Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — CONTINOUS
Dira pulang. Chairil, Asrul, Rivai, dan Ida sudah menunggunya.
CHAIRIL ANWAR
Dira duduk di meja makan, menghela napasnya. Ida ikut duduk di seberang, menopang dagu di meja.
IDA NASUTION
Dira melepaskan lanyard dari lehernya, kemudian melemparnya ke Asrul di samping.
DIRATAMA
Dira melihat mereka satu per satu.
RIVAI APIN
DIRATAMA
RIVAI APIN
Rivai Apin bergidik.
CHAIRIL ANWAR
IDA NASUTION
CHAIRIL ANWAR
Kali ini Ida yang bergidik.
Dira mengambil foto dari kotak hadiah di dalam tas: foto Dira sedang tertawa melihat K dan L yang fokus padanya.
DIRATAMA
CUT TO:
EXT. POS SATPAM, RUMAH ELLA — NIGHT
Insert title:
BAGIAN 3:
DIPAKSA DEWASA
Ella berjalan melewati pos satpam.
PAK SAM
ELLA
PAK SAM
ELLA
(menyodorkan buku)
PAK SAM
ELLA
Pak Munir sumringah. Ella mengeluarkan satu buku lagi.
ELLA
PAK SAM
(khas Sunda)
ELLA
(menunjuk buku tulis)
PAK SAM
ELLA
PAK SAM
ELLA
PAK SAM
Ella tertawa kecil.
ELLA
PAK SAM
Ella menepis dengan melambaikan tangan. Keduanya tersenyum.
ELLA
Ella masuk ke rumahnya. Salah satu rumah paling besar yang ada di kota. Dengan jalan khusus dan pohon mengiringi tapak Ella. Di dalam sudah sepi dan tidak banyak lampu menyala. Ada sedikit suara dari ruang rekaman di lantai satu.
Ella naik ke kamarnya di lantai 2.
PAK MUNIR (O.S.)
(suara kecil dari luar)
RATIH
PAK SAM
Di kamar, Ella memandang mereka dari jendela.
Kakinya kemudian melangkah ke meja belajarnya, menarik selembar kertas dari laci. Terlihat formulir rencana karir dari sekolah yang masih belum terisi.
Ada nama Ella Fitzgerald saja di sana.
Ella duduk di kursi, termenung. Di mejanya ada laptop yang tertutup, peralatan sekolah, dan gelas kosong.
Tangannya mengambil bolpen, mencoba menulis, tapi tidak ada ide sedikitpun yang keluar.
Ella memutar kursinya, melihat ke dinding. Ada poster-poster dengan gambar hewan liar. Tapi ada salah satu poster berbeda. Terlihat gambar Percy Jackson dan tulisan:
“It's funny how humans can wrap their mind around things and fit them into their version of reality.” -Rick Riordan
Ella membuka handphone-nya, mencari nama Kakek. Saat akan menelepon, dia mengurungkan niat dan mematikan handphone-nya.
Meda berjalan ke kasur, berbaring. Matanya mengamati langit-langit yang ditempeli ikan-ikan kecil tanpa warna.
ELLA
Suara Google Assistant menjawab.
ELLA
Suara Google Assistant menjawab lagi. Lampu mati dan seluruh ikan di langit-langit berpendar terang penuh warna. Ella mengamatinya.
ELLA
CUT TO:
INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — DAY
Kali ini, Dira tidak telat dan sudah ada duduk di tempat kerjanya. Meda menghampiri meja dengan mendorong kereta buku. Ella mengikuti di belakangnya.
Di koridor diskusi sudah cukup ramai mahasiswa berjas almamater warna biru tua berdiskusi tugas akhir mereka.
Dira mengamati kafe yang juga cukup ramai. Tangannya merogoh kocek. Ada uang lima puluh ribu rupiah. Kepalanya mengangguk. Mungkin dia akan mencoba kopinya dalam waktu dekat.
Seorang wanita dengan pakaian rapi berjalan menuju Ruang Baca Perpustakaan Sahrazad. Dia tidak ke rak buku, tapi di tangannya sudah ada laptop dan beberapa buku.
Kid's Corner tidak seramai tempo hari. Tidak ada tanda-tanda Kung Arbi juga.
ELLA
DIRATAMA
ANDROMEDA
Dira hendak bertanya.
ANDROMEDA
ELLA
(mengangguk)
ANDROMEDA
DIRATAMA
Meda melihat ke Ruangan Buku Khusus dan menunjuk dengan jarinya.
ANDROMEDA
(memberikan kunci)
Seorang pemustaka laki-laki seumuran Ella menghampiri meja resepsionis.
ANDROMEDA
Dira menelan ludah, menggeleng pelan.
ANDROMEDA
ELLA
(ke pemustaka)
Sementara Ella melayani pemustaka, Dira beranjak dari kursinya menuju Ruangan Buku Khusus. Meda juga sudah kembali ke ruangannya.
ODY
Canggung, Ody mengulurkan tangannya. Ella diam sejenak, berpikir, mengamati tangan Ody.
ODY
Akhirnya setelah beberapa detik, Ella meraih tangan Ody. Masih dengan tatapan dingin Ella.
ELLA
Ody tampak berpikir sejenak.
ODY
Ella tidak merespon selama beberapa detik.
ELLA
Ditodong telak, Ody salah tingkah. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia melihat ke belakang dan sudah berjajar dua pemustaka lain yang mau meminjam buku.
ELLA
Meda datang tanpa kereta buku. Dia menunggu di belakang Ella.
ODY
ELLA
(menunjuk di atas meja)
(dingin, menunjuk Koridor Diskusi)
Tak berkutik, Ody akhirnya menyerah dan beranjak ke Koridor Diskusi.
ANDROMEDA
(tertawa kecil)
ELLA
(mengangkat bahu)
ANDROMEDA
ELLA
ANDROMEDA
ELLA
ANDROMEDA
Ella mengangguk dan membuat tanda OK dengan tangannya. Dia mengambil kamera analog kemudian langsung pergi tanpa basa-basi.
Saat dua pemustaka lain selesai meminjam buku, Ody kembali untuk mengambil kartu anggota perpustakaan.
ANDROMEDA
ODY
ANDROMEDA
ODY
Meda mengatur napas, mencoba sabar dan tenang.
ANDROMEDA
Tatapan tajam Meda menyadarkan Ody, dan segera ia menyerahkan layar handphone-nya.
ODY
Meda kembali lebih tenang dan melayani.
ANDROMEDA
Ody hanya mengangguk cepat. Sambil mengambil hasil cetak kartu, Meda juga menyiapkan QRIS untuk pembayaran.
ANDROMEDA
ODY
Ody menyiapkan handphone-nya, memindai, kemudian Meda memberikan kartu yang sudah jadi.
ANDROMEDA
Dari ranselnya, Ody mengeluarkan cokelat berbentuk sepatu dengan gambar Charlie Chaplin di bungkusnya.
ODY
ANDROMEDA
ODY
Ody beranjak pergi. Setelah dia sudah keluar, Meda mengambil HT.
ANDROMEDA
ELLA
Ella datang berbarengan dengan satu pemustaka anak kecil.
ANDROMEDA
(ke pemustaka)
(ke Ella)
Ella menerima cokelatnya, terdiam sebentar.
ANDROMEDA
(ke Ella)
Ella hendak protes, tapi Meda sudah melayani pemustaka. Akhirnya dia melangkah kembali ke Ruang Buku Khusus.
EXT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, PANGGUNG 1001 MALAM — LATER
Kinara membantu Kung Arbi membawa tiga ember cat berbeda warna. Kung Arbi mengambil dan membuka tas kuas, memperlihatkan berbagai kuas ukuran berbeda yang tertata rapi, siap dipakai.
Kali ini, Kung Arbi memakai t-shirt putih dengan haramaki warna hijau di pinggangnya. Dia mengeluarkan tiga kuas dan menaruhnya di haramaki seperti karakter Zoro dalam One Piece.
KINARA
Sementara Kinara mengenakan t-shirt pink dengan celana monyet biru. Rambutnya diikat asal. Tangannya menaruh ember cat yang belum terbuka ke dekat Kung Arbi.
KUNG ARBI
KINARA
KUNG ARBI
(menunjuk kostumnya)
Kinara berjongkok, membuka ember cat.
KINARA
Setelah ember terbuka, Kinara mengambil topi bucket di saku celana monyet dan mengenakannya.
KUNG ARBI
Kung Arbi juga menggunakan topi hijau secara terbalik.
INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG BUKU KHUSUS — SAME TIME
Dira sibuk memindai buku-tua dengan hati-hati di dalam ruangan khusus. Tangannya terbungkus sarung latex, lengkap dengan kacamata, penutup rambut, dan masker menutupi wajah.
Di luar, Ella mengetuk kaca, membuat Dira mendongak. Ella menunjuk cokelat yang ada di tangannya. Dira hanya menjawabnya dengan acungan jempol, kemudian kembali fokus dengan buku tua yang ada di tangannya.
Setelah selesai memindai, Dira keluar dan melepaskan pelindung di tubuhnya.
ELLA
Ella membagikan cokelatnya.
ELLA
Ella langsung berjalan keluar.
DIRATAMA
Dira memegang cokelatnya. Kamera fokus pada tangan Dira. Chairil tiba-tiba muncul dari balik rak bersama Asrul dan Rivai. Ida ikut hadir dari dalam ruangan digitalisasi.
IDA NASUTION
CHAIRIL ANWAR
Setelah fokus dengan cokelat, Dira mendongak dan menatap mereka satu per satu.
DIRATAMA
Mereka saling menoleh dan mengangguk bersamaan.
ASRUL SANI
Asrul pergi ke balik rak dan kembali bersama seseorang. Dia adalah Usmar Ismail, bapak perfilman Indonesia dan salah satu Angkatan 45 yang lain.
Di tangannya, Usmar membawa proyektor kuno dengan film yang siap diputar. Chairil dan Rivai menarik Dira menjauhi tembok. Lampu dimatikan, mereka duduk bersamaan, dan film ditayangkan.
Kamera maju, mendekat menuju gambar yang bergerak semakin cepat.
CUT TO:
INT. RESTORAN PRANCIS — NIGHT
Dira melamar kerja di sebuah restoran sebagai tukang cuci piring dan diterima. Penerima kerja bersalaman dengannya.
Setelah mengenakan pakaian dapur, Dira masuk. Berbeda dengan ruangan tamu restoran yang terlihat tenang dan sepi, di dapur, Dira melihat medan perang. Chef dan para asistennya sibuk di pos masing-masing menyiapkan bahan dan makanan.
Yang paling kelihatan adalah Gerbera, dengan baju putih dan topi putih, dia berkeliling menginspeksi setiap sudut dapur.
GERBERA
(subtitle)
Gerbera menepuk tangannya, kemudian berhenti di posnya sendiri, memotong ikan tuna utuh dengan cekatan dan tanpa kesalahan.
GERBERA
(subtitle)
Masih sambil memotong, Gerbera berteriak ke Dira.
GERBERA
(subtitle)
Dira kaget. Dia tahu siapa yang baru dipanggil Gerbera.
DIRATAMA
Sambil ketakutan, Dira beranjak ke wastafel dan segera mencicil dua tumpuk alat masak kotor. Dira mengambil sabun dan menumpahkannya di sponge. Satu per satu alat masak mulai tercuci bersih.
Di belakang Dira, Gerbera masih sibuk dengan medan perangnya sendiri. Layaknya komandan, dia mencicipi setiap masakan sebelum diberikan ke pelanggan yang datang. Pelayan berbaju hitam rapi masuk dan mengambil makanan yang siap disajikan.
GERBERA
Gerbera tiba-tiba berdiri di belakang Dira.
GERBERA
Dira panik, tidak sengaja menjatuhkan piring ke wastafel dan langsung pecah. Dapur mendadak hening. Suram. Mencekam.
CUT TO:
EXT. RESTORAN PRANCIS DI CANNES — NIGHT
Dira duduk sendiri di undakan tangga, memegangi kepalanya. Staf restoran lain keluar dari pintu belakang, pulang ke tempatnya masing-masing. Salah satunya menepuk pundak Dira, kemudian pergi tanpa berkata apapun.
Dira menyandarkan punggungnya ke tembok. Gerbera keluar paling akhir. Matanya melirik Dira, kemudian pergi. Tapi setelah beberapa langkah, kakinya terhenti.
Gerbera menghela napas, kemudian berbalik. Dia duduk di samping Dira.
GERBERA
(subtitle)
Dira kaget, membuka matanya. Wajah Gerbera cukup dekat. Walaupun sedikit berkeringat dan sudah berganti dengan t-shirt dan jaket, Dira masih bisa mencium bau harum masakan Prancis.
Gerbera menunggu.
DIRATAMA
GERBERA
Dira menoleh, menatap Gerbera lekat.
DIRATAMA
GERBERA
DIRATAMA
Gerbera akhirnya menoleh.
GERBERA
EXT. JALANAN CANNES — NIGHT
Gerbera berdiri, menyalakan motor Vespa dan mengenakan helm. Dia juga melemparkan satu helm lain untuk Dira. Sedikit ragu, Dira akhirnya berdiri dan naik di jok belakang.
Vespa melaju, melewati jalanan malam Cannes yang tidak terlalu ramai.
Hidung Dira mencium sesuatu. Bau asin. Bau laut.
DIRATAMA
(subtitle)
Gerbera tidak menjawab. Vespanya masih berjalan dan beberapa menit kemudian akhirnya berhenti di pantai Cannes yang agak sepi.
EXT. PANTAI CANNES — CONTINOUS
Mereka berdua turun. Tanpa menyuruh Dira, Gerbera berjalan mendekati laut sambil membawa tasnya. Dira diam sejenak, tapi akhirnya mengikuti di belakang.
Gerbera membuka tas dan tercium bau lain. Karena terlalu panik, Dira mundur dan tersandung. Ia jatuh dan menutup matanya. Gerbera meliriknya dan tertawa kecil.
Bau pastry yang tidak terlalu hangat, dengan panggangan pas, dan layak dicoba. Sambil memegang pastry, Gerbera mengeluarkan cokelat dengan bentuk kaki dan gambar Charlie Chaplin di bungkusnya.
GERBERA
Tangan Dira tak bergerak. Cemas dan ketakutan. Napasnya tersenggal.
GERBERA
Dira akhirnya meraih cokelat dan mencobanya.
GERBERA
DIRATAMA
Gerbera mengeluarkan buku catatan kecil dari dalam tas dan menuliskan sesuatu.
GERBERA
Gerbera menyerahkan roti dengan lapisan cokelat.
Dira mencobanya. Beat.
DIRATAMA
Gerbera terus mencatat.
DIRATAMA
Sambil tetap menulis, Gerbera merespon Dira.
GERBERA
DIRATAMA
GERBERA
Dira mengamati Gerbera yang sibuk dengan dunianya sendiri sambil mengunyah brioche di tangannya sedikit demi sedikit. Degup jantungnya semakin cepat. Pupilnya membesar. Terpaan angin pantai menerbangkan rambut Gerbera yang terurai.
ANGKATAN 45 (O.S)
Wooo!
BACK TO:
INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG BUKU KHUSUS — DAY
Kagum dengan cerita Dira, Angkatan 45 bertepuk tangan. Sambil mengunyah cokelat, Dira tersenyum getir.
DIRATAMA
IDA NASUTION
DIRATAMA
USMAR ISMAIL
Dira memandang sinar proyektor yang tak lagi menampilkan gambar.
Dira menutup mata. Layar gelap.
Hanya hembusan napas Dira yang terdengar. Dia mencoba mengendalikan dirinya.
Saat matanya terbuka, tak ada proyektor di sana. Angkatan 45 juga menghilang. Dira sendiri di kegelapan, mencoba menikmati cokelat di tangannya.