAH
Haduh, alasan apa ya.
ARIN
Hmmmm ....
MBAH
Sst, diem, ini diangkat.
CUT TO:
10. INT. RUANG UGD PUSKESMAS - SIANG
ABIL
Halo, Mbah.
INTERCUT - Percakapan mealui telepon.
MBAH
Halo, Bil. Sori nih, kita telat.
ARIN
Sini, biar aku yang ngasih alasan.
Arin merebut handphone Mbah.
ARIN
Halo mas Abil, nikahanmu sudah selesai ya? Maaf yaaaa kita datangnya telat nih. Tadi padahal kita udah berangkat habis subuh. Terus sampai setengah perjalanan, ternyata baru inget ada yang ketinggalan. Jadinya kita balik deh.
ABIL
Oya? Ketinggalan apa?
ARIN
(bingung)
Ketinggalaaan ....
Arin melirik mbah. Mbah tolah-toleh dan melihat kado di dalam mobil. Ia lalu menunjuk ke arah kado tersebut. Arin menoleh ke arah mobil.
ARIN
Mobil.
Mbah menepok jidatnya dengan raut kecewa.
ABIL
Mobil?
ARIN
Mobilku yang sedan biru itu lho, masa lupa. Dulu kan kita semua pernah pergi ke pantai naik itu sama mas Amar juga.
ABIL
(muka datar)
Kalian berangkat subuh, setengah perjalanan kembali karena mobil ketinggalan. Terus setengah perjalanan itu tadi kalian naik apa?
ARIN
(Beat)
(Pura-pura) Mas, jangan direbut dulu handphonenya. Mas, tunggu aku masih mau bicara.
Arin memberikan handphonenya pada Mbah dengan muka tanpa dosa.
MBAH
Bil, kita sudah di Masjid Agung tapi sudah sepi, ini kita salah tempat atau memang acaranya sudah selesai? Kamu dimana?
ABIL
Saya di Puskesmas, Mbah.
MBAH
Lho, nikahannya di puskesmas?
ABIL
Nggak Mbah, nikahannya batal.
MBAH
Hah!? Kok bisa?
ABIL
Panjang ceritanya.
MBAH
Tunggu, tunggu, tenang dulu. Coba ceritakan pelan-pelan.
ABIL
Jadi gini Mbah, pada suatu hari saya batal kawin karena salah nyebut nama cewek waktu akad. Tamat.
MBAH
Ha ha ha ha ha! Guoblok!
ARIN
Kenapa mas?
MBAH
Kita nggak jadi telat. Abil yang gagal kawin ternyata. Waktu akad, dia salah nyebut nama ceweknya.
ARIN
Ha ha ha ha ha! Siniin handphonenya.
Arin merebut handphone dari Mbah.
ARIN(CONT'D)
Mas, kamu kan suka ngaku-ngaku jenius, kok bisa salah nyebutin nama waktu akad?
ABIL
Yah, namanya juga khilaf.
ARIN
Ha ha ha ha!
ABIL
Btw Rin, urusan mobil tadi gimana?
ARIN
(beat)
(Pura-pura) Mas, jangan direbut dulu handphonenya. Mas tunggu, aku masih mau bicara.
Arin memberikan handphonenya pada Mbah dengan muka tanpa dosa.
MBAH
Kok bisa sih, Bil?
ABIL
Nanti aja cerita lengkapnya, Mbah. Aku bingung ini musti gimana dan kemana.
MBAH
Hm ... ini Arin harus praktek, ada janjian sama pasien, jadi kita harus cepet-cepet pulang. Amar datang nggak tadi?
ABIL
Kayaknya nggak deh.
MBAH
Aku ngantar Arin dulu pulang, kamu ke rumahnya Amar aja. Kita ketemuan di sana.
CUT TO:
11. EXT. DEPAN RESTORAN PADANG - SIANG
AMAR(31 tahun, salah satu sahabat Abil, humoris, sedikit mesum, ras arab) keluar dari mobil sambil menelepon ibunya.
AMAR
Iya umi, ini juga ane udah di restorannya. Nggak kok, nggak alasan mecret lagi kayak yang kemarin. Iya. Iya, baju merah kan? Oke. Walaikumsalam ya umi.
Amar membuka pintu restoran dan memasukinya.
CUT TO:
12. INT. RESTORAN PADANG - SIANG
Amar melihat ada seorang wanita cantik berbaju merah duduk sendirian.
AMAR (VO)
Wah, cantik amat. Kalau yang baju merahnya kayak gini, ya jangan sampai lolos (Nada lagu warkop - Baju merah jangan sampai lolos)
Amar berjalan mendekati cewek berbaju merah sambil pura-pura menelpon. Ketika dekat, ia lantangkan suaranya.
AMAR
(pura-pura telepon dengan suara keras)
Iya, ente atur aja itu uang 100 juta mau disedekahkan ke mana.
Amar duduk di meja wanita baju merah tersebut.
WANITA BAJU MERAH
Mas .... (mengulurkan tangan)
Amar masih pura-pura menelepon. Ia lalu meraih tangan wanita berbaju merah itu dan bersalaman. Padahal wanita itu tidak bermaksud mengajak salaman.
AMAR
Sebentar ya, saya selesaikan telponnya dulu. Penting.
Iya, sedekahkan ke anak yatim tetangga sebelah toko juga boleh. Kasihan, bapaknya lagi sakit tipes. Ah, 100 juta ini, gapapa. Besok cari lagi. Oke. Dadah.
WANITA BAJU MERAH
Mas ....
AMAR
Iya, biasalah anak buah nelpon ada kelebihan uang 100 juta. Yah, daripada ribet, disedekahkan aja. (Senyum sombong)
Jadi gimana, Hobi ente apa? Makanan favorit? Ente suka lagu apa? Ane sih suka JKT69.
WANITA BAJU MERAH
Mas, itu tempat duduk pacar saya.
(Beat)
AMAR
Lho, kok pacar? Ente bukan Kamila yang dijodohin sama ane?
WANITA BAJU MERAH
Bukan mas, saya Hani. Itu pacar saya.
Pacar Hani si wanita baju merah datang. Badannya kekar kepalanya botak, alisnya naik satu.
AMAR (VO)
Waduh! Mati ane, gedhe bener ni orang. Mana ganteng lagi, hidung mancung, gigi putih, dada bidang, ototnya kencang. Dia ngegym dimana ya? Ketemu tante-tante yang pakai hotpants nggak ya? Hotpantsnya warna pink apa pola macan totol-totol. Kalau ketemu ane pengen ikutan. Lho, sial ane salah fokus ....
PACAR WANITA BAJU MERAH
Siapa ini?
WANITA BAJU MERAH
Aku juga nggak tahu tiba-tiba datang terus bilang kalau dia suka JKT69.
AMAR
Sori, om. Sepertinya ane salah tempat duduk.
Tiba-tiba seorang ibu-ibu yang ternyata adalah ibunya kamila, melambaikan tangan memanggil amar.
IBU KAMILA
Dek Amar! Sini!
AMAR
Nah, itu tempat duduk ane. Maap ya, om. Ane permisi dulu. Assalamualaikum.
Amar balik badan hendak pergi. Pacar wanita baju merah mencengkram bahunya.
PACAR WANITA BAJU MERAH
Hey!
AMAR
(kaget dan takut)
Iya, om?
Pacar wanita baju merah menggenggam bajunya sendiri lalu merobeknya. Dia mengenakan baju dalam bergambar JKT69. Amar kaget. Dia juga tidak mau kalah. Tangannya lalu membuka celana, Amar memakai kolor bergambar JKT69. Mereka gembira karena bertemu sesama fans.
PACAR WANITA BAJU MERAH
(Berbisik-bisik seperti ibu-ibu bergosip)
Sudah dengar belum kalau Ahra kena skandal?
AMAR
Hah? Kata siapa!? Itu Oshi ane.
PACAR WANITA BAJU MERAH
Iya, itu ada di lambemurah.
Amar
Ah masa sih!? Mana, coba ane lihat.
Amar dan pacar wanita baju merah sibuk sendiri melihat handphone dan saling bertukar nomer. Dari jauh, Ibu Kamila memanggil kembali.
IBU KAMILA
Dek Amar, sini lho. Malah buka baju sama om-om.
Amar tersadar akan janjiannya pada Kamila. Ia berpamitan dengan pacar wanita baju merah.
Pacar Wanita Baju Merah
Kapan-kapan ikut handshake event bareng ya.
AMAR
Oke, om.
Amar berjalan mendekati Ibu Kamila sembari kembali pura-pura menelepon.
AMAR
(Pura-pura menelepon)
Iya, ente atur aja itu uang 100 juta mau disedekahkan ke mana.
Kamila dan ibunya sumringah mendengar Amar kaya dan dermawan. Mereka berbisik-bisik kegirangan akan kekayaan calon menantu/suami mereka. Amar menutup telponnya.
AMAR
Maaf ya, te. Biasa, anak buah nelpon.
IBU KAMILA
Dek Amar dermawan ya.
AMAR
Ah, biasa aja te. Tapi tolong jangan kasih tahu orang lain ya, karena takutnya nanti jadi riya', kan nggak dapat pahala. Rugi dong ane kemarin nyumbang mobil di panti asuhan Al-Hikmah deket lampu merah jalan A. Yani kalau nggak dapat pahala. Kata Pak haji Kosim, kita harus menghindari riya', te. Dosa.
IBU KAMILA
Alhamdulillah, nak Amar ini selain dermawan juga sholehah. Eh iya, ini kenalin anak tante. Namanya Kamila.
Kamila senyum malu-malu. Amar memandangnya dengan seksama.
AMAR (VO)
Uwah, cakep juga. Kulitnya, hidungnya, rambutnya. Wih, kayak cewek di iklan shampoo. Jadi pengen keramas. Kamar mandi dimana ya?
IBU KAMILA
Gimana dek Amar, cantik ya anak tante.
AMAR
Alhamdulillah cantik, te.
KAMILA
Ah, mas Amar bisa aja.
Kamila mengeluarkan palu dan paku dan mulai memaku meja.
AMAR
Lho, Kamila ngapain?
KAMILA
Aku jadi malu.
Kamila tersenyum dan nampak gigi-gigi depannya hitam-hitam.
AMAR (VO)
Bujubuset! Gigi apa pantat kucing, item bener.
IBU KAMILA
Ayo pesan makan dulu, Dek Amar. Tante mau ke belakang sebentar, uda kebelet. Kalian ngobrol dulu ya, berdua.
Ibu Kamila pergi beranjak dari tempat duduk. Meninggalkan Amar dan Kamila dalam suasana canggung. Keduanya saling tersenyum. Mila senyum-senyum dengan menampakkan gigi-gigi hitamnya. Amar semakin canggung melihat gigi-gigi itu.
Amar kebingungan salah tingkah. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, ada telepon dari nomer tak dikenal.
ABIL (OS)
Halo, Mar!?
AMAR
Walaikumsalam! Alhamdulillaah! Mobilnya sudah ada yang mau beli? Sekarang? Oke ane ke sana.
ABIL (OS)
Hah? Ngomong apa sih, Mar?
AMAR
Sebentar ya dik Mila, ane pamit dulu. Ada urusan mendadak.
KAMILA
Lho, mas. Nggak nunggu ibu dulu?
AMAR
Takut kelamaan, titip salam aja ya buat ibu ente.
Amar beranjak pergi keluar restoran. Kamila kesal dan gelisah, ia menggigit sapu tangan dan menginjak-injak lantai. Tak lama ibunya datang.
IBU KAMILA
Lho, Amar kemana?
KAMILA
(ngambek)
Pergi, ada urusan. Katanya titip salam aja buat ibu.
IBU KAMILA
Haduuuh, ya gitu itu kalau laki-laki super sibuk.
KAMILA
Trus, Mila gimana, bu!? kapan kawin ini!? kawiiin...
IBU KAMILA
Sabaar.
KAMILA
Pokoknya ini pulang nanti mampir pasar, aku mau beli terong!
IBU KAMILA
Iya deh, iya.
CUT TO:
13. EXT. DEPAN RESTORAN PADANG - SIANG
AMAR
Wah, untung ente nelpon.
CUT TO:
14. EXT. DEPAN PUSKESMAS - SIANG
ABIL
Emangnya ada apa?
INTERCUT - Percakapan melalui telepon.
AMAR
Kagak kenapa-kenapa. Btw ini nomernya siapa sich?
ABIL
Sialan, Abil ini, Mar.
AMAR
Abil yang jarang sempakan?
ABIL
Iyooo.
AMAR
Yang kalau kentut suka keluar dahaknya?
ABIL
Enak aja, itu kan kamu!
AMAR
Oh iya, betul juga.
ABIL
Sialan, bisa-bisanya nomer saya nggak disimpan.
AMAR
Sori Bil, sori. Gimana, ente katanya kawin ya hari ini, selamat ya.
ABIL
Kamu kemana kok gak dateng?
AMAR
Nganu, tadi pas ane uda mau berangkat, tiba-tiba mules, trus mencret.
ABIL
Hmmm, mencurigakan.
AMAR
Ya daripada ane cepirit waktu ente akad kan berabe.
ABIL
Mending kamu cepirit waktu saya akad. Orang nggak jadi kawin saya, Mar. Batal!
AMAR
Lah? (beat)
Kok bisa!?
ABIL
Salah nyebut nama cewek waktu akad.
AMAR
Serius ente!?
ABIL
Iyo.
AMAR
Wa ha ha ha. Bahlul!
ABIL
Sial. Habis ini saya sama Mbah mau ke rumahmu. Tungguin.
AMAR
Oke.
CUT TO:
14. INT. MOBIL MBAH - SIANG
Arin sedang menyetir, sesekali ia melirik Mbah yang senyum-senyum sendiri.
ARIN
Mas Abil batal kawin, kamu kok kelihatan gembira banget mas?
MBAH
Bukan itu, tapi akhirnya kita bertiga bakal ketemuan lagi.
ARIN
Iya, sudah lama ya kita semua nggak ketemu. Aku kepengen ikut, tapi ada janjian pasien. Gimana dong?
MBA
Iya, gapapa nanti video callan aja.
Hening. Mbah terlihat sumringah melihat gallery di handphonenya. ZOOM IN handphone Mbah yang menampilkan foto dan video kenangan ketika Amar, Abil dan Mbah in dekos bersama sewaktu kuliah.
INSERT foto ketika amar, abil, dan mbah ngekos bersama.
ARIN
Sudah lama kamu nggak kelihatan sebahagia ini, mas.
Mbah menoleh dan memukul lembut dahi Arin.
CUT TO:
16. EXT. TERMINAL BIS TULUNGAGUNG - SIANG
Abil berjalan pelan menuju bis patas arah Malang. Dia menaikinya dengan wajah lesu.
CUT TO:
17. INT. BIS PATAS ARAH MALANG - SIANG
Abil duduk di sebelah ibu-ibu gendut berpantat lebar yang sedang tertidur. Ia kesulitan untuk duduk karena sebagian besar kursinya ditutupi pantat ibu itu. Saat Abil berusaha menyelinap dan berhasil duduk, sang ibu gendut berpantat lebar tadi terbangun.
IBU GENDUT BERPANTAT LEBAR
Lho, sudah sampai. Permisi ya mas, saya turun di sini.
Ibu gendut berpantat lebar berdiri dan berusaha keluar. Karena badannya yang lebar, ia kesulitan untuk keluar. Dalam usahanya itu, pantatnya menyapu wajah abil yang terlanjur sudah duduk hingga penyet.
ABIL (VO)
Sial amat nasibku hari ini. Mana anget lagi ....
Abil menangis pasrah menikmati mukanya diserempet pantat ibu gendut berpantat lebar. Saat ibu itu keluar bis, masuk seorang pengamen sumbang membawa gitar. Ia juga terserempet ibu gendut itu hingga oleng dan nyeletuk.
PENGAMEN SUMBANG
Buset, di dalam bis ada bis.
Setelah mengembalikan keseimbangannya, sang pengamen sumbang menyanyikan lagu jaz "Dari Mata" dengan fals dan penghayatan yang meyakinkan (seperti Arif Alfiansyah).
Roda berputar, bis mulai berangkat. Ada seorang lelaki berambut tipis berbadan besar, datang menghampiri abil.
LELAKI RAMBUT TIPIS BADAN BESAR
Kursinya kosong, mas?
Abil melihat perawakan lelaki itu. Tidak ingin mukanya disapu lagi oleh pantat orang, ia segera pindah ke kursi jendela. Meninggalkan kursi lorong kosong.
ABIL
Silahkan mas, kosong kok.
Lelaki rambut tipis badan besar itu lalu duduk di kursi sebelah abil.
Dengan background musik dari pengamen sumbang, Abil menatap keluar jendela dan melayangkan lamunannya. Kamera menyoroti pantulan bayangan abil di jendela.
FLASHBACK: