Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR WULAN — MALAM
Empat belas kertas tertempel di dinding. Dua terakhir masih kosong. Wulan duduk bersila di lantai, dikelilingi peninggalan ayahnya: koper terbuka, boneka kelinci, buku harian, dan foto-foto lama.
Tangannya gemetar membuka halaman terakhir buku harian. Di sana ada peta sederhana. Lingkaran dan tujuh titik kecil.
Ia bangkit, mengambil satu kotak kayu kecil dari rak. Kotak itu dulu milik ibunya. Ia buka pelan-pelan. Di dalamnya: potongan-potongan kecil kertas bertuliskan nama-nama benda kesukaan ibunya.
Wulan meraba kertas yang paling usang. Ada tulisan tangan: “NASYA”.
Ia menatap lekat tulisan itu. Tangannya perlahan menyentuh bagian belakang kotak. Terasa cekungan kecil. Dengan ujung jarinya, ia menggosok bagian dalam kotak. Samar-samar muncul guratan bekas ukiran, seperti digores pakai jarum. Tertulis: “Nasya adalah kunci dari pintu terakhir.”
Ia menuliskan nasya di kertas kecil dan menempelkannya ke dinding. Masih satu kata tersisa. Ia kembali duduk. Menatap dinding penuh petunjuk. Semua kata terasa seperti teka-teki rumit. Tapi tidak ada lagi clue yang bisa ia pegang. Ia ambil boneka kelinci tua dari dalam koper. Boneka itu sudah compang-camping. Ia peluk pelan.
Tangannya meraba bagian belakang kepala boneka. Ada benjolan kecil. Ia sobek sedikit jahitannya. Sesuatu tergelincir keluar. Sebuah gulungan kertas kecil, dililit benang halus warna merah muda. Ia buka gulungan itu. Tulisan tangan ayahnya: “Wulan, kalau kamu sampai sini, artinya kamu tetap percaya. Kata terakhir bukan di luar dirimu. Tapi selalu ada di dalammu. Tutup mata. Dengarkan yang paling jujur dari dadamu. Itu adalah kata terakhir.”
Wulan menutup mata. Menarik napas panjang. Suara detak jam terdengar jelas. Ia memeluk boneka lebih erat. Air mata mulai menetes. Ia berbisik sangat pelan, nyaris tak terdengar.
Ia buka mata. Menulis kata itu dan menempelkannya ke dinding.
Kini keempat belas kata telah lengkap. Wulan membuka laptop. Masukkan flashdisk. File ZIP muncul. Ia klik. Kolom password tampil. Jari-jarinya mengetik satu per satu: galaxy, window, turtle… hingga heart.
Klik.
ZIP terbuka.
Dua file muncul: bitcoin_key.txt & Catatan Ayah – Untukmu.pdf
Ia buka file pertama. Salin private key. Masukkan ke wallet crypto miliknya.
Loading...
Layar berubah.
Saldo: 100.000.000.000 IDR
Wulan menutup mulut dengan tangan. Matanya membelalak. Lalu perlahan mulai menangis. Tapi bukan tangisan panik — tangisan tenang. Bahagia. Melepaskan.
Ia buka file kedua. Catatan ayahnya terbuka: “Jangan beri tahu siapa pun. Ini milikmu. Tapi yang lebih berharga dari uang adalah keberanianmu bertahan.”
Ia menatap layar lama.
INT. RUMAH — PAGI BERIKUTNYA
Di ruang keluarga, Burhan, Melisa, dan Murni beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang tahu.
INT. KAMAR WULAN — MOMENTS LATER
Flashdisk telah disimpan kembali di dalam koper. Kamar rapi. Di meja, jurnal terbuka. Wulan menulis satu kalimat: "Kadang, harta paling besar bukan yang diwariskan... tapi yang ditemukan dengan cinta."
Ia tersenyum. Lalu membuka jendela.
Cahaya pagi menyinari wajahnya.
-THE END-