Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Seperoleh Adrian mendapatkan maaf dari Yuna. Adrian harus menemui lagi seorang gadis lain. Ziva. Adrian pun menerawang bagaimana ia bertemu Ziva saat semester awal perkuliahan. Di sebuah pameran karya mahasiswa jurusan seni, Adrian mendapati Ziva disana. Gadis cantik itu sedang memandangi lama sebuah lukisan seseorang pejuang sedang menghunus pedang diatas kuda.
Adrian menghampiri Ziva.
"Kamu tahu, kalau sosok lukisan pejuang diatas kuda, berpose dengan kedua kaki kuda itu terangkat, maka itu bermakna orang itu ia meninggal dalam peperangan?"
Ziva melirik ke arah Adrian dengan ekor matanya. Bagi Ziva, menatap laki-laki adalah hal yang langka. Tapi laki-laki ini menarik hatinya. Tentu saja bukan cuma soal ganteng, tapi karena kemampuannya berkomunikasi dalam banyak peran, yang disederhanakan dengan kata; berdramaturgi.
Ziva adalah cerminan Adrian berjenis kelamin perempuan. Sama-masa player dan pembosan. Ziva sangat cantik, dan tentunya itu yang membuatnya menjadi sangat pemilih. Namun Adrian selalu punya cara untuk meluluhkan hati perempuan dengan cara apapun.
Sesaat setelah mengeluarkan peluru soal "kaki kuda yang terangkat", Adrian segera menjauh dari Ziva tanpa pamit. Ia berbaur dengan Eric dan Davis, sahabatnya, yang menunggu dan memperhatikan sekitar 30 meter dari posisi Ziva. Rupanya Adrian sedang bertaruh dengan sahabatnya, bahwa ia akan bisa menaklukkan Ziva.
"Sekarang kalian akan lihat, dalam 10 detik, Ziva pasti akan menoleh kemari. Bila itu sudah terjadi, dia sudah dalam genggaman Don Adri," ucap Adrian.
Ziva pun menoleh, mencari-cari arah pergi Adrian. Adrian tersenyum menang.
"Kamu tahu, dalam fisika, bila kamu menerbangkan layang-layang, dan bila layangan itu menukik, maka jangan layangan itu. Gaya tarik yang terjadi akan semakin membuat semakin menukik. Ulur saja sedikit, setelah seimbang, baru tarik lagi. Ziva perempuan berjenis itu. Perempuan cantik tidak suka sama cowok yang terlalu ambisi untuk mendapatkannya. Ia butuh diulur dulu, lalu biarkan dia penasaran," jelas Adrian kemudian.
***
Masa kuliah dan percintaan Adrian dengan Ziva sudah berakhir lama. Tabiat buruk Adrian makin menjadi saat kuliah. Ia sudah pacaran mungkin lebih dari 15 kali hingga kemudian ia harus mencari lagi gadis bernama Ziva yang ia tidak ingat lagi dimana rumahnya. Dari informasi alumni, ia berhasil mengetahui nomor kontak Ziva dan ternyata Ziva langsung mau bertemu, di sebuah alamat tempat kerjanya yang berupa sebuah bangunan tak bernama di pinggiran kota.
"Aku surprise kamu mau langsung bertemu," Adrian membuka percakapan.
"Karena aku pikir kamu pelangganku. Adrian. Mana aku ingat lagi dirimu. Jadinya aku iyakan saja," sahut Ziva sewot setelah tahu siapa yang berkunjung. "Aku adalah perempuan yang tidak ekslusif seperti dulu dan menerima siapa saja laki-laki yang datang, Adrian."
"Memangnya kamu...." Adrian tak mengerti.
"Kamu tidak lihat ini tempat apa. Ini klub malam!"
Adrian mengusap wajahnya.
"Kenapa kamu seperti ini?"
Ziva terdiam lama sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Adrian.
"Dua hal. Ayah meninggal dan ekonomi keluarga limbung. Ibu sakit, tak bekerja. Aku anak tertua yang harus menghidupi mereka. Klise memang. Alasan kedua, ya kamu. Kamu tahu apa artinya bila seorang perempuan tak perawan lagi untuk pertama kalinya?"
Ziva menoleh lalu menatap Adrian tajam. Adrian tak menjawab apapun.
"Itu artinya tidak akan ada masalah bila ia melakukannya lagi untuk kedua kali, kesepuluh kali, atau keseribu kalinya," Ziva mengucapkan kata itu dengan perlahan dengan lugas sembari terus memandang Adrian yang tertunduk, sekaligus tertuduh, penyebab semua ini.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua ini."
"Kamu tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Aku sudah terlanjur masuk ke kubangan ini. Tidak bisa keluar lagi,"jawab Ziva. "Kamu lihat laki-laki yang duduk di kursi kayu itu? Yang selalu memperhatikan kita? Namanya Zainuddin. Kami memanggilnya Torres, mucikariku. Aku kucing kesayangannya. Pemberi pendapatan terbesar bagi dirinya. Dia tak akan melepaskanku. Aku berhutang padanya demi makan ibuku dan pendidikan tiga adikku. Tiga bulan lalu ada "kucing" yang berusaha kabur, mati dibunuhnya."