Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dramaturgi
Suka
Favorit
Bagikan
8. Mang Odang
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Perlahan mata Adrian terbuka kembali perlahan untuk petama kali. Ia berada pada kejadian kecelakaan mobil yang menimpanya.

"Mang Odang, tolong bantuin saya," kata seseorang. Orang yang dipanggil mang Odang segera menolong mengeluarkan Adrian dari dalam mobil yang ringsek. Ia lalu membaringkan Adrian di trotoar.

Secara samar Adrian melihat beberapa wujud, bangunan, tugu, rambu-rambu, ia menoleh ke samping dan melihat hydrant pemadam api dipinggir jalan.

"Mas, bisa mendengar saya?" kata Mang Odang.

Adrian membuka lebar matanya. Melirik kesana kemari. Ia akhirnya menyadari bercampur kaget bahwa ternyata ia kembali ke peristiwa kecelakaan itu. Ia berusaha bangkit untuk duduk di trotoar itu, meringis sakit namun bercampur bahagia. Wajahnya berbinar lalu tersenyum dan kemudian tertawa sambil memegang perutnya. Ia baru menyadari bahwa apa yang dialaminya sejauh ini hanyalah perjalanan spiritual yang tidak nyata. Adrian begitu bahagia. Padahal ia terluka dan mobilnya hancur parah. Namun tidak pernah ia merasa sebahagia ini, sehingga membaut orang-orang disekelilingnya begitu keheranan.

***

Adrian duduk di balkon kamar rumahnya pada pagi hari. Ia memegang secangkir kopi. Pandangannya kosong keluar. Pengalaman batin yang dialaminya di telusur lagi. Hal itu benar-benar mengusik jiwa dalam dua minggu ini paska kecelakaan. Ia tidak keluar rumah semasa itu. Ia menerapkan konsep menyepi, berusaha menemukan jawaban dan menginstropeksi apa yang harus dia pahami dari pengalaman tersebut. Peran si Om memang tak ada. Begitu juga Yuna dan Ziva. Dua nama perempuan itu tak eksis dalam hidupnya. Namun, nama Ratih, itu fakta dan nyata serta sesuai dengan pengalaman yang ia alami. Ratih anak pak Kadir, adik Kang Dayan, tinggal di desa Nusa. Ratih juga ia tinggalkan dalam keadaan hamil, diperkosa ketika ia pingsan. Ratih tak pernah ia temui lagi. Ratih pun tak berusaha mencarinya walau pasti ia bisa mencarinya. Fakta itu sangat mengganggunya.

Mama bahkan sangat khawatir dengan kondisi Adrian. Kepada keluarga dan kolega yang menjenguk, mama menyebutkan bahwa Adrian terguncang akibat kecelakaan itu hampir merenggut nyawanya. Padahal bukan karena itu, Adrian terguncang dengan sebuah "pengalaman mengejutkan lain".

Masa dua minggu itulah yang akhirnya membuat Adrian mengambil keputusan tak disangka. Ia memutuskan untuk kembali menghadapinya. Menapaktilasi lagi pengalaman spiritual itu dalam kehidupan sebenarnya. Mencari lagi dimana Ratih berada. Memastikan bagaimana keadaannya sekarang, atau bila perlu, memutuskan bertanggungjawab atas apa yang pernah dilakukan terhadap gadis itu. Walau kondisi Ratih mungkin sama persis dengan pengalaman yang ia alami, Adrian bertekead akan menempuhnya. Apapun resikonya.

Ia telah menemukan makna hidup yang hakiki adan apa tujuan hidup selanjutnya.

***

Kendaraan tiba dirumah Ratih. Adrian turun dari mobil dan mendekati sebuah rumah yang kini telah menjadi sebuah pertapakan tanah kosong dengan ditanami umbi-umbian. Ia masih bisa mendapati ada bagian pondasi rumah tersisa dari rumah itu. Adrian menuju ke belakang. Ada tiang jemuran masih teronggok, tempat ia pertama kali bertemu pandang dengan Ratih. Lalu Adrian mendapati seorang bapak petani duduk di sebuah pondok 2x2 meter yang dari tadi memandangi tingkahnya. Ia bercelana pendek selutut dan merupakan bekas potongan dari celana panjang dan tidak memakai baju. Tulang badannya menonjol dari kulitnya yang coklat terbakar matahari. Ada cangkul disisi kirinya. Adrian mendekati bapak itu, bertanya apakah ini bekas pertapakan rumah Ratih. Bapak itu mengiyakan, lalu menceritakan bahwa pak Kadir sekeluarga telah pindah paska peristiwa kehamilan salah satu anaknya diluar pernikahan. Pak Kadir sangat malu atas kejadian itu. Bapak itu tidak mengetahui kemana kepindahan Ratih sekeluarga, termasuk juga warga lainnya.

"Yah, namanya juga pindah karena malu, tentu tak akan diberitahu kemana," tutup bapak itu menjelaskan.

Merasa tak lagi dapat menemukan jawaban lain dari bapak itu. Adrian menyudahi pembicaraannya.

Hingga bertahun kemudian, pencarian Adrian terhadap Ratih tak pernah membuahkan hasil. Ia pun berhenti mencari.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar