Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
29. EXT. HALAMAN RUMAH - SIANG
CAST: ARE, OMA WIDIA, RINI, BIMA, MEDIS
MONTAGE:
- Ambulans datang, dan petugas medis keluar dari mobil.
- ARE dan OMA WIDIA swab tes.
- RINI dan BIMA berjalan didampingi para medis.
- RINI minta ARE jaga OMA WIDIA.
- OMA WIDIA mengusap punggung ARE di halaman.
- Ambulans pergi dari rumah OMA WIDIA.
cut to
30. IN. RUANG MAKAN - MALAM
CAST: ARE, OMA WIDIA
ESTABLISH RUMAH OMA WIDIA MALAM
Tengah malam, ARE berjalan membawa segelas susu. Dia ke meja makan, di sana laptopnya terlipat.
OMA WIDIA tidur di kamarnya. Pintu kamar itu sengaja tidak ditutup karena ARE khawatir.
ARE membuka laptop, kemudian mengecek email. Ada email pemberitahuan hasil swab siang tadi, dan email dari ANGGUN. ARE mengklik yang paling atas, hasil swab dirinya dan OMA WIDIA.
cut to
31. IN. RUANG ISOLASI - MALAM
CAST: BIMA, RINI, MEDIS
BIMA sedang memikirkan perkataan ARE tentang kemungkinan OMA WIDIA juga ikut tertular.
FLASH BACK: Pertengkaran BIMA dengan ARE
Dari kamar sebelah terdengar suara napas berat.
BIMA kaget, langsung berjelan tergesa ke kamar RINI di sebelah.
BIMA
(panik)
Kak, kenapa kak?
RINI kesulitan bernapas. BIMA langsung keluar kamar mencari bantuan.
BIMA berlari di koridor wisma atlet, mencari petugas medi yang berjaga. Cukup lama, BIMA akhirnya melihat perawat sedang berjalan ke arahnya.
BIMA (CONT'D)
(panik)
Dok. Dokter, tolong kakak saya, dok.
Petugas itu berlari ke arah BIMA sambil mengabarkan rekannya yang lain lewat Whasapp.
cut to
32. IN. RUANG ISOLASI - MALAM
montage:
- MEDIS masuk ke kamar, BIMA mengikuti sambil panik.
- MEDIS mengecek keadaan RINI
- petugas medis lain berdatangan, membawa brankar
- RINI dilarikan ke ICU
BIMA
(panik, menangis)
Dok, Kakak saya gimana, dok?
MEDIS
Kamu tunggu di sini saja dulu, janga panik.
BIMA melihat kakaknya dibawa tim medis. BIMA kembali masuk ke kamar, dan mencoba menelpon ARE, tidak tersambung. BIMA kesal. BIMA kemudian menelpon OMA WIDIA.
cut to
33. IN. RUANG MAKAN-KAMAR OMA - MALAM
ARE membaca email hasil swab tes. ARE senang melihat hasilnya. ARE dan OMA WIDIA dinyatakan negatif.
[bunyi telpon OMA WIDIA]
Mendengar itu ARE langsung ke kamar OMA WIDIA. OMA WIDIA baru saja menyambungkan panggilan. ARE memperhatikan, ingin tahu.
OMA WIDIA
Iya, Bang?
BIMA (SAMBUNGAN TELPON)
(menangis)
Kak Rini, Ma.
OMA WIDIA
(agak panik)
Kenapa Kakak, Bang?
BIMA (SAMBUNGAN TELPON)
Kak RINI dibawa tim medis, dia sekak nafa.
OMA WIDIA(bergumam)
Astagfirullah.
OMA WIDIA (CONT'D)
Terus gimana? Kamu sekarang di mana?
BIMA (SAMBUNGAN TELPON)
Enggak tahu, Ma. Abang disuruh diam di kamar.
OMA WIDIA
Yasudah, kita berdoa saja. Kamu jangan panik.
BIMA (SAMBUNGAN TELPON)
Tapi, Ma.
OMA WIDIA
Abang, denger Oma. Kita berdoa, kamu jangan terlena. Sudah, tenang. Kakak baik, baik. Insya allah.
BIMA (SAMBUNGAN TELPON)
(terisak)
Ini salah Abang, Ma.
OMA WIDIA
Abang, hey. Jangan seperti itu. Rini kuat, kamu juga. Sudah ya, kalau ada kabar lagi kamu kabari Oma.
Di kamar isolasi, BIMA terisak dan menutup panggilan.
Sementara di rumah, OMA WIDIA duduk di kasurnya. Air matanya keluar. ARE yang sejak tadi mendengar, menghampiri OMA WIDIA. Dia berlutut di hadapan OMA WIDIA, ikut menangis.
OMA WIDIA (CONT'D)
(terisak)
Kakak bisa, kita bisa lewatin ini.
cut to
34. IN. RUANG ICU - MALAM
CAST: RINI, MEDIS
Ruang ICU, RINI terbaring dengan alat bantu pernapasan. Seorang dokter dengan APD sedang memeriksanya.
cut to
35. IN. RUANG MAKAN - PAGI
CAST: OMA WIDIA, ARE, BIMA
Masih mengenakan mukena, OMA WIDIA membangunkan ARE sambil membawa hape.
OMA WIDIA
Abang mau bicara.
ARE
(menguap)
Ada apa?
OMA WIDIA
Soal kakak, biar enggak salah kamu ngomong aja.
ARE
(mengambil hape)
Iya, Bang?
BIMA
Kak Rini butuh terapi plasma konvalesen.
ARE
Hah, gimana?
BIMA
Iya terapi plasma darah dari orang yang pernah kena covid.
ARE
Dari lo?
BIMA
Enggak bisa, harus yang sudah sembuh.
ARE
Memang stok darah di rumah sakit enggak ada?
BIMA
Itu dia masalahnya. Golongan darah Rini AB, langka.
ARE
Terus gimana?
BIMA
(terisak)
Gue minta maaf.
ARE
kenapa lo pake nangis.
BIMA
(terisak)
Gara-gara gue.
ARE
Udah terjadi. Yang penting sekarang gimana cara gue cari darah buat Kak Rini?
BIMA
(terisak, memukul kepalanya)
Maafin gue. Enggak becus gue jadi abang. bangsat-bangsat.
ARE
(menggertak)
Bang! Mau lo nangis gimanapun enggak bakal bisa ngulang waktu. Bukan soal nyesel lagi sekarang. Lo lebih dewasa, harusnya ngerti.
BIMA masih terisak, OMA WIDIA terharu.
ARE (CONT'D)
(menelan ludah)
Cukup kak Rini aja yang di ICU, lo jangan.
ARE
Nyesel boleh, goblok jangan.
BIMA
(terisak)
ARE
Ini lo telpon gue, bilang Kak Rini bisa sembuh lewat terapi plasma, terus lo gak kasih tahu gue di mana bisa dapet darahnya, dan malah nangis? Yang bener aja, dong.
BIMA
(terisak)
Cari kenalan, gue udah coba cari. Lo bisa hubungi PMI atau cari kenalan lo yang penah kena covid dan mau bantu Kak Rini.
ARE
Oke. Gue usaha di sini. Tapi lo jangan stres, gila. Badan doang gede, tapi cengeng. Malu lo sama Oma.
ARE menengok ke OMA WIDIA, OMA WIDIA tersenyum, haru.
cut To
36. IN. KAMAR ANGGUN - PAGI
CAST: ANGGUN, TATA
Panggilan video dari TATA. ANGGUN menyambungkan.
TATA
Gun, gimana nih? Kok Are belum ada kabar sama sekali sih? Udah mau mulai lagi kuliahnya.
ANGGUN
Aku juga enggak tahu. Aku udah coba email, udah coba chat ke IG-nya enggak dilihat juga.
TATA
Yaelah, terus nasib kita gimana? Bisa-bisa enggak lulus mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, nih kita.
ANGGUN bingung.
TATA
Gun, gimana? Kok lo bengong sih.
ANGGUN
Aku juga bingung, Ta.
TATA
Kalo dia enggak hadir, kita persentasi berdua aja kalik ya? Gue enggak mau kalo sampe ngulang mata kuliah. Bisa digantung bapak gue, entar.
ANGGUN (CONT'D)
(bingung, khawatir)
Kamu ke mana sih, Re?
TATA
Udah ah, udah ada undangan room tuh.
cut to
37. IN. RUANG MAKAN - PAGI
CAST: ARE, OMA WIDIA
ARE sedang menelpon.
ARE
Oh, enggak ada stok ya, Pak. Baik, Pak. Terima kasih.
ARE mengetik nomor telepon lain.
OMA WIDIA berjalan ke arahnya sambil membawa segelas susu.
OMA WIDIA
Kamu beneran enggak ada kuliah, Re?
ARE(bohong)
Enggak ada, Oma.
OMA WIDIA menaruh segelas susu di hadapan ARE. Lalu ikut duduk, berhadapan.
OMA WIDIA
Kamu enggak bohong, kan?
ARE
Enggak, Oma.
OMA WIDIA
Khawatir boleh, tapi jangan ninggalin sesuatu yang penting juga buat kamu. Kuliahmu peniting, Re.
ARE
(menelan ludah)
Iya, Oma.
ARE mencari-cari di internet lagi, di mana dia bisa dapat donor darah untuk RINI.
OMA WIDIA
Gimana darahnya? Dapet?
ARE
Belum, Oma. Sudah tanya di PMI tapi memang golongan darah AB lumayan langka. Mereka juga lagi cari.
OMA WIDIA
Abang tadi bilang apa?
ARE
Dia juga lagi minta bantu temannya cari. Karena memang donor plasma darah ini salah satunya yang bisa bantu Kak Rini.
OMA WIDIA
Kita pasti dapet.
ARE
Amin.
Telponnya tersambung, ARE bericara dengan seseorang.
cut to
38. IN. KAMAR ANGGUN - PAGI
CAST: ANGGUN, TATA, REDY, DOSEN 2
VIDEO CONFERENCE
DOSEN 2
Oke, baik kita bisa mulai untuk presentasi kelompok hari ini. Tentang Komunikasi Antar Budaya, silakan.
TATA
(bingung)
Gun, gimana?
ANGGUN
Maaf, Pak. Satu anggota kami enggak masuk.
DOSEN 2
Oh, Narendra yang tidak masuk tadi dari kelompok kalian?
ANGGUN
(mengangguk)
Iya, Pak.
DOSEN 2
Yasudah, kalian saja yang presentasi.
TATA
Terus temen saya gimana, Pak?
DOSEN 2
Ya, enggak lulus mata kuliah saya. Mengulang.
REDY
Mungkin sakit, Pak.
DOSEN 2
Kasih kabar ke kalian tidak?
ANGGUN, TATA, REDY kebingungan lalu mengeleng.
TATA
Redy, lo kan teman deketnya tuh, enggak ada ngehubungin lo, gitu?
REDY
(menggeleng)
Enggak.
DOSEN 2
Yasudah, kalian mau presentasi enggak? Atau mau kompak ngulang saja?
TATA
Enggak, enggak, Pak. Makasih. Anggun, ayo mulai aja, lah.
ANGGUN
Apa enggak ada keringanan buat yang enggak hadir, Pak? Siapa tahu memang sakit?
DOSEN 2
(berpikir)
Lihat nanti, lah. Sudah kalian mau presentasi tidak.
TATA
Mau, mau, Pak. Gun, ayo.
ANGGUN akhirnya mengangguk, dia masih memikirkan ke mana ARE sebenarnya sampai tidak ada kabar.
TATA membuka presentasi.
cut to