Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Meet Me at the Library
Suka
Favorit
Bagikan
3. Dipaksa Dewasa
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — CONTINOUS

Dira pulang. Chairil, Asrul, Rivai, dan Ida sudah menunggunya.

CHAIRIL ANWAR

Bung banyak kejadian seru hari ini.

Dira duduk di meja makan, menghela napasnya. Ida ikut duduk di seberang, menopang dagu di meja.

IDA NASUTION

Ella bikin overthinking. Kinara dan Kung Arbi juga nggak ada matinya.

Dira melepaskan lanyard dari lehernya, kemudian melemparnya ke Asrul di samping.

DIRATAMA

Manusia emang makhluk aneh.

Dira melihat mereka satu per satu.

RIVAI APIN

Tapi dari semuanya, mungkin Ella yang paling kesulitan.

DIRATAMA

Oh ya? Kok bisa?

RIVAI APIN

Dari tiga staf, cuma dia yang tanya kenapa kamu mau kerja di Perpus Sahrazad. Gaji nggak seberapa, kerjaan banyak, ada Meda lagi.

Rivai Apin bergidik.

CHAIRIL ANWAR

Mungkin dia dipaksa.

IDA NASUTION

Mana mungkin. Dia sendiri yang bilang mau cari uang.

CHAIRIL ANWAR

Bukan dipaksa itu, sayang. Maksudnya dipaksa dewasa.

Kali ini Ida yang bergidik.

Dira mengambil foto dari kotak hadiah di dalam tas: foto Dira sedang tertawa melihat K dan L yang fokus padanya.

DIRATAMA

Mungkin aku coba ngobrol lagi besok.

CUT TO:

EXT. POS SATPAM, RUMAH ELLA — NIGHT

Insert title:

BAGIAN 3:

DIPAKSA DEWASA

Ella berjalan melewati pos satpam.

PAK SAM

Baru pulang, Teh Ella?

ELLA

Ada banyak urusan tadi, Pak. Ella mulai kerja di Perpus Sahrazad.

PAK SAM

Wah, makin sibuk. Sekolahnya gimana, Teh?

ELLA

Aman.

(menyodorkan buku)

Ini pak. Dibaca.

PAK SAM

Wah! Hercule Poirot lagi? Pak Sam udah nungguin dari kemarin-kemarin nih.

ELLA

Kalau Pak Sam bisa mecahin kasus itu, nanti Ella kasih hadiah.

Pak Munir sumringah. Ella mengeluarkan satu buku lagi.

ELLA

Kalau ini bukan buku perpus.

PAK SAM

(khas Sunda)

Pelpeten Rabit? Sama ini bukunya kok kosong.

ELLA

Iya, Velveteen Rabbit. Kata Mas Pus, pustakawan kita yang baru, itu buku bagus buat adek bayi. Ya mungkin belum paham sih, tapi lumayan bisa dibacain dulu.

(menunjuk buku tulis)

Sama satu lagi buku tulis buat Ratih. Dia mau jadi penulis, kan? Jadi harus banyak nulis.

PAK SAM

Waduh, nggak usah repot-repot, Teh. Pak Sam kan jadi nggak enak kalau kayak gini.

ELLA

Halah kayak baru kenal sama Ella aja. Biasanya Pak Sam juga yang nganterin ke Bengkel Kopi Kakek pas kecil.

PAK SAM

Oh iya, gimana kabar Kakek?

ELLA

Dia lagi bikin mesin kopi baru kayaknya. Grinder atau apa gitu. Biar gilingannya lebih alus lagi.

PAK SAM

Udah umur segitu tapi cita-citanya nggak abis-abis ya.

Ella tertawa kecil.

ELLA

Beda sama cucunya. Udah lah. Ella masuk dulu ya, Pak Sam. Ntar aku salamin ke Kakek pas mampir ke sana.

PAK SAM

Terima kasih banget, Teh Ella. Saya jadi sungkan.

Ella menepis dengan melambaikan tangan. Keduanya tersenyum.

ELLA

Saya masuk dulu, Pak.

Ella masuk ke rumahnya. Salah satu rumah paling besar yang ada di kota. Dengan jalan khusus dan pohon mengiringi tapak Ella. Di dalam sudah sepi dan tidak banyak lampu menyala. Ada sedikit suara dari ruang rekaman di lantai satu.

Ella naik ke kamarnya di lantai 2.

PAK MUNIR (O.S.)

(suara kecil dari luar)

Teh Ella, yang ngasih.

RATIH

Wah! Keren banget! Selera Teh Ella emang beda. Ratih udah minta buku tulis baru dari bulan lalu.

PAK SAM

Ya nanti bapa belikan kalau kurang.

Di kamar, Ella memandang mereka dari jendela.

Kakinya kemudian melangkah ke meja belajarnya, menarik selembar kertas dari laci. Terlihat formulir rencana karir dari sekolah yang masih belum terisi.

Ada nama Ella Fitzgerald saja di sana.

Ella duduk di kursi, termenung. Di mejanya ada laptop yang tertutup, peralatan sekolah, dan gelas kosong.

Tangannya mengambil bolpen, mencoba menulis, tapi tidak ada ide sedikitpun yang keluar.

Ella memutar kursinya, melihat ke dinding. Ada poster-poster dengan gambar hewan liar. Tapi ada salah satu poster berbeda. Terlihat gambar Percy Jackson dan tulisan:

“It's funny how humans can wrap their mind around things and fit them into their version of reality.” -Rick Riordan

Ella membuka handphone-nya, mencari nama Kakek. Saat akan menelepon, dia mengurungkan niat dan mematikan handphone-nya.

Meda berjalan ke kasur, berbaring. Matanya mengamati langit-langit yang ditempeli ikan-ikan kecil tanpa warna.

ELLA

Hey, Google!

Suara Google Assistant menjawab.

ELLA

Turn off the light of my room.

Suara Google Assistant menjawab lagi. Lampu mati dan seluruh ikan di langit-langit berpendar terang penuh warna. Ella mengamatinya.

ELLA

Please send me some insight. And a cup of coffee would be nice too.


CUT TO:

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — DAY

Kali ini, Dira tidak telat dan sudah ada duduk di tempat kerjanya. Meda menghampiri meja dengan mendorong kereta buku. Ella mengikuti di belakangnya.

Di koridor diskusi sudah cukup ramai mahasiswa berjas almamater warna biru tua berdiskusi tugas akhir mereka.

Dira mengamati kafe yang juga cukup ramai. Tangannya merogoh kocek. Ada uang lima puluh ribu rupiah. Kepalanya mengangguk. Mungkin dia akan mencoba kopinya dalam waktu dekat.

Seorang wanita dengan pakaian rapi berjalan menuju Ruang Baca Perpustakaan Sahrazad. Dia tidak ke rak buku, tapi di tangannya sudah ada laptop dan beberapa buku.

Kid's Corner tidak seramai tempo hari. Tidak ada tanda-tanda Kung Arbi juga.

ELLA

Cari apa, Mas Pus?

DIRATAMA

Kung Arbi sama Kinara nggak kelihatan.

ANDROMEDA

Mereka ada kerjaan di panggung. Sekalian. Kita akan ada acara "1001 Cerita Kita" bulan depan. Tapi kita persiapan mulai hari ini. Program yang kamu kerjain juga akan kita umumin di acara itu.

Dira hendak bertanya.

ANDROMEDA

Sebentar, jangan dipotong dulu. Ella, kamu nanti akan tampilkan foto dan video buat promosi sama hari H. Bisa kan?

ELLA

(mengangguk)

Bisa. Desain posternya aku minta ke Kung Arbi?

ANDROMEDA

Betul. Nanti bisa minta dia. Kalau susah bisa kamu email aja. Atau taruh di cloud. Kinara sama Kung Arbi akan aku briefing terpisah karena masih sibuk doodling di luar. Kelas udah kamu bersihin kan, Mas Pus?

DIRATAMA

Udah tadi pagi. Buku tuanya ada dimana?

Meda melihat ke Ruangan Buku Khusus dan menunjuk dengan jarinya.

ANDROMEDA

Ruangannya di sana.

(memberikan kunci)

Ini kuncinya. Kalau ilang, nyawamu ilang. Paham?

Seorang pemustaka laki-laki seumuran Ella menghampiri meja resepsionis.

ANDROMEDA

Ada pertanyaan lain?

Dira menelan ludah, menggeleng pelan.

ANDROMEDA

Ella, bisa kamu urus Masnya sebentar. Biar Dira langsung kerja?

ELLA

Oke.

(ke pemustaka)

Saya Ella. Ada yang bisa aku bantu, Kak?

Sementara Ella melayani pemustaka, Dira beranjak dari kursinya menuju Ruangan Buku Khusus. Meda juga sudah kembali ke ruangannya.

ODY

Kenalin aku Ody. Kamu Ella dari kelas XI bahasa, kan? Aku Ody. Eh, tadi namanya udah ya.

Canggung, Ody mengulurkan tangannya. Ella diam sejenak, berpikir, mengamati tangan Ody.

ODY

Aku dari kelas XII IPA. Aku sempat lihat kamu waktu class meeting beberapa minggu lalu.

Akhirnya setelah beberapa detik, Ella meraih tangan Ody. Masih dengan tatapan dingin Ella.

ELLA

Kak Ody cari buku apa?

Ody tampak berpikir sejenak.

ODY

Ada yang bisa kamu rekomendasiin? Mungkin buku favoritmu?

Ella tidak merespon selama beberapa detik.

ELLA

Jadi Kak Ody jauh-jauh ke sini buat PDKT sama Ella?

Ditodong telak, Ody salah tingkah. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia melihat ke belakang dan sudah berjajar dua pemustaka lain yang mau meminjam buku.

ELLA

Mohon maaf, Kak. Kalau nggak ada buku yang mau dipinjam, mungkin bisa ke samping dulu untuk kasih kesempatan pemustaka yang lain buat pinjem?

Meda datang tanpa kereta buku. Dia menunggu di belakang Ella.

ODY

Eh, daftar, Ella. Kalau mau daftar anggota bisa kan?

ELLA

(menunjuk di atas meja)

Boleh. Silakan scan QR Code di depan dan isi data diri dulu. Cetak kartunya nanti akan dibantu setelah datanya diisi.

(dingin, menunjuk Koridor Diskusi)

Ngisinya bisa ke Koridor Diskusi dulu ya, Kak.

Tak berkutik, Ody akhirnya menyerah dan beranjak ke Koridor Diskusi.

ANDROMEDA

(tertawa kecil)

Harus sedingin itu, Ella?

ELLA

(mengangkat bahu)

Ella cuma kerja sesuai SOP.

ANDROMEDA

Kamu bisa bantu Mas Pus di Ruang Buku Khusus? Biar Kak Meda yang jaga depan.

ELLA

Ella nggak ngerti sama sekali soal buku tua.

ANDROMEDA

Kamu kira aku ngerti? Yang paham di sini cuma Dira.

ELLA

Terus?

ANDROMEDA

Kamu bisa bantu dokumentasi aja di sana. Kita perlu buat promosi programnya Mas Pus.

Ella mengangguk dan membuat tanda OK dengan tangannya. Dia mengambil kamera analog kemudian langsung pergi tanpa basa-basi.

Saat dua pemustaka lain selesai meminjam buku, Ody kembali untuk mengambil kartu anggota perpustakaan.

ANDROMEDA

Selamat datang di Perpustakaan Sahrazad. Saya Meda Ada yang bisa kami bantu?

ODY

Ella tadi mana ya?

ANDROMEDA

Ella sedang ada tugas lain. Dengan Kak siapa ya? Mau dibantu untuk bikin kartu anggotanya?

ODY

Kira-kira Ella baliknya kapan ya?

Meda mengatur napas, mencoba sabar dan tenang.

ANDROMEDA

Kak Ella nggak akan balik sampai jam pulang. Kakak masih mau daftar untuk jadi anggota?

Tatapan tajam Meda menyadarkan Ody, dan segera ia menyerahkan layar handphone-nya.

ODY

Oh iya, maaf, Kak. Boleh minta dicetak kartu anggotanya?

Meda kembali lebih tenang dan melayani.

ANDROMEDA

Untuk biaya cetaknya empat puluh ribu rupiah. Apa nggak masalah?

Ody hanya mengangguk cepat. Sambil mengambil hasil cetak kartu, Meda juga menyiapkan QRIS untuk pembayaran.

ANDROMEDA

Mau bayar tunai atau pakai QRIS?

ODY

QRIS aja.

Ody menyiapkan handphone-nya, memindai, kemudian Meda memberikan kartu yang sudah jadi.

ANDROMEDA

Terima kasih. Selamat bergabung dengan Perpustakana Sahrazad. Saya jelaskan sedikit: setiap anggota bisa pinjam buku maksimal dua per minggu, dan perpanjangan maksimal seminggu. Kalau telat akan dikenakan denda. Sistem kami akan mengingatkan anggota untuk mengembalikan buku tepat waktu. Ada hal lain yang bisa kami bantu?

Dari ranselnya, Ody mengeluarkan cokelat berbentuk sepatu dengan gambar Charlie Chaplin di bungkusnya.

ODY

Saya boleh nitip ini buat Ella? Ini cokelat dari Swiss waktu saya belajar bikin di sana.

ANDROMEDA

Wow! Kamu pengen jadi chocolatier? Semoga sukses ya. Buat karier dan asmaranya.

ODY

Makasih. Saya permisi dulu

Ody beranjak pergi. Setelah dia sudah keluar, Meda mengambil HT.

ANDROMEDA

Ella, bisa ke depan sebentar?

ELLA

Got it.

Ella datang berbarengan dengan satu pemustaka anak kecil.

ANDROMEDA

(ke pemustaka)

Sebentar ya, Dek.

(ke Ella)

Ini dari Ody, buat kamu. Bagi aja sama Mas Pus di Ruang Buku Khusus.

Ella menerima cokelatnya, terdiam sebentar.

ANDROMEDA

(ke Ella)

Udah sana. Kerja lagi.

Ella hendak protes, tapi Meda sudah melayani pemustaka. Akhirnya dia melangkah kembali ke Ruang Buku Khusus.

EXT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, PANGGUNG 1001 MALAM — LATER

Kinara membantu Kung Arbi membawa tiga ember cat berbeda warna. Kung Arbi mengambil dan membuka tas kuas, memperlihatkan berbagai kuas ukuran berbeda yang tertata rapi, siap dipakai.

Kali ini, Kung Arbi memakai t-shirt putih dengan haramaki warna hijau di pinggangnya. Dia mengeluarkan tiga kuas dan menaruhnya di haramaki seperti karakter Zoro dalam One Piece.

KINARA

Harus banget cosplay tiap hari?

Sementara Kinara mengenakan t-shirt pink dengan celana monyet biru. Rambutnya diikat asal. Tangannya menaruh ember cat yang belum terbuka ke dekat Kung Arbi.

KUNG ARBI

Harus banget berisik tiap hari?

KINARA

Mau dibantuin nggak?

KUNG ARBI


Iya, iya. Katanya kemarin minta diajakin. Sekarang diajaki protes.

(menunjuk kostumnya)

Ini biar mengilhami aja. Biar semangat kerja. Tolong bukain ember catnya.

Kinara berjongkok, membuka ember cat.

KINARA

Terserah lah. Kita mau bikin apa?

Setelah ember terbuka, Kinara mengambil topi bucket di saku celana monyet dan mengenakannya.

KUNG ARBI

Doodle aja yang banyak. Temboknya lumayan gede. Jadi bisa dibagi. Warna paletnya pakai yang udah ada di ember. Udah aku pilihin yang cocok sama desain Perpus Sahrazad.

Kung Arbi juga menggunakan topi hijau secara terbalik.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG BUKU KHUSUS — SAME TIME

Dira sibuk memindai buku-tua dengan hati-hati di dalam ruangan khusus. Tangannya terbungkus sarung latex, lengkap dengan kacamata, penutup rambut, dan masker menutupi wajah.

Di luar, Ella mengetuk kaca, membuat Dira mendongak. Ella menunjuk cokelat yang ada di tangannya. Dira hanya menjawabnya dengan acungan jempol, kemudian kembali fokus dengan buku tua yang ada di tangannya.

Setelah selesai memindai, Dira keluar dan melepaskan pelindung di tubuhnya.

ELLA

Ini Ella dapet dari pemustaka.

Ella membagikan cokelatnya.

ELLA

Ella keluar dulu ya. Harus fotoin Kung Arbi sama Kak Kinara di luar.

Ella langsung berjalan keluar.

DIRATAMA

Eh iya, terima kasih, La.

Dira memegang cokelatnya. Kamera fokus pada tangan Dira. Chairil tiba-tiba muncul dari balik rak bersama Asrul dan Rivai. Ida ikut hadir dari dalam ruangan digitalisasi.

