Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Meet Me at the Library
Suka
Favorit
Bagikan
1. Si Pustakawan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — DAY

Insert title:

BAGIAN 1:

SI PUSTAKAWAN

Chairil Anwar (hantu Angkatan 45) dengan membawa secangkir kopi, menepuk Diratama (39), si pustakawan, yang masih terlelap di ranjangnya.

Di sekitarnya, banyak perabot ditutupi kain putih dan berdebu. Kardus-kardus bekas pindahan belum dibuka, berceceran: Buku langka, first edition, baju Dira, alat masak Gerbera, baju Gerbera, buku bahasa Indonesia, buku bahasa Inggris, buku bahasa Prancis. 

CHAIRIL ANWAR

Bangun, bung! Ini hari pertama. Kalo Meda tahu, pasti langsung binasa kau!

Dira bangun, duduk di ranjang. Ia melihat jam tangan masih melingkar di pergelangan. Pukul 09:57. Bajunya masih terpakai, bahkan kaus kaki dan sepatu kusam masih terpasang.

DIRATAMA

Yah, mungkin emang nasib, bung.

Ida Nasution (hantu Angkatan 45) masuk ke kamar.

IDA NASUTION

Sudah, buruan mandi!

CHAIRIL ANWAR

Ida mau mandi--

Ida memotong.

IDA NASUTION

Jangan macem-macem, binatang jalang!

Chairil terdiam, segan.

Dira bangun dari kasur, membuka selimut.

CUT TO:

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — LATER

Dira berdiri di depan cermin kotor. Ia mengelap di bagian wajah, terlihat wajahnya yang muram dan kurang tidur.

Dira mengenakan kemeja putih dan celana hitam.

DIRATAMA

Menurut kalian gimana?

Chairil Anwar dan Asrul Sani (hantu Angkatan 45) merangkul di sisi kanan dan kiri.

ASRUL SANI

Perlu pakai dasi?

Rivai Apin (hantu Angkatan 45) duduk di meja kerja, melihat album foto.

RIVAI APIN

Kayaknya enggak seformal itu.

Chairil menepuk pundak Dira.

CHAIRIL ANWAR

Sudah oke, bung. Jangan lupa paketmu.

Dira melihat paket masih terbungkus rapi di ranjangnya. Kotak pink dengan tali pita tersimpul.

Ida masuk, makan membawa piring.

IDA NASUTION

Sudah jam segini, Dira.

Dira menoleh, tersenyum kecil. Ia mengambil hadiah dan keluar kamar.

Dira berjalan ke ruang tengah, melewati Pramoedya Ananta Toer (hantu Angkatan 45) yang duduk di meja makan tua dengan dua kursi berhadapan. Kamera beralih ke Pram:

PRAMOEDYA ANANTA TOER

(melihat kamera)

Terkadang rasa sepi membawa kita pada teman-teman yang tak pernah dibayangkan.

Pram menoleh ke Dira yang akan meraih gagang pintu rumah. Dia berhenti, menarik napas.

PRAMOEDYA ANANTA TOER

(melihat kamera)

Dalam hidup kita...

Beat.

Dira gemetar, berkeringat dingin. Yang lain hanya melihat.

PRAMOEDYA ANANTA TOER

(melihat kamera)

Cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?

Dira membuka pintu, keluar rumah.

DIRATAMA

Aku berangkat, semuanya.

Pram tersenyum, melihat Dira dan yang lain keluar. Pintu tertutup.

I/E. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD — DAY

Dira berjalan di trotoar, melewati taman dengan anak-anak TK bermain bersama gurunya. Beberapa ibu menunggu dan bergurau, tak jauh dari sana.

Kakinya berhenti. Dari kejauhan, Dira melihat plang perpustakaan:

PERPUSTAKAAN SAHRAZAD

Chairil di belakangnya ikut melihat.

CHAIRIL ANWAR

Pasti bakal jadi hari yang tentram.

Mereka masuk.

Perpus penuh dengan orang berdiskusi, minum kopi, dan berlalu lalang membawa buku. Musik jazz ringan mengalun.

Tiga orang membawa boardgame memasuki ruang BOARDGAME CORNER.

Di kafe, empat orang mengantri memesan minum dari barista. Pelanggan paling depan memindai QR Code dengan HP-nya.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — CONTINOUS

Andromeda (37), Kepala Perpustakaan Sahrazad, mendorong kereta penuh buku ke dekat meja. Laras (27), pustakawan yang akan cuti melahirkan, ada di balik meja, melayani pemustaka.

LARAS

(ke pemustaka)

Tanggal akhir pengembaliannya seminggu mulai dari hari ini ya. Terima kasih. Selamat membaca!

ANDROMEDA

(ke pemustaka)

Terima kasih. Selamat membaca.

Andromeda mengambil buku di keranjang pengembalian di samping meja.

ANDROMEDA

Kamu bukannya udah cuti ya?

LARAS

Ini hari terakhir. Penggantiku udah dateng kan?

Laras mengelus perutnya yang sudah sangat besar.

ANDROMEDA

Oh ya, Najwa yang mulai hari ini. Dia kirim foto mau wawancara tadi.

Andromeda menunjukkan foto Najwa di HP-nya. Najwa memakai pakaian formal dan rapi, tapi dengan tas ransel yang terlihat tidak senada.

LARAS

Dia pasti kesiksa pakai baju kayak gitu.

Mereka berdua tertawa.

ANDROMEDA

Yah, semoga worth it buat beasiswa S3-nya.

Dira menghampiri meja resepsionis sendirian. Tawa Andromeda berhenti seketika.

LARAS

Selamat datang di Perpustakaan Sahrazad, Kak. Ada yang bisa kami bantu?

Dira tidak membalas. Andromeda dan Dira masih saling menatap. Canggung, Laras mengamati mereka.

DIRATAMA

Bonjour.

Andromeda tidak peduli. Dingin, Andromeda memerintahkan Laras:

ANDROMEDA

Suruh Pak Munir ke sini. Bawa orang ini keluar dan jangan sampai dia masuk hari ini.

Berusaha mengendalikan diri, Dira membuang muka, mengamati perpus sebentar.

LARAS

Maaf?

ANDROMEDA

Suruh Pak Munir ke sini!

Laras mengambil HT di meja.

LARAS (DUAL DIALOGUE)

Pak Munir bisa ke sini sekarang?

DIRATAMA (DUAL DIALOGUE)

Aku kan udah kamu terima kerja di sini, Meda.

Andromeda maju dengan kereta bukunya, mendorong Dira dua langkah.

PAK MUNIR (O.S) (DUAL DIALOGUE)

Siap, Mbak Laras.

LARAS (DUAL DIALOGUE)

(melihat Dira)

Oh, jadi Mas yang bakal gantiin saya?

Meda mendorong Dira lagi.

ANDROMEDA

Go fucking home.

Dira tersenyum canggung ke Laras. Beberapa pemustaka yang ada di dekat mereka menoleh, berhenti sejenak melihat drama perpus.

ANDROMEDA

Laras masih di sini hari ini. Nggak ada alasan kamu buat ke sini.

DIRATAMA

Can I at least--

Pak Munir masuk, langsung memegang lengan Dira.

PAK MUNIR

Mbak Andromeda?

ANDROMEDA

Jangan biarin dia masuk hari ini, Pak.

DIRATAMA

Tapi--

Andromeda menggebrak buku di kereta. Perpus mendadak hening. Semua menoleh.

PAK MUNIR

Ikut saya, Mas.

Pak Munir menarik lengannya, membawa Dira keluar. Andromeda dan Laras tersenyum canggung ke pemustaka di sekitar mereka.

Dira keluar dari pintu perpus dan langsung masuk ke rumahnya yang kosong.


CUT TO:

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — NIGHT

Dira mengamati rumahnya. Sama seperti di kamar, banyak kardus belum dibuka. Hanya meja makan saja yang tak tertutup kain putih.

Dira melangkah, duduk di kursi paling dekat. Ada lampu di atas meja, tapi tidak menyala. Sinar dari luar merayap masuk dalam jendela.

Dira mengambil kotak hadiah dari tas, menaruhnya di meja.

Tarikan napas panjang mengisi ruangan.

Hening.

Dira menatap ke jendela. Bising di luar sedikit terdengar.

Matanya kembali pada kotak hadiah. Ada label kecil bertuliskan:

For the best, my best librarian in the world.

Dira mendorong kotaknya pelan ke tengah meja. Kakinya terangkat ke kursi, dan lengannya mencoba mendekap sekuat mungkin. Mata Dira kembali tertuju pada jendela. Cahaya meredup.

Bunyi bel terdengar. Tapi Dira tak peduli.

Beberapa detik kemudian, bunyi bel kembali terdengar. Kali ini dibarengi ketukan di pintu.

Dira menoleh, memastikan beberapa detik.

Pintu kembali diketuk.

Lemas, Dira beranjak dari kursi. Pintu terbuka dan ia melihat Laras di sana.

LARAS

Mas, ini dari Kak Andromeda, buat makan malam katanya.

DIRATAMA

Makan malam?

LARAS

Aku buatkan lanyard juga. Desainnya bukan aku sih yang bikin. Tapi emang udah dipesenin Kak Andromeda.

DIRATAMA

Tapi kenapa aku diusir tadi?

LARAS

Kak Andromeda biasanya punya alasan. Tapi kali ini aku nggak paham sama sekali.

Dira meraih makanan dan lanyard.

Beat.

DIRATAMA

Makasih ya. Eh, siapa namamu?

LARAS

Laras.

DIRATAMA

Makasih ya, Laras.

Dira melihat perut Laras.

DIRATAMA

Laki-laki atau perempuan?

LARAS

Kata dokternya perempuan.

Laras tersenyum sambil mengelus perutnya.

Dira ikut tersenyum, menggenggam erat makanan dan lanyardnya.

Beat.

DIRATAMA

Mau masuk dulu?

LARAS

Suamiku udah nungguin di mobil. Kita perlu siap-siap ke dokter.

DIRATAMA

Semoga lancar.

Dira mengangkat lanyard dan makanan.

LARAS

Jangan telat ya besok. Or you will find the worst version of her.

Dira menelan ludah.

LARAS

Selamat kerja, Mas Pus.

Butuh beberapa detik bagi Dira untuk menyadari.

DIRATAMA

Mas Pus?

Dira ingin bertanya, tapi Laras sudah beranjak ke mobil.

Ida muncul dari balik pintu.

IDA NASUTION

Manis banget.

Diikuti Asrul Sani.

ASRUL SANI

Besok nggak bisa telat lagi, Dira. Andromeda serem banget.

DIRATAMA

Mungkin aku akhirnya bisa gabung sama kalian, Asrul.

Dira menutup pintu. Sudah ada Chairil dan Rivai duduk berhadapan di meja makan.

CHAIRIL ANWAR

Perpus Sahrazad butuh kamu, bung.

RIVAI APIN

Sahrazad, Sahrazad... Hm, kayak pernah denger.

DIRATAMA

Sahrazad itu Ratu di cerita 1001 malam.

RIVAI APIN

Dia cerita ke raja biar dia nggak mati ya? Biar nggak dibunuh, kan?

DIRATAMA

Cerita sebagai napas hidupnya. Satu-satunya cara buat dia bertahan.

Chairil pindah berdiri ke dekat jendela. Dira duduk, membuka makanan di meja. Pecel lele, makanan favoritnya.

IDA NASUTION

Andromeda tahu makanan favoritmu?

DIRATAMA

Dia tahu hampir semua tentang aku.

Saat baru memasukkan makanan, keempat teman hantunya mendekat. Wajah mereka begitu dekat, bersisian, dan melihat Dira penuh harap.

ASRUL SANI

Ceritain lah!

DIRATAMA

Apaan sih! Lagi makan.

CHAIRIL ANWAR

Jangan-jangan...

Chairil tersenyum nakal.

DIRATAMA

Kalian berisik banget.

Dira mengusir mereka, membuat mereka agak menjauh dari meja makan.

Dira meletakkan lanyard di meja. Desainnya dibuat untuk anak muda, dengan grafiti “Perpustakaan Sahrazad” yang mudah dibaca tapi tetap artistik. Ada foto dirinya dan nama Mas Pus.

DIRATAMA

Mas Pus?

Dira membaliknya, ternyata ada dua kartu. Kartu sebelumnya sebagai pustakawan dan satu lagi sebagai pemustaka.

Ia melanjutkan makan, tapi sudah tak ada hantu Angkatan 45 lagi.

Dira berhenti sejenak. Melihat pecel lelenya lagi.

DIRATAMA

Rasanya masih sama, Meda.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar