Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Meet Me at the Library
Suka
Favorit
Bagikan
4. Alien dari Bumi
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH ELLA — DAY

Insert title:

BAGIAN 4:

ALIEN DARI BUMI

Ella membuka pintu, dua kakak laki-lakinya sedang membawa kamera melewatinya. Tak peduli.

KAKAK #1

Hello guys. Gue baru bangun nih. Belom mandi. Tapi tetep semangat buat kalian semua. Di sini gue lagi sama adik gue yang terakhir.

KAKAK #3

Hi guys. Sarapan apa kalian?

Ella tetap berjalan, sama-sama tak peduli.

PAPI ELLA

Ella, hari ini kamu kemana? Ikut Mami ngonten di acara arisan ya.

MAMI ELLA

Di sana ada anak-anak temen mami yang bisa kenalan sama kamu.

ELLA

Aku ada kerjaan di luar, Mi, Pi. Lain kali aja.

Ella mempercepat langkah kakinya. Di atas, ada kakak keempat Ella dan anaknya yang masih bayi. Mereka sedang membuat konten juga sambil menuruni tangga. Mereka sedang mempromosikan stroller baru yang bisa dilipat dengan mudah, sehingga bisa dijinjing tanpa roda yang menggantung.

KAKAK #2

Duh sayang banget abis ini kita bakal liburan lagi ke Korea. Tapi gak papa. Nanti masih bakal ada yang jaga rumah kok. Adik bungsuku pasti bakal main di perpus sama temen-temennya.

Kakak #2 mencoba menyorot Ella dengan kamera. Tapi Ella melewati kakaknya, tidak membuat kontak mata sekalipun.

KAKAK #2

(melirik Ella)

Ella, sini say hi sama yang lagi nonton.

Ella tak peduli dan menutup pintu kamar, menguncinya dari dalam.

KAKAK #2

(melihat kamera)

Lagi pake airpod tuh kayaknya. Kita sarapan dulu, yuk.

INT. RUMAH ELLA — LATER

Ella keluar dari kamar, membawa ransel, tas canvas berisi buku, dan mengunci kamarnya.

Tanpa salam, Ella langsung keluar rumah.

DIRATAMA (O.S.)

Bentar-bentar. Jadi keluargamu semuanya ada berapa?


CUT TO:

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — DAY

ELLA

Aku anak terakhir dari lima bersaudara.

DIRATAMA

Dan semuanya bawa kamera kemanamana tiap hari? Mereka influencer dan followersnya bisa ratusan ribu?

ELLA

It’s not even their final form. Our little brains wouldn’t even fathom. Mereka semua ngonten dan followersnya juga bukan ratusan ribu, tapi udah jutaan.

Diratama melongo.

DIRATAMA

Pantesan kamu kaya raya banget. Sebulan penghasilannya mungkin bisa sampai miliaran. Itu pun dari satu orang. Nggak kebayang kalau semua penghasilan digabungin jadi satu.

Ella hanya mengangkat bahu.

DIRATAMA

Jadi itu yang bikin kamu ke sini?

ELLA

(mengangguk)

Salah satunya.

Dira mempersilakan Ella duduk di sampingnya. Ella meletakkan kameranya di atas meja, kemudian mengeluarkan dua onigiri dari dalam tasnya.

ELLA

Care for one?

DIRATAMA

I’m good. Bawa dari rumah?

ELLA

Beli tadi. Mampir ke swalayan dulu. Anyway, menurut Mas Pus kenapa orang Jepang bisa bikin onigiri?

DIRATAMA

Random banget. Mungkin karena mereka sering bikin bento alias bekal buat makan siang. Jadi yang paling gampang ya bikin nasi sama rumput laut. Kenyang, ada rasanya, masalah beres.

ELLA

Kalau onigiri punya tujuan, apa kita juga perlu punya?

Diratama diam, berpikir. Ella melanjutkan.

ELLA

Kenapa sih orang-orang bisa punya cita-cita? Atau minimal tahu dia mau ngapain abis ini? Emang kalau nggak tahu, kita salah, ya?

Dira masih berpikir, kemudian akhirnya merespon.

DIRATAMA

Do you know why I’m here?

Ella menggeleng, tapi mencoba menebak.

ELLA

Because you don’t know where else to go?

DIRATAMA

Bisa jadi. Yang pasti, aku juga belum tahu setelah ini mau ngapain. Kalau nggak ada Meda, mungkin aku udah ditemuin mati di apartemen Prancis.

ELLA

Jadi kita dua manusia yang sama-sama nggak punya tujuan? Nggak punya cita-cita?

Beat.

DIRATAMA

Bisa disebut gitu. Udah lah. Terlalu suram. Udah kayak anak emo nih kita.

ELLA

Keluar bentar, yuk. Ngeliat kerjaan duo wibu dan alien.

DIRATAMA

Kamu duluan aja. Abis ini Mas Pus nyusul.

Ella mengangguk, tersenyum tipis. Kakinya beranjak pergi meninggalkan Dira yang masih sibuk dengan komputernya.

EXT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, PANGGUNG 1001 MALAM — LATER

Kinara dan Kung Arbi sudah melukis setengah bagian tembok. Ella membawa kameranya, memotret setiap momen. Dia juga berganti menggunakan handphone untuk membuat video singkat.

Dira keluar tanpa cokelat, melihat Ella yang duduk sendiri di tribun. Dari jauh terdengar suara Kung Arbi dan Kinara yang mulai ribut.

KUNG ARBI

Eh, jangan pakai warna itu!

Kinara menepuk dada, bangga.

KINARA

Ini mahakarya Kinara.

KUNG ARBI

Malah bikin crop circle.

Kung Arbi hanya geleng-geleng. Dia menoleh ke arah tribun, melihat Dira dan Ella yang duduk berdampingan. Sambil tersenyum, kedua tangannya mengangkat kuas, dan giginya menggigit satu kuas lain.

Dira berpikir sejenak, mengeluarkan bolpen dari sakunya dan mencoret lengan kirinya.

Ia berdiri membelakangi Kung Arbi, menunjukkan tanda X di lengannya.

Kung Arbi tertawa keras. Kinara yang penasaran ikut melihat. Dia juga tertawa sambil menggeleng kepalanya.

Dira berbalik, tersenyum puas. Ella yang ada di dekatnya tersenyum, memotret kebersamaan mereka.

I/E. BENGKEL KOPI KAKEK ELLA — NIGHT

Ella datang dengan membawa sisa cokelat. Kakek Ella (82), seorang pembuat mesin kopi, ada di luar membersihkan pisau grinder yang penuh dengan bubuk kopi.

ELLA

Ada pesenan, Kek?

KAKEK ELLA

Cuma bersihin ini aja. Gimana sekolahmu? Udah dapet pacar belum?

Kakek Ella tersenyum nakal.

ELLA
Gara-gara Kakek, Ella jadi gak sempet mikirin itu. Boro-boro pacar, tugas form karier di sekolah aja belum keisi sama sekali.

Kakek Ella tertawa lepas. Kencang seperti tawa Santa Claus. Lengkap dengan janggut putih tebal dan kacamata bertengger di telinga dan hidungnya.

Kakek itu berdiri, membawa pisau yang sudah bersih ke dalam. Ella mengikutinya.

ELLA

Ini ada cokelat dari temen.

Kakek Ella menghentikan langkahnya, berbalik dan menaikkan alisnya.

KAKEK ELLA

Temen? Sejak kapan kamu punya temen? Kerjaannya cuma ke perpus sama di kamar terus. Gitu mau punya temen.

ELLA

Dia (pause) kakak kelas Ella di sekolah.

Tawa menggelegar kembali terdengar.

KAKEK ELLA

Cieee, Ella punya pacar baru.
Pacar baru dari mana? Dia langsung aku tanyain "kakak ngapain PDKT sama aku?". Gitu. Terus dia bingung sendiri.

KAKEK ELLA

(menggeleng pelan)

Kamu ini emang beda. Sini cokelatnya.

Kakek Ella memasang pisau di grinder dan merakitnya kembali seperti semula. Dia menancapkan listrik dan grinder itu menyala.

Ella mendekat, memberikan cokelat pemberian Ody.

KAKEK ELLA

Kakek ada bean baru dari temen kakek di Romania. Katanya ada rasa berry-nya. Kita coba dulu tanpa cokelat sama nanti pakai cokelat.

ELLA

(menggeleng pelan)

Jadi kelinci percobaan lagi.

Kakek Ella membuka bungkus biji kopi. Aromanya wangi buah dan tanah tercium oleh keduanya.

Mereka duduk berdampingan di meja kecil. Menunggu dripping selesai. Kakek Ella menuangkan air panas secara perlahan ke dalam filter kopi. Tanpa membuatnya berat sebelah, semua kopi harus terkena air dengan rata sempurna.

ELLA

Aku harus ngapain, Kek, setelah lulus?

KAKEK ELLA

Kok tanya Kakek? Kenapa nggak tanya orang tuamu aja?

Ella menepuk dahinya.

ELLA

Anak kakek itu tahunya cuma konten.

KAKEK ELLA

Dan bapaknya tahunya cuma kopi. Kita semua punya candu masing-masing, Ella.

Ella menghela napas.

KAKEK ELLA

Kopi itu lahir dari tanah. Dia ditemenin tumbuhan lain, sehingga rasanya bergantung pada proses penanaman sampai panen.

ELLA

Jadi kesimpulannya adalah?

KAKEK ELLA

Bahkan belum sampai kesimpulan. Kita masih di awal banget.

Ella menunggu, menyimak kakeknya.

KAKEK ELLA

Setelah dipanen, kopinya harus dapet roasting dulu. Itu pun ada yang pakai basah, ada yang kering, ada yang setengah-setengah. Sampai akhirnya ke tangan kita.

Kakek Ella mengambil biji kopi yang sudah matang.

KAKEK ELLA

Hasilnya ada yang defect. Ada yang bentuknya bagus. Tapi kopi emang nggak ada yang sempurna. Dan akhirnya semua kakek cobain juga. Masuk grinder, diseduh pakai filter, dan netes satu per satu sampai jadi satu cangkir.

Kakek Ella memberikan secangkir kopi padanya. Ella menyesapnya, menerka rasa apa yang hadir.

ELLA

Proses panjang...

Kakek Ella ikut menyesap cangkir kopinya sendiri.

KAKEK ELLA

Dan belum tentu berhasil. Tapi bisa jadi rasanya enak. Kayak kopi yang sekarang.

Ella termenung, menikmati kopi bersama kakeknya.

CUT TO:

INT. PRANCIS, RUMAH DIRA — NIGHT

Berdua, Dira dan Gerbera sedang membuat roti di dapur. Dira sedang mengocok telur di baskom bening besar.

DIRATAMA

Trois eoufs?

GERBERA

Non. Cinq eoufs.

DIRATAMA

Kita bikin buat siapa lagi?

GERBERA

Kita bisa kasih ke tetangga atau ke teman-teman kerjamu.

Gerbera mengeluarkan keju dari kulkas. Baunya menggelitik hidung Dira, membuatnya agak menjauh dan sedikit menutupi hidungnya dengan lengan yang masih bersih dari tepung.

GERBERA

Masih belum biasa ya?

DIRATAMA

Kayaknya emang enggak cocok jadi orang Prancis.

GERBERA

Cokelat jarang makan, keju bikin mual, parfum jarang pakai.

Gerbera menggeleng kepala sambil memotong dan memarut keju ke dalam mangkok.

DIRATAMA

Aku cuma suka literaturnya. Dan bukunya.

GERBERA

Et moi?

Gerbera memunggungi Dira yang sedang tersenyum. Dira tak menjawab, membiarkan suara Gerbera melayang di udara. Memenuhi pikirannya yang tengah bahagia.

Dira mengulen adonan telur yang sudah dicampur dengan tepung dan air.

Gerbera kembali dari kamar, membawa cokelat. Ia menunjukkannya pada Dira.

DIRATAMA

Kamu beli apa aja dari Swiss?

GERBERA

Ada yang bentuk sepatu juga.

DIRATAMA

Yang dulu pertama kali kamu kasih itu? Dari museum Charlie Chaplin?

GERBERA

Kamu tahu dari mana? Kayaknya aku nggak pernah kasih tahu waktu itu.

DIRATAMA

Pernah nonton video Kpop dulu. Diajakin temen. Mereka sempet mampir ke museum dan bikin cokelat sendiri.

Dira mengambil satu, mencoba cokelatnya.

GERBERA

Is it good?

DIRATAMA

Buat orang yang gampang eneg, ini lumayan. Rasa buahnya lebih kuat. Nggak terlalu pahit dan ada gurihnya sesekali di ujung depan bibir.

GERBERA

Enggak terlalu manis, kan?

DIRATAMA

(mengangguk)

Enggak terlalu pahit juga.

Gerbera mengambil cokelat, memanaskannya di kompor.

Seluruh adonan roti sudah berbentuk pain du chocolat dan croissant.

Diam-diam, Dira membuat sesuatu dari sisa adonan roti.

Gerbera mengambil adonan, menaburinya dengan cokelat dan keju. Di belakangnya, Dira masih sibuk sendiri.

Setelah adonan dimasukkan ke oven, Gerbera melihat Dira bersimpuh dengang satu kaki. Tangannya memegang cincin yang terbuat dari adonan sisa.

DIRATAMA

I have been loving you...

Dira berhenti, mencoba mengingat.

Gerbera tersenyum, menunggu. Tangannya tersimpul di belakang punggungnya.

GERBERA

Lanjutin. I'm waiting.

Dira tersenyum canggung.

DIRATAMA

I have been loving you a little more every minute since this morning.

DIRATAMA

Will you share this love with me for the rest of every minute of our lives?

GERBERA

Life's great happiness is to be convinced we are loved.

Gerbera memberikan kedua tangannya. Cincin adonan terpakai di jari manis. Mereka berdua berpegangan tangan. Dira berdiri. Keduanya tersenyum.

Gerbera akhirnya tertawa lepas. Dira juga akhirnya mengikuti.

GERBERA

It’s worse than mine. Waktu itu aku ngelamar kamu duluan, kamunya nggak mau. Harusnya terima aja waktu itu biar cepet dan nggak ribet kayak gini.

Gerbera tertawa lepas.

DIRATAMA

Seenggaknya udah nyobain.

Dira akhirnya ikut tertawa.


BACK TO:

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, KORIDOR DISKUSI — DAY

Kung Arbi dan Kinara duduk bersisian. Ella dan Dira di hadapan mereka. Dan di sekitar mereka juga ada Angkatan 45, tapi hanya Dira saja yang dapat melihat mereka.

KUNG ARBI

Kung dulu ngelamarnya simpel. Nggak pakai romantis langsung ke orang tuanya Eyang Sri.

ELLA

Buat yang nggak terlalu paham romansa, lamaran Mas Pus payah juga ya.

KINARA

Jadi Mas Pus dulu kuliah di sana, ketemu, jadian, dan kerja juga di sana? Kenapa harus kuliah di sana?

DIRATAMA

Karena emang di sana ngajarin soal buku langka. Aku pengen jadi pustakawan di perpus yang ahli di bidang spesifik.

Kinara dan Kung Arbi pura-pura mendengkur.

KINARA

Boring banget.

DIRATAMA

Bajingan banget duo wibu alien.

Ella tertawa kecil. Dira mau beranjak pergi, tapi yang lain menahannya, termasuk Angkatan 45.

ELLA

Tapi kenapa harus perpustakaan?


BACK TO:

EXT. BESANÇON, TAMAN LA GARE D’EAU — NIGHT

Setelah bertemu dengan orang tua Gerbera, mereka keluar rumah dan jalan-jalan. Di taman, mereka bergandengan tangan dan akhirnya berhenti di salah satu pohon.

Gerbera berbaring di pangkuan Dira.

GERBERA

Dulu taman ini sebutannya La Gare D'Eau, waktu masih di bawah Romawi kuno.

DIRATAMA

Stasiun Kereta Air?

GERBERA

Mungkin ini jadi tempat pulang dan pergi. Bagi yang punya tujuan dan nggak.

DIRATAMA

Dan sekarang jadi taman kota biasa.

Beat.

GERBERA

Jadi kenapa kamu suka perpus?

DIRATAMA

Perpus itu...

Beat.

DIRATAMA

Satu-satunya tempat yang paling aman waktu aku kecil. Ada banyak bully waktu aku SD dan itu bikin trauma di pikiranku.

Gerbera memegang tangan Dira.

GERBERA

I’m sorry.

DIRATAMA

Merci beaucoup.

Dira merekatkan genggaman tangan mereka.

DIRATAMA

And that’s how I fell in love with books. With the library. With the librarians.

Dira tiba-tiba panik, melihat Gerbera.

DIRATAMA

Not that I like a librarian. No, I mean...

Gerbera memukul lengan Dira, tertawa kecil. Mulut Dira mengunyah gigitan terakhir brioche karena tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi.

GERBERA

Silly.

Dira lega, berangsur tenang.

DIRATAMA

Why old ones? Because the new ones will become old someday And I want...

(melihat mata Gerbera)

I want to keep it in my bookshelf forever.


BACK TO:

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, KORIDOR DISKUSI — DAY

Kinara berpura-pura mendengkur lagi.

KINARA

Mana nih ciumannya? Sex dong sex biar makin panas.

Yang lain tertawa, Dira hanya menggeleng kepala.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar