Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Nge-Band! 109
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bagian 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

58.INT. LOBBY - SORE

Mereka berlima sedang bicara dengan Finalis lain. Luna berjalan ke arah mereka. Bunga menyadarinya --

BUNGA

Jangan galak-galak jadi juri ya, Kak.

Luna tersenyum.

BUNGA

Bos di kamarnya, tidur.

LUNA

Kalian gimana? gak ada masalah?

Bunga mehgangguk. Luna berjalan pergi --

LUNA

Bunga.

Bunga melihat Luna.

LUNA

Jangan pikir menang kalah. Kalian memang pantas di final. Senang-senang nanti di panggung.

Bunga tersenyum, ia mengangguk.

Luna berjalan pergi.

59.INT. KAMAR HOTEL - HOTEL - SORE

Mereka berjalan masuk ke dalam Kamar. Mereka langsung berbaring di Kasur.

PIA

Aku lapar. Makan malam masih lama ya, Kak?

WIDY

Aku punya cemilan di dalam Tas. Buka aja.

Pia berjalan dan membuka Tas dan mengambil cemilannya. Ia tersenyum.

Terdengar suara Handphone. Mereka semua mengambil Handphone dan melihat.

Pia menggeleng sambil menguyah makanan. Momo menggeleng.

BUNGA

Bukan aku.

Hayley juga menggeleng. Widy mengambil Handphone dan melihatnya.

WIDY

Aku ke lobby bentar.

Mereka melihat Widy.

WIDY

Bu Wulan ada di lobby.

Widy berjalan keluar. Mereka hanya melihat pintu itu.

60.INT. LOBBY - HOTEL - SORE

Wulan duduk di Kursi, melihat sekitar. Widy berjalan, mencari.

Mereka saling melihat.

CUT TO:

61.INT. CAFE - HOTEL - SORE

Mereka duduk Kafe. Widy hanya diam. Wulan menyuruput air dari gelasnya.

WULAN

Kenapa kamu gak kasih tahu Bunda udah di sini.

WIDY

Widy udah kasih tahu Ibu.

WULAN

Gimana hotelnya, bagus?

Widy mengangguk.

WULAN

Kalau mau Bunda bisa cariin Hotel yang --

WIDY

Semuanya udah di pesanin sama mereka.

Ada jeda di antara mereka.

WULAN

Kamu mau jalan-jalan, gak? kamu bisa ke rumah Bunda --

WIDY

Widy gak bisa kemana-mana tanpa izin. Kalau mau jalan-jalan, Widy mau sama temen-temen.

WULAN

Kamu gak suka Bunda, ya?

Ada jeda di antara mereka.

WULAN

Bunda minta maaf bikin kamu gak nyaman.

WIDY

Kenapa Ibu suruh panggil Bunda?

Wulan tidak menjawab, ia hanya diam.

WIDY

Kenapa cuma Widy yang Ibu suruh panggil Bunda?

Ada jeda di antara mereka.

WIDY

Dan semua yang Ibu kasih ke Panti? Sampai cek buat Widy?

Wulan tidak menjawab.

WIDY

Termasuk Ibu ambiliin Rapor Widy?

WULAN

Ibu --

WIDY

Ibu lakuin ini semua buat Widy, kan?

Ada jeda di antara mereka.

WIDY

Buat nebus kesalahan Ibu yang tinggalin Widy di panti?

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

WULAN

Ibu minta maaf... Ibu minta maaf Widy.

Widy melihat Wulan yang menunduk, ia menangis.

WIDY

Dan sekarang Ibu muncul di depan Widy. Ibu bisa jelasin?

Wulan menghapus Air Matanya. Ia melihat Widy, serius.

WIDY

Widy mau denger penjelasan dari Ibu.

Wulan mengatur nafasnya.

WULAN

Waktu itu Ibu umur tujuh belas hamilin kamu, pas Ibu kuliah. Pacar Ibu gak mau tanggung jawab. Orang Tua Ibu gak mau asuh kamu. Gara-gara itu Orang Tua Ibu gak akuiin Ibu jadi anaknya lagi. Mereka gak mau sekolahin Ibu lagi. Bu Kasih, waktu itu Ibu tinggal di kos-kosannya mau bantu Ibu. Kebetulan dia juga buka Rumah Singgah buat anak-anak terlantar.

Widy melihat Wulan, serius.

WULAN

Ibu harus cuti kuliah sampai kamu lahir. Ibu kerja sambil kuliah, hidupin kamu. Pas lulus Ibu dapet kerja terus kita tinggal berdua. Tiap pagi Ibu titipin kamu ke Bu Kasih. Sorenya pulang kerja Ibu jemput kamu.

Wulan melihat Wulan, serius.

WULAN

Waktu Ibu kerja. Orang-orang gak tahu kalau Ibu udah punya anak. Zaman dulu banyak perusahaan gak boleh perempuan punya anak atau kawin. Jadi Ibu rahasian. Ibu minta maaf. Harusnya Ibu kasih tahu udah punya anak.

WIDY

Itu alasan Ibu tinggalin Widy.

WULAN

Waktu Ibu kerja. Perusahaan Ibu adaiin beasiswa keluar negeri. Ibu ikut dan Ibu lolos. Bu Kasih tahu dan dia saranin Ibu biar ambil.

Widy mengangguk.

WULAN

Sumpah demi tuhan Ibu gak mau ambil beasiswa itu. Tapi Bu Kasih bilang ini kesempatan Ibu buat kasih kamu hidup yang lebih baik. Dan Ibu ambil.

WIDY

Ibu ada keluarga di sana?

Ada jeda di antara mereka.

WULAN

Gak ada. Ibu cuma kuliah dan kerja di sana belasan tahun. Awalnya Ibu rajin kirimin uang ke Bu Kasih buat kamu sama anak-anak Rumah Singgah. Tapi karena Rumah Singgah kebakaran, kalian pindah, kan?

WIDY

Bu Kasih pernah bilang gitu.

WULAN

Setelah pindah baru dia bikin Panti yang pertama, kan? sama suaminya?

Widy mengangguk.

WULAN

Sejak saat itu Ibu hilang kontak sama kalian. Uang yang Ibu kirim gak bisa karena alamat kalian ganti. Gak ada yang tahu kalian dimana.

WIDY

Dan butuh belasan tahun buat Ibu ketemu kami lagi?

WULAN

Mungkin ini terdengar alasan buat kamu. Tapi Ibu suruh orang buat cari kalian. Udah berapa banyak orang Ibu suruh orang tapi gak ketemu-ketemu.

WIDY

Itu cuma alasan buat Widy.

WULAN

Ibu minta maaf, Widy.

WIDY

Terus Ibu bisa ketemu kami?

WULAN

Dari Asisten Ibu, Putri.

Mereka melihat Putri yang berdiri tak jauh dari mereka, melihat mereka berdua.

WULAN

Dia telusuri semua info yang Ibu punya. Dia ketemu panti yang perrtama yang ternyata di jual Arief. Dia lacak Arief dan ketemu kalian.

Widy melihat ke arah lain, datar.

WULAN

Ibu tahu Ibu salah. Ibu udah tinggalin kamu gitu aja.

WIDY

Ibu tahu apa yang Widy alamin?

Wulan mengangguk, ia menahan Air Matanya.

WIDY

Selama ini Widy anggap Ibu tinggalin Widy gitu aja. Buang Widy gitu aja.

Wulan menggeleng keras --

WIDY

Widy dapat keluarga adopsi ternyata lecechin Widy.

Wulan berusaha menahan Air Matanya --

WIDY

Widy harus jualan di Kantin sekolah buat bantu Ibu. Widy harus kerja di orgen tunggal.

WULAN

Ibu minta maaf... Ibu minta maaf... Ibu minta maaf Widy...

Widy menahan Air Matanya --

WULAN

Widy... Maafin Ibu nak...

WIDY

Sampai-sampai Widy sakit karena jualan di pinggir jalan tiap malam.

Mereka berdua menangis --

WIDY

Ternyata karena Widy Ibu harus pergi. Karena Widy Ibu harus cari uang di luar. Karena Widy Ibu gak di akui keluarga.

WULAN

Gak, gak, gak nak... itu gak bener, itu gak bener... apa yang kamu pikrin itu gak bener.

Widy menggeleng, ia menangis --

Wulan mendekatinya, berlutut --

WIDY

Semuanya karena Widy...

WULAN

Ibu bersyukur lahirin kamu. Ibu bersyukur kamu jadi anak Ibu. Karena kamu Ibu bisa jadi kayak sekarang. Karena kamu Ibu bisa semangat buat cari kamu.

Widy menangis, ia berusaha menahannya --

Wulan memeluknya erat-erat --

WULAN

Sayang. Jangan nangis. Ahhh... anak Ibu jangan nangis. Ini bukan salah kamu...

WIDY

Widy kangen Bunda...

Mereka berpelukan, menangis bersama-sama.

WIDY

Bunda gak mau meninggal, kan?

WULAN

Gaak. Bunda gak mau meninggal. Bunda sehat.

Wulan tersenyum. Mereka masih berpelukan.

62.INT. KAMAR HOTEL - HOTEL - MALAM

Widy membuka Pintu, ia menyeret Kotak Besar. Mereka terkejut melihat Widy --

BUNGA

KAMU KENAPA?!

Mereka terkejut melihat Mata Widy --

MOMO

SIAPA YANG BIKIN KAMU NANGIS?!

BUNGA

PIA KITA CARI DIA?!

PIA

BU WULAN, KAK?! TADI KAK WIDY KETEMU BU WULAN?

Mereka berdua berjalan --

WIDY

Aku ketemu Bunda.

Mereka berhenti --

WIDY

Aku ketemu Bunda.

Mereka melihat Widy --

Widy tersenyum.

Mereka terkejut, mereka memeluk Widy.

QUICK DISSOLVE:

63.EXT. STADION - SIANG

Orang-orang berjalan masuk ke dalam Stadion.

64.INT. FINAL PESTA PORA - SIANG

Orang-orang bersorak melihat ke arah depan.

65.INT. PANGGUNG - FINAL PESTA PORA - SIANG

Mereka berlima naik ke atas Panggung. Mereka berjalan ke arah masing-masing.

Mereka melihat ke arah Penonton. Penonton bersorak.

Bunga melihat sekitar.

BUNGA (V.O)

Akhirnya kami di sini.

Bunga melihat ke Mereka berempat. Mereka mengangguk.

Hayley melihat sekitar.

HAYLEY (V.O)

Di tempat kami menggantungkan mimpi kami.

Pia melihat Mereka berempat, bersemangat.

PIA (V.O)

Setelah semua yang terjadi.

Widy tersenyum melihat sekitar.

WIDY (V.O)

Kami akan buktiin ke orang-orang.

Momo melihat sektitar,ia menarik nafas --

MOMO (V.O)

Kalau kami serius soal musik.

Mereka saling melihat, mengangguk.

TAZ..TAZ...TAZ..

BUNGA (V.O)

KAMI PASTI SENANG-SENANG DI ATAS PANGGUNG!!

Mereka mulai bermain --

FADE OUT.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)