IDA NASUTION

Kenapa nggak dimakan, Dira?

CHAIRIL ANWAR

Bung kalau nggak mau bisa buat kita-kita aja.

Setelah fokus dengan cokelat, Dira mendongak dan menatap mereka satu per satu.

DIRATAMA

Kalian mau denger cerita?

Mereka saling menoleh dan mengangguk bersamaan.

ASRUL SANI

Supaya lebih asik, aku bantuin dikit ya.

Asrul pergi ke balik rak dan kembali bersama seseorang. Dia adalah Usmar Ismail, bapak perfilman Indonesia dan salah satu Angkatan 45 yang lain.

Di tangannya, Usmar membawa proyektor kuno dengan film yang siap diputar. Chairil dan Rivai menarik Dira menjauhi tembok. Lampu dimatikan, mereka duduk bersamaan, dan film ditayangkan.

Kamera maju, mendekat menuju gambar yang bergerak semakin cepat.

CUT TO:

INT. RESTORAN PRANCIS — NIGHT

Dira melamar kerja di sebuah restoran sebagai tukang cuci piring dan diterima. Penerima kerja bersalaman dengannya.

Setelah mengenakan pakaian dapur, Dira masuk. Berbeda dengan ruangan tamu restoran yang terlihat tenang dan sepi, di dapur, Dira melihat medan perang. Chef dan para asistennya sibuk di pos masing-masing menyiapkan bahan dan makanan.

Yang paling kelihatan adalah Gerbera, dengan baju putih dan topi putih, dia berkeliling menginspeksi setiap sudut dapur.

GERBERA

Allez! Allez! Allez!

(subtitle)

Ayo! Ayo! Ayo!

Gerbera menepuk tangannya, kemudian berhenti di posnya sendiri, memotong ikan tuna utuh dengan cekatan dan tanpa kesalahan.

GERBERA

Une erreur et vous mourrez!

(subtitle)

Satu kesalahan dan kalian mati!

Masih sambil memotong, Gerbera berteriak ke Dira.

GERBERA

Toi, nouvel esclave! Sors d'ici ou fais ton boulot!

(subtitle)

Oi, budak baru! Keluar dari sini atau kerjakan tugasmu!

Dira kaget. Dia tahu siapa yang baru dipanggil Gerbera.

DIRATAMA

Oui, oui, madame!

Sambil ketakutan, Dira beranjak ke wastafel dan segera mencicil dua tumpuk alat masak kotor. Dira mengambil sabun dan menumpahkannya di sponge. Satu per satu alat masak mulai tercuci bersih.

Di belakang Dira, Gerbera masih sibuk dengan medan perangnya sendiri. Layaknya komandan, dia mencicipi setiap masakan sebelum diberikan ke pelanggan yang datang. Pelayan berbaju hitam rapi masuk dan mengambil makanan yang siap disajikan.

GERBERA

Oi! New guy! You better make them clean or I'll make you lick every filthy plate in this kitchen.

Gerbera tiba-tiba berdiri di belakang Dira.

GERBERA

We don't have rats on top of our heads. So make all of your goddamn life useful for once!

Dira panik, tidak sengaja menjatuhkan piring ke wastafel dan langsung pecah. Dapur mendadak hening. Suram. Mencekam.


CUT TO:

EXT. RESTORAN PRANCIS DI CANNES — NIGHT

Dira duduk sendiri di undakan tangga, memegangi kepalanya. Staf restoran lain keluar dari pintu belakang, pulang ke tempatnya masing-masing. Salah satunya menepuk pundak Dira, kemudian pergi tanpa berkata apapun.

Dira menyandarkan punggungnya ke tembok. Gerbera keluar paling akhir. Matanya melirik Dira, kemudian pergi. Tapi setelah beberapa langkah, kakinya terhenti.

Gerbera menghela napas, kemudian berbalik. Dia duduk di samping Dira.

GERBERA

Comment tu t'appelles?

(subtitle)

What's your name?

Dira kaget, membuka matanya. Wajah Gerbera cukup dekat. Walaupun sedikit berkeringat dan sudah berganti dengan t-shirt dan jaket, Dira masih bisa mencium bau harum masakan Prancis.

Gerbera menunggu.

DIRATAMA

Dira. Diratama.

GERBERA

Dari Indonesia?

Dira menoleh, menatap Gerbera lekat.

DIRATAMA

Kamu dari Indonesia juga?

GERBERA

Ibuku dari Bandung. Ayahku dari Besançon.

DIRATAMA

Aku kuliah di Besançon.

Gerbera akhirnya menoleh.

GERBERA

Ikut aku.

EXT. JALANAN CANNES — NIGHT

Gerbera berdiri, menyalakan motor Vespa dan mengenakan helm. Dia juga melemparkan satu helm lain untuk Dira. Sedikit ragu, Dira akhirnya berdiri dan naik di jok belakang.

Vespa melaju, melewati jalanan malam Cannes yang tidak terlalu ramai.

Hidung Dira mencium sesuatu. Bau asin. Bau laut.

DIRATAMA

La mer? Vous ne me tuerez pas, n'est-ce pas?

(subtitle)

Laut? Kamu nggak bunuh aku, kan?

Gerbera tidak menjawab. Vespanya masih berjalan dan beberapa menit kemudian akhirnya berhenti di pantai Cannes yang agak sepi.

EXT. PANTAI CANNES — CONTINOUS

Mereka berdua turun. Tanpa menyuruh Dira, Gerbera berjalan mendekati laut sambil membawa tasnya. Dira diam sejenak, tapi akhirnya mengikuti di belakang.

Gerbera membuka tas dan tercium bau lain. Karena terlalu panik, Dira mundur dan tersandung. Ia jatuh dan menutup matanya. Gerbera meliriknya dan tertawa kecil.

Bau pastry yang tidak terlalu hangat, dengan panggangan pas, dan layak dicoba. Sambil memegang pastry, Gerbera mengeluarkan cokelat dengan bentuk kaki dan gambar Charlie Chaplin di bungkusnya.

GERBERA

Coba ini. Cokelat dari Swiss.

Tangan Dira tak bergerak. Cemas dan ketakutan. Napasnya tersenggal.

GERBERA

Kalau mau bunuh kamu, mending di dapur tadi sekalian. Ambil.

Dira akhirnya meraih cokelat dan mencobanya.

GERBERA

Gimana rasanya?

DIRATAMA

Ada rasa asam dikit. Manis sedikit. Pahit mungkin yang agak dominan. Sama kayak ada rasa buahnya. Harumnya juga agak beda dari cokelat di Indonesia.

Gerbera mengeluarkan buku catatan kecil dari dalam tas dan menuliskan sesuatu.

GERBERA

Sekarang coba ini.

Gerbera menyerahkan roti dengan lapisan cokelat.

Dira mencobanya. Beat.

DIRATAMA

Ini lebih manis. Nggak banyak asam sama pahitnya. Lumayan renyah di luar tapi lembut di dalam.

Gerbera terus mencatat.

DIRATAMA

Apa namanya?

Sambil tetap menulis, Gerbera merespon Dira.

GERBERA

Brioche.

DIRATAMA

Not French enough to me.

GERBERA

It’s a Polish brioche recipe, which is basically a brioche filled with chocolate spread or jam and braided.

Dira mengamati Gerbera yang sibuk dengan dunianya sendiri sambil mengunyah brioche di tangannya sedikit demi sedikit. Degup jantungnya semakin cepat. Pupilnya membesar. Terpaan angin pantai menerbangkan rambut Gerbera yang terurai.

ANGKATAN 45 (O.S)

Wooo!


BACK TO:

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG BUKU KHUSUS — DAY

Kagum dengan cerita Dira, Angkatan 45 bertepuk tangan. Sambil mengunyah cokelat, Dira tersenyum getir.

DIRATAMA

Agak pahit.

IDA NASUTION

Gerbera beruntung banget.

DIRATAMA

Kita sama-sama beruntung.

USMAR ISMAIL

Mungkin sudah waktunya kamu buka kotak dari dia, Dira.


Dira memandang sinar proyektor yang tak lagi menampilkan gambar.

Dira menutup mata. Layar gelap.

Hanya hembusan napas Dira yang terdengar. Dia mencoba mengendalikan dirinya.

Saat matanya terbuka, tak ada proyektor di sana. Angkatan 45 juga menghilang. Dira sendiri di kegelapan, mencoba menikmati cokelat di tangannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar