Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lihat Tubuhku
Suka
Favorit
Bagikan
5. Wita, Sejarah Kelam Perempuan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

19. EXT. RUMAH IBU NENENG – TERAS – SIANG HARI 11:00.

Cast: Ayah – Wawan – Ibu Neneng – Wita.

 

Suasana di salah satu desa terletak di Kabupaten Bandung. Ayah dan Wawan pergi ke salah satu rumah mantan buruh perempuan PT Karet Subagja, Ibu Neneng. Yang mana Ibu Neneng, anak perempuannya, serta suami berhasil memberhentikan diri dari PT Karet Subagja.

 

Di teras terdapat Wita, anak perempuan dari Ibu Neneng berusia 15 tahun merupakan korban pemerkosaan. Wita duduk terdiam menatap kosong depan. Pengaruh ke psikologisnya cukup tinggi. Tidak bisa berbicara bahkan tidak mau melihat bayinya sendiri. Bu Neneng keluar dari pintu sambil menggendong bayi. 

CU > Tatapan kosong anak perempuan tersebut.

IBU NENENG (OS)

Ya begitulah di sana kondisinya, saya yakin fasilitas jalan, air bersih, rumah-rumah tinggal di sana masih buruk. Seperti hewan kita dulu.

 

LS > Ayah dan Wawan menatap sesekali ke anak perempuan itu. Ibu Neneng menunjukkan sebuah video ketika mandor akan melakukan pelecehan di handphonenya.

IBU NENENG

Ini ada file video yang dulu diam-diam saya dapatkan langsung. Ini saya rekam gimana aksi mereka datang ke kamar perempuan itu dan memaksa hingga di dorong ke tembok.

 

Ibu Neneng memberikan handphone itu kepada Ayah. Ayah melihat sendiri video itu.

XCU > Video ketika mandor datang ke kamar perempuan itu dengan pemaksaan. Durasi sekitar 4 menit.

LS > Ayah yang memperhatikan kondisinya dengan prihatin.

TERDENGAR SUARA JERIT PEREMPUAN DARI VIDEO ITU (OS).

CU > Wawan sangat prihatin mendengarnya.

WAWAN

Biadab sekali.

 

Ibu Neneng hanya tersenyum.

 

LS > Wita tiba-tiba berbicara sendiri.

WITA

Saya tidak mau.. Saya tidak mau...

Wita menangis kecil. Ibu Neneng mendekati Wita yaitu anak perempuan satu-satunya di keluarga Ibu Neneng. Ibu Neneng berusaha menenangkannya

IBU NENENG

Wit... Ada Ibu ini, Neng. Aman kok Neng semuanya ya.

 

Kemudian, Wawan dan Ayah menatap dengan prihatin.

 

WAWAN

Kasihan sekali Wita. Sering Bu seperti ini?

IBU NENENG

Sering atuh Pak Wawan... Bahkan bisa mengamuk sewaktu-waktu.

 

Ayah dan Wawan masih menatap dengan Iba.

AYAH

Ibu pergi atas izin siapa? Kongkalikong?

IBU NENENG

Itu sangat tidak mungkin, Pak Rudi. Perlu uang untuk menembus itu semua. Buruh mana mampu.

WAWAN

Anak Ibu sudah sempat di bawa ke psikiater atau sebagainya?

 

CU > Anak perempuan tiba-tiba tersenyum dengan tatapan kosong.

IBU NENENG

Sudah tapi belum ada perubahan. Biayanya juga ngga murah. Saya bantu dengan komunikasi siapa saja yang datang ke rumah.

 

BAYINYA MENANGIS DI DALAM RUMAH (OS).

IBU NENENG

Sebentar ya Pak, saya ambil cucu dulu, nangis.

 

Ibu Neneng masuk ke dalam rumah.

CU > Ibu Neneng membawa bayi ke teras. Wawan dan Ayah saling menatap dan melihat bayi itu tersenyum.

AYAH

Ini cucu Ibu?

IBU NENENG

Iya, Pak. Tapi, anak saya ngga mau lihat bayi ini. Bukan ngga mau, belum bisa kuat buat nerimanya. Umurnya masih 17 tahun, kepikiran cari jodoh aja tidak saat itu.

(JEDA)

Dulu itu yang datang ke perusahaan hanya anak saya ini yang gadis. Melalui Werek, saya juga. Trus, teman anak saya cerita bahwa anak saya seperti orang gila.

Ayah dan Wawan begitu serius memperhatikan.

WAWAN

Tindakan pemerkosaan itu?

IBU NENENG

Iya... sakit hati sekali. Tidak makan dan minum sampai seminggu. Sampai didatangi aparat keamanan dengan meludahi berkali-kali. Saya bingung bantu dengan cara apa, yaudah saya kesepakatan kontrak ikut bekerja di perusahaan. Beragam cara saya lakukan agar mengetahui kondisi seperti apa di sana.

AYAH

Saya memang sempat menetap di sekitar setahun yang lalu untuk kebutuhan pekerjaan. Saya bertemu dengan satu pekerja punya pengalaman berbeda di situ. Ia meminum air seni mandornya.

IBU NENENG

Ya, begitu. Hal itu sudah biasa terjadi, Pak...

LS > Bayi menangis kencang.  Wawan dan Ayah sudah berada di situasi yang tidak enak. Wawan menatap Ayah untuk pamit pulang.

WAWAN

Ibu, hampura, urang jeung Pak Rudy mau pamit pulang ya.

AYAH

Punten, Ibu. Kasian mau istirahat sepertinya bayinya, Bu.

IBU NENENG

Pulang sekarang? Padahal teh lagi asik ngobrol... saya yang minta maap sebelumnya ya Pak Wawan, Pak Rudy jadi ngga bisa leluasa.

WAWAN

Sudah Bu cukup... lain waktu kita mampir lagi.

 

Wawan dan Ayah berdiri dan pamit menuju ke motor. Motor Wawan dinyalakan.

AYAH

Miris, gue Wan, lalu perkebunan itu mensejahterakan siapa?

TEMAN AYAH

Tau lah, bodoh memang.

LS > Motor yang di gas kencang dengan suasana alam di desa terpencil.

CUT TO

20. EXT.  RUMAH LAMA AYAH – TERAS – SORE HARI 15:00.

Cast: Ayah – Wawan.

 

Rumah tampak gelap. Terlihat mobil ayah terparkir di garasi. Ayah bersama Wawan datang. Mereka masuk ke dalam rumah. Mengunci pintu. Sekitar rumah tampak sepi dan lengang.  

WAWAN

Gue langsung balik ya. Udah sore nih. Udah lama kan ngga turun lapangan, makanya tadi gue ajak biar ngga sepaneng lah.

AYAH

Masih verfikasi data sih gue.

 

Wawan sambil merapikan jaketnya.

 

WAWAN

Elo Rud hati-hati. Walaupun negara ngga nyentuh lo, tapi inget ada yang bisa langsung nyentuh lo sedetik!

AYAH

Tapi puas gue dapet news bagus pagi tadi.

TEMAN AYAH

Apaan? Kok grup kantor sepi-sepi aja kayak ngga digaji.

 

Wawan dan Ayah tertawa.

AYAH

Kebalik di dunia itu, orang-orang yang digaji gede justru yang diem-diem aja.

TEMAN AYAH

Bisa aja lo! Yang mana sih? Laporan yang ada sangkutpaut Rudy Siswanto memasuki persidangan bukan?

 

Wawan dan Ayah sambil tertawa.

 

AYAH

Wah, kacau lo ngeledeknya... Iya ntar malem sih katanya Up.

 

Wawan menuju luar sambil pamitan pulang.

WAWAN

Udah ah pulang gue. Thankyou ya Rud...

 

LS > Wawan menyalakan mesin motornya lalu pulang. Rumah tampak gelap dengan angin sepoi-sepoi. Perkebunan karet tampak sepi di depan rumah.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar