Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dramaturgi
Suka
Favorit
Bagikan
2. Yuna
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Di bandara Soekarno-Hatta, menunggu panggilan boarding, pikiran Adrian sekelabat meningat Yuna. Ia tidak cantik, cuma menarik dan pintar. Alasan terakhir inilah yang membuat mengapa ia memanfaatkan Yuna dulu.

Untuk bertemu Yuna, Adrian harus terbang selama 2,5 jam dari Jakarta menuju Sabang, pulau kecil di ujung barat Indonesia.

Adrian ingat, nenek Yuna berasal dari Sumedang, menikah dengan pengawal Cut Nyak Dhien yang dibuang Belanda pada awal 1900-an. Suatu kali, nenek Yuna menceritakan bahwa kakek memiliki tanah terbengkalai di Sabang. Yuna lalu pergi kesana untuk mengurus sertifikatnya. Setiba disana, Yuna terkesima dengan tanah luas milik neneknya dipinggir teluk indah dengan visual bawah laut yang cantik. Yuna hanya berpikir, lulus kuliah nanti, ia akan membangun resort disini dan akan menghabiskan sisa hidupnya di surga ini.

***

Adrian tiba di resort milik Yuna. Sembari Yuna membuatkan kopi, Adrian memandangi hamparan laut biru didepannya. Indra, suami Yuna menghampirinya.

"Yuna pribadi yang luar biasa. Dia memang tidak cantik. Tapi, saya percaya pada Da Vinci yang mengatakan bahwa beauty adorns virtue. Kecantikan itu memuja kebaikan," jelas Indra, suami Yuna kepada Adrian.

"Kamu tidak cemburu aku kemari ya Indra?" tanya Adrian memancing.

"Waktu itu kalian masih SMA. Aku anggap itu hanya cinta monyet. Aku maklum. Makanya aku ngebolehin Yuna ketemu kamu karena hubungan kalian berasal dari masa yang sudah lama sekali."

Adrian meneguk minumannya. Indra melanjutkan.

"Dulu aku juga seperti kamu. Memuja kecantikan. Hampir semua mantanku cantik. Tapi kemudian aku sadar satu hal. Waktu itu aku menonton televisi, ada iklan shampoo yang bintang iklannya itu Lily Lunanda."

"Lily Lunanda. Dulu dia cantik sekali ya," Adrian sepakat dengan ucapan Indra.

"Iya, dulu dia kan sangat mempesona ya? Iklan shampoo itu adalah iklan pertamanya dan itu pula pertama kali dia muncul di layar kaca. Aku jatuh cinta pada Lily itu. Andai aku ada lingkaran pergaulannya, dengan segenap upaya dan kekayaan orang tua akan kudapatkan dia. Hahaha. Tapi kemudian, setelah iklan yang dibintangi Lily selesai, muncul iklan lainnya, iklan minuman vitamin, dibintangi oleh Miss Universe, Natalie Glebova. Ingat? Dia itu kan cantik sekali. Saat itulah, aku langsung lupa pada kecantikan Lily. Iklan hanya 15 detik. Dan dalam waktu 15 detik itu pulalah pesona Lily hilang dari benakku. Aku langsung terseret pada pesona kecantikan Natalie. Lalu akhirnya aku sadar, bahwa ada yang salah dengan caraku berselera. Ketika kita suka pada seorang perempuan karena semata-mata kecantikannya, suatu saat akan datang perempuan lain yang lebih cantik." jelas indra. "Diatas langit..."

"...masih ada langit," lanjut Adrian.

Yuna datang dengan makanan ringan diatas tampi.

"Men’s talk. Serius sekali," kata Yuna seakan tahu apa yang dibicarakan.

"Yuna, kamu beruntung dapat suami seganteng dan searif dia," ucap Adrian.

"Aku yang beruntung Dri," balas Indra. "Ketemu dengan seorang wanita yang teguh. Dunia membutuhkan wanita-wanita seperti Yuna, Dri. Tidak cengeng. Mudah-mudahan suatu saat kamu akan dapat wanita seperti itu nanti."

"Makan timphannya Dri?" tawar Yuna menyajikan makanan khas setempat.

Adrian mengambilnya satu.

"Kamu tidak meracun ini kan?" Adrian melempar candaan.

Ketiga orang itu tertawa lepas. Tiba-tiba dari kejauhan mereka mendengar anak Yuna menangis dari ayunan. Yuna hendak bangkit dari kursinya untuk suara tangisan itu. Namun, ia ditahan Indra suaminya.

"Biar aku saja, kalian ngobrol lah," kata Indra sambil beranjak.

Adrian mencuri tatap ke arah Yuna.

"Aku rasa kehidupanmu sekarang baik-baik saja, sebuah pengalaman mendorong aku kesini untuk melihat dan meminta maaf padamu, seandainya kehidupanmu rusak oleh tingkahku dulu," Adrian memberikan alasannya berkunjung menemui Yuna tanpa menyebutkan motif sebenarnya.

Yuna tersenyum.

"Kamu lihat bangunan itu Dri. Itu rumah adat Aceh. Pintunya kecil kan? Tapi didalamnya sangat lapang. Itu menunjukkan hati kami, yang lapang dan pemberi maaf. Aku ingin seperti itu Ndri. Membenci ibarat menyimpan kentang busuk. Baunya akan menyakiti diri sendiri. Jadi akhirnya aku memilih untuk memaaafkan. Pertemuanku dengan Bang Indra membuka ruang itu."

"Terimakasih telah memberiku pelajaran berharga. Berkunjung kemari adalah salah satu pengalaman terbaikku. Aku memang punya banyak uang untuk kemana saja. Tapi, ternyata, aku masih kurang jauh bermain," Adrian menutup obrolan.

"Hidupku memang pahit setelah bertemu denganmu Adrian," Yuna tiba-tiba berbicara. Ia mengeluarkan isi hatinya yang ternyata dari tadi membuncah, seperti gunung berapi yang hendak meletus. " Aku memilihmu ketika aku dijodohkan ke laki-laki lain oleh ibuku. Aku menentang beliau. Hubungan dengan ibuku tidak harmonis lagi setelahnya. Kehilangan sosok ibu, hanya untuk mempertahankan laki-laki yang mengkhianatiku, itu adalah kenyataan yang pahit. Aku malu. Karena itu aku menepi ke kota ini. Bukan karena aku ingin membangun mimpi sebuah surga di tepi teluk. Tapi untuk lari dari kenyataan, Adrian."

Adrian merasa seribu tamparan mendarat di wajahnya.

"Aku hancur. Aku tidak bahagia. Aku bisa dapat alam seperti surga yang indah. Tapi aku kesepian. Tidak ada sepi paling hampa selain tak lagi bisa melihat senyum ibu, Adrian. Kedatangan Indra pun tidak pernah bisa menebus rasa sepi itu. Aku memendamnya selama ini. Itu yang mesti kau tahu, Adrian."

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar