Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Adrian baru saja memberikan pemberian kecil kepada pengemis di persimpangan jalan. Adrian adalah sosok yang peduli terhadap keadaan sosial disekelilingnya. Ia peduli terhadap teman, ia disayang oleh keluarga. Kecuali untuk satu hal.
***
Adrian pitam. Kepalanya seperti berputar-putar. Mobil sedan Adrian ditubruk mobil yang menerobos lampu lalu lintas dari depan. Hantaman sedaya 20G meremukkan mobilnya. Antara sadar dan tiada. Ia sayup-sayup mendengar orang-orang berlarian dan bersahutan.
"Mang Odang, tolongin orang di dalam mobil itu."
Laki-laki bernama Mang Odang yang merupakan seorang penjual gorengan di persimpangan tersebut menarik Adrian keluar mobil dan membaringkannya sejenak di trotoar. Samar, Adrian melihat beberapa wujud; bangunan, tugu, rambu-rambu, ia menoleh ke samping dan melihat hydrant api dipinggir jalan. Lalu ia melihat sesosok manusia, berbaju putih, namun baginya sosok itu terlihat lebih bercahaya dibanding orang-orang lain, memperhatikannya dengan tenang. Ia berkumis putih dan cara memandangnya teduh. Lalu pandangan Adrian menghitam. Ia tak sadarkan diri.
***
Adrian berada diruangan sendirian dengan beberapa peralatan pendukung medis. Namun, dari sebuah sudut ruangan, orang berbaju putih itu muncul lagi. Pria itu mendekat. Ia lalu memegang dada Adrian.
"Kamu percaya surga dan neraka Adrian?" tanyanya dengan dingin.
"Ada tiga alam yang kita lewati. Hidup, kematian dan ruang diantaranya. Kamu berada di ruang itu sekarang. Terkadang, ada beberapa orang beruntung yang kami pilih di dunia ini untuk tidak segera merasakan mati. Melewati pengalaman spiritual seperti kamu bertemu aku. Sehingga punya peluang untuk memperbaiki dosanya semasa hidup."
Adrian berteriak memanggil perawat.
"Percuma. Mereka tak akan mendengarkanmu."
Adrian lalu menghalau 'orang' itu untuk pergi. Ketika tangannya berusaha mendorong orang tersebut, ternyata fisik orang tersebut tak tersentuh. Andrian tersentak menyadarinya.
"Awalnya aku diutus untuk mengambil nyawamu, Adrian. Namun, sebelum itu terjadi, di ruang nirwana, ada sebuah dimensi kecil bagi kami untuk menimbang kembali, kemana kau akan pergi? Surgakah? Atau neraka? Adrian, ada banyak hal-hal kecil bermakna besar bagi dirimu, kepedulianmu terhadap orang, kecintaanmu terhadap keluarga, kedermawananmu seperti yang baru kau lakukan kepada pengemis tadi. Tapi itu belum cukup untuk menyeimbangkan dosa besarmu. Dan kamu tahu persis kan apa saja yang telah kamu lakukan selama hidup?"
Adrian menerawang. Ia tidak membantah dan tidak pula mengiyakan. Ia seperti menyadari apa maksud dari sosok disampingnya tentang "dosa besarnya."
"Aku selalu memohon pada zat yang menciptakan kita, agar orang-orang seperti ini diberi kesempatan. Biarkahlah mereka kembali ke kehidupannya untuk dapat memperbaikinya. Maka kamu terpilih, diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Memberiku waktu untuk berkompromi dengan dirimu sendiri apakah kamu pantas mendapatkannya. Dan jawabannya ada pada dirimu sendiri."
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Adrian.
"Memperoleh maaf dari tiga orang perempuan ini," sosok tersebut lalu menyentuh dahi Adrian, mata Adrian tertutup dan pikiran Adrian segera memunculkan visual elipse kejadian masa mudanya. Tiga sosok perempuan muncul dipikirannya. Visual itu menghilang ketika bapak tua tersebut menggeser telapak tangannya dari dahi Adrian.
"Mengapa harus tiga orang ini?" tanya Adrian lagi.
"Karena setelah bertemu denganmu, arah hidup mereka berubah. Menjadi lebih buruk."
Adrian menerawang apa yang dijelaskan oleh bapak tersebut. Lagi-lagi ia tidak membantah.
"Yang harus kau lakukan, dapatkan maaf dari mereka, kembalikan arah hidup mereka lebih baik atau ajalmu akan segera kau jelang, Adrian."
Adrian tertegun lama. Dan pada akhirnya ia menyepakati perjanjiannya dengan lawan bicaranya ini.