Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — DAY
Insert title:
BAGIAN 1:
SI PUSTAKAWAN
Chairil Anwar (hantu Angkatan 45) dengan membawa secangkir kopi, menepuk Diratama (39), si pustakawan, yang masih terlelap di ranjangnya.
Di sekitarnya, banyak perabot ditutupi kain putih dan berdebu. Kardus-kardus bekas pindahan belum dibuka, berceceran: Buku langka, first edition, baju Dira, alat masak Gerbera, baju Gerbera, buku bahasa Indonesia, buku bahasa Inggris, buku bahasa Prancis.
CHAIRIL ANWAR
Dira bangun, duduk di ranjang. Ia melihat jam tangan masih melingkar di pergelangan. Pukul 09:57. Bajunya masih terpakai, bahkan kaus kaki dan sepatu kusam masih terpasang.
DIRATAMA
Ida Nasution (hantu Angkatan 45) masuk ke kamar.
IDA NASUTION
CHAIRIL ANWAR
Ida memotong.
IDA NASUTION
Chairil terdiam, segan.
Dira bangun dari kasur, membuka selimut.
CUT TO:
INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — LATER
Dira berdiri di depan cermin kotor. Ia mengelap di bagian wajah, terlihat wajahnya yang muram dan kurang tidur.
Dira mengenakan kemeja putih dan celana hitam.
DIRATAMA
Chairil Anwar dan Asrul Sani (hantu Angkatan 45) merangkul di sisi kanan dan kiri.
ASRUL SANI
Rivai Apin (hantu Angkatan 45) duduk di meja kerja, melihat album foto.
RIVAI APIN
Chairil menepuk pundak Dira.
CHAIRIL ANWAR
Dira melihat paket masih terbungkus rapi di ranjangnya. Kotak pink dengan tali pita tersimpul.
Ida masuk, makan membawa piring.
IDA NASUTION
Dira menoleh, tersenyum kecil. Ia mengambil hadiah dan keluar kamar.
Dira berjalan ke ruang tengah, melewati Pramoedya Ananta Toer (hantu Angkatan 45) yang duduk di meja makan tua dengan dua kursi berhadapan. Kamera beralih ke Pram:
PRAMOEDYA ANANTA TOER
(melihat kamera)
Pram menoleh ke Dira yang akan meraih gagang pintu rumah. Dia berhenti, menarik napas.
PRAMOEDYA ANANTA TOER
(melihat kamera)
Dalam hidup kita...
Beat.
Dira gemetar, berkeringat dingin. Yang lain hanya melihat.
PRAMOEDYA ANANTA TOER
(melihat kamera)
Dira membuka pintu, keluar rumah.
DIRATAMA
Pram tersenyum, melihat Dira dan yang lain keluar. Pintu tertutup.
I/E. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD — DAY
Dira berjalan di trotoar, melewati taman dengan anak-anak TK bermain bersama gurunya. Beberapa ibu menunggu dan bergurau, tak jauh dari sana.
Kakinya berhenti. Dari kejauhan, Dira melihat plang perpustakaan:
PERPUSTAKAAN SAHRAZAD
Chairil di belakangnya ikut melihat.
CHAIRIL ANWAR
Mereka masuk.
Perpus penuh dengan orang berdiskusi, minum kopi, dan berlalu lalang membawa buku. Musik jazz ringan mengalun.
Tiga orang membawa boardgame memasuki ruang BOARDGAME CORNER.
Di kafe, empat orang mengantri memesan minum dari barista. Pelanggan paling depan memindai QR Code dengan HP-nya.
INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — CONTINOUS
Andromeda (37), Kepala Perpustakaan Sahrazad, mendorong kereta penuh buku ke dekat meja. Laras (27), pustakawan yang akan cuti melahirkan, ada di balik meja, melayani pemustaka.
LARAS
(ke pemustaka)
ANDROMEDA
(ke pemustaka)
Andromeda mengambil buku di keranjang pengembalian di samping meja.
ANDROMEDA
LARAS
Laras mengelus perutnya yang sudah sangat besar.
ANDROMEDA
Andromeda menunjukkan foto Najwa di HP-nya. Najwa memakai pakaian formal dan rapi, tapi dengan tas ransel yang terlihat tidak senada.
LARAS
Mereka berdua tertawa.
ANDROMEDA
Dira menghampiri meja resepsionis sendirian. Tawa Andromeda berhenti seketika.
LARAS
Dira tidak membalas. Andromeda dan Dira masih saling menatap. Canggung, Laras mengamati mereka.
DIRATAMA
Andromeda tidak peduli. Dingin, Andromeda memerintahkan Laras:
ANDROMEDA
Berusaha mengendalikan diri, Dira membuang muka, mengamati perpus sebentar.
LARAS
ANDROMEDA
Laras mengambil HT di meja.
LARAS (DUAL DIALOGUE)
DIRATAMA (DUAL DIALOGUE)
Andromeda maju dengan kereta bukunya, mendorong Dira dua langkah.
PAK MUNIR (O.S) (DUAL DIALOGUE)
LARAS (DUAL DIALOGUE)
(melihat Dira)
Meda mendorong Dira lagi.
ANDROMEDA
Dira tersenyum canggung ke Laras. Beberapa pemustaka yang ada di dekat mereka menoleh, berhenti sejenak melihat drama perpus.
ANDROMEDA
DIRATAMA
Pak Munir masuk, langsung memegang lengan Dira.
PAK MUNIR
ANDROMEDA
DIRATAMA
Andromeda menggebrak buku di kereta. Perpus mendadak hening. Semua menoleh.
PAK MUNIR
Pak Munir menarik lengannya, membawa Dira keluar. Andromeda dan Laras tersenyum canggung ke pemustaka di sekitar mereka.
Dira keluar dari pintu perpus dan langsung masuk ke rumahnya yang kosong.
CUT TO:
INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — NIGHT
Dira mengamati rumahnya. Sama seperti di kamar, banyak kardus belum dibuka. Hanya meja makan saja yang tak tertutup kain putih.
Dira melangkah, duduk di kursi paling dekat. Ada lampu di atas meja, tapi tidak menyala. Sinar dari luar merayap masuk dalam jendela.
Dira mengambil kotak hadiah dari tas, menaruhnya di meja.
Tarikan napas panjang mengisi ruangan.
Hening.
Dira menatap ke jendela. Bising di luar sedikit terdengar.
Matanya kembali pada kotak hadiah. Ada label kecil bertuliskan:
For the best, my best librarian in the world.
Dira mendorong kotaknya pelan ke tengah meja. Kakinya terangkat ke kursi, dan lengannya mencoba mendekap sekuat mungkin. Mata Dira kembali tertuju pada jendela. Cahaya meredup.
Bunyi bel terdengar. Tapi Dira tak peduli.
Beberapa detik kemudian, bunyi bel kembali terdengar. Kali ini dibarengi ketukan di pintu.
Dira menoleh, memastikan beberapa detik.
Pintu kembali diketuk.
Lemas, Dira beranjak dari kursi. Pintu terbuka dan ia melihat Laras di sana.
LARAS
DIRATAMA
LARAS
DIRATAMA
LARAS
Dira meraih makanan dan lanyard.
Beat.
DIRATAMA
LARAS
DIRATAMA
Dira melihat perut Laras.
DIRATAMA
LARAS
Laras tersenyum sambil mengelus perutnya.
Dira ikut tersenyum, menggenggam erat makanan dan lanyardnya.
Beat.
DIRATAMA
LARAS
DIRATAMA
Dira mengangkat lanyard dan makanan.
LARAS
Dira menelan ludah.
LARAS
Butuh beberapa detik bagi Dira untuk menyadari.
DIRATAMA
Dira ingin bertanya, tapi Laras sudah beranjak ke mobil.
Ida muncul dari balik pintu.
IDA NASUTION
Diikuti Asrul Sani.
ASRUL SANI
DIRATAMA
Dira menutup pintu. Sudah ada Chairil dan Rivai duduk berhadapan di meja makan.
CHAIRIL ANWAR
RIVAI APIN
DIRATAMA
RIVAI APIN
DIRATAMA
Chairil pindah berdiri ke dekat jendela. Dira duduk, membuka makanan di meja. Pecel lele, makanan favoritnya.
IDA NASUTION
DIRATAMA
Saat baru memasukkan makanan, keempat teman hantunya mendekat. Wajah mereka begitu dekat, bersisian, dan melihat Dira penuh harap.
ASRUL SANI
DIRATAMA
CHAIRIL ANWAR
Chairil tersenyum nakal.
DIRATAMA
Dira mengusir mereka, membuat mereka agak menjauh dari meja makan.
Dira meletakkan lanyard di meja. Desainnya dibuat untuk anak muda, dengan grafiti “Perpustakaan Sahrazad” yang mudah dibaca tapi tetap artistik. Ada foto dirinya dan nama Mas Pus.
DIRATAMA
Dira membaliknya, ternyata ada dua kartu. Kartu sebelumnya sebagai pustakawan dan satu lagi sebagai pemustaka.
Ia melanjutkan makan, tapi sudah tak ada hantu Angkatan 45 lagi.
Dira berhenti sejenak. Melihat pecel lelenya lagi.
DIRATAMA