Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Derai Lara
Suka
Favorit
Bagikan
6. Luka dan Trauma

37.INT. KAMPUS - RUANGAN PAK DITO - DAY

Pak Dito menatap anggota GGC satu persatu dengan tatapan tajam. Terlihat storyboard baru yang mereka buat di atas meja. Anggota GGC terlihat gelisah.

Tiba-tiba, ekspresi Pak Dito berubah. Ia langsung bertepuk tangan dengan semangat.

PAK DITO

Ini bagus sekali! Ini yang saya inginkan dari kalian! Angle-nya beragam dan terlihat lebih hidup daripada sebelumnya.

Anggota GGC langsung menghembuskan nafas lega. Mereka bertukar pandangan sambil tersenyum.

PAK DITO

Storyboard ini saya approve. Kalian bisa langsung eksekusi.

GALIH

(terkejut) Hah? Beneran, Pak?

REZA

(mengerutkan alisnya) Bapak yakin?

Pak Dito menganggukkan kepalanya dengan bangga.

PAK DITO

Kalian tim yang punya progress paling cepat. Pergunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya untuk membuat animasi. Proses ini yang paling susah dan butuh kerja keras.

Para anggota GGC mengangguk mantab.

38.INT. KAFETARIA KAMPUS - DAY

Anggota GGC sudah duduk di meja kafetaria yang kosong. Wajah mereka terlihat ceria.

GALIH

Wah, berkat Alin nih storyboard kita di-approve.

Ekspresi wajah Dipta berubah mendengar nama Alin disebut. Ferdi, Reza, dan Galih menyadari itu. Mereka tersenyum jahil.

FERDI

Iya 'kan? Kalo Alin gak mau nolongin, nasib kita gimana coba?

REZA

Betul banget.

GALIH

Alin apa kabar, Dip?

Dipta yang sejak tadi terdiam, menjawab dengan spontan.

DIPTA

Baik.

GALIH

Kok lo tau? Gue aja jarang ketemu.

FERDI

Wah, lo rutin kontakan ama Alin, Dip?

REZA

Atau malah tadi berangkat bareng?

Wajah Dipta sedikit memerah. Galih, Reza, dan Ferdi terkikik.

REZA

Alin ya, Dip? Yang ngebuat lo akhir-akhir ini lebih... idup?

DIPTA

Sialan lo! Gue bukan zombie kali.

GALIH

Ah tapi bener loh. Lo tuh beda tau, Dip. Lo suka 'kan sama Alin?

DIPTA

Apaan sih lo pada? Dah geh pesen ayam penyet Bu Dewi, gue laper.

FERDI

Yaelah, Dip...Dip... Ngaku aja kali. Kita tuh sohib lo dari semester satu. Udah apal banget lo kayak gimana.

REZA

Iya, Dip. Lo kalo suka jangan ditahan-tahan lah. Nanti kena supirzone kayak Galih.

GALIH

(melotot pada Reza) Heh! Jangan jadi gue yang kena dong. (beat) Tapi, sudah lah teman-teman. Berikan pangeran berkuda putih ini waktu untuk benar-benar yakin dengan perasaannya. Seperti yang gue pernah bilang, cinta itu harus pelan-pelan. Alon-alon asal kelakon kalo kata mbah gue mah.

Reza, Ferdi, dan Galih tertawa. Dipta hanya menggelengkan kepalanya.

DIPTA (V.O)

Apa bener yang mereka semua bilang? Gue suka sama Alin?

39.INT. RUMAH DIPTA - RUANG KELUARGA - NIGHT

Dipta berbaring di sofa. Tangannya tidak berhenti memainkan ukulelenya.

Tiba-tiba ruangan itu menjadi lebih terang dan rapi. ia melihat bayangan Hendra dan Lina yang menari riang diiringi UKULELE yang ia mainkan. Tarian mereka berakhir dengan Lina yang berputar dan berhenti di pelukan Hendra. Hendra mencium kening Lina. Lina tertawa. Dipta heboh bercie-ria. Hendra mencium Lina lagi di pipi. Wajah mereka semua terlihat bahagia.

Dipta menggelengkan kepalanya dan bayangan itu hilang. Ruangan itu kembali menjadi gelap dan suram. Dipta menghapus air matanya yang menetes di pipi kirinya.

40.EXT. TAMAN KAMPUS - THE NEXT DAY

Dipta terlihat murung. Ia berbicara dengan para anak kucing.

DIPTA

Aku kangen sama Ibu. Kangen banget.

Alin yang baru sampai dan ingin mengagetkan Dipta, terdiam. Ia tidak sengaja mendengar Dipta. Dipta menoleh. Ia tersenyum lemah. Alin balas tersenyum kikuk.

ALIN

Hey...

DIPTA

Hai... (beat) Lo denger ya?

Alin mengangguk.

ALIN

Lo butuh temen cerita?

Dipta mengangguk. Ia berdiri lalu duduk di bangku taman. Alin mengikuti. Mereka saling terdiam beberapa lama.

DIPTA

Ibu meninggal 2 tahun yang lalu.

Alin hanya terdiam mendengarkan.

DIPTA

Hari itu hari ulang tahun gue...

FLASBACK STARTS.

41.INT. RUMAH DIPTA - RUANG KELUARGA - DAY

Hendra terlihat memegang sebuah muffin dengan lilin di atasnya. Dipta meniup lilin hingga terpadam. Lina dan Hendra bertepuk tangan. Kening Dipta dicium oleh Lina.

LINA

Anak Ibu udah dewasa ya, ga nyangka! Ibu bangga banget sama kamu, Dipta.

HENDRA

(merangkul Dipta) Oh ya jelas jagoan Ayah bikin bangga.

DIPTA

(tertawa) Apaan sih, Ayah? Ayo kita makan di luar. Ayah Ibu mau makan apa?

LINA

(berpikir) Hm apa ya? Yang ulang tahun dong yang milih.

DIPTA

Aku pengen all-you-can-eat! Boleh, Yah?

HENDRA

Iya, boleh boleh.

LINA

Ya udah yuk?

Lina mengambil tasnya. Dipta memasukkan muffin ke dalam mulutnya lalu mengambil tasnya juga. Tiba-tiba handphone Hendra BERDERING. Hendra memberi isyarat untuk Dipta dan Lina menunggunya di mobil. Lina dan Dipta menuju mobil.

42.I/E. MOBIL - TRAVELING - MOMENTS LATER

Hendra menyetir. Lina duduk di kursi depan. Dipta asik bersenandung di kursi belakang. Lina dan Hendra juga ikut bernyanyi. Handphone Hendra BERDERING lagi. Hendra langsung meraih handphonenya. Dipta berhenti bernyanyi. Wajahnya terlihat sedikit kesal.

HENDRA

Halo? Iya, Pak. Baik. Saya akan kirim sebelum pukul 12 siang. Baik, Pak. Terima kasih.

Dipta melirik jam tangannya yang menunjukkan jam 9 pagi. Ia mendengus kasar.

Percakapan Hendra di telfon selesai.

DIPTA

Ayah, sekarang kan hari libur. Ayah juga lagi nyetir. Bahaya tau.

HENDRA

Maaf, Nak. Ini soal kerjaan penting. Nanti selesai makan kita langsung pulang ya? Ayah harus menyelesaikan sesuatu sebelum tengah hari.

Dipta mendengus lagi. Lina meraih tangan Dipta dari kursi depan, lalu tersenyum. Dipta mengangguk mengerti. Lina mulai bernyanyi lagi. Dipta ikut bernyanyi. Tiba-tiba handphone Hendra BERDERING lagi.

Hendra mengangkatnya. Dipta menggerutu kesal. Lina menoleh lagi dan tersenyum lembut.

LINA

(berbisik) Sabar...

HENDRA

Halo, selamat pagi. Oh iya, betul, Bu. Akan segera saya siapkan. Akan saya kirim sebelum jam 3 sore. Baik, Bu. Sama-sama.

Percakapan telfon selesai. Dipta terlihat marah.

DIPTA

(dengan sedikit berteriak) Ayah, udah dong. Urusan kerjaannya nanti dulu!

HENDRA

(dengan nada sedikit tinggi) Ini penting buat Ayah, Nak!

Lina berusaha menengahi pertengkaran itu. Ia menatap Dipta memohon.

LINA

Dipta...

DIPTA

(tidak menghiraukan Lina) Jadi aku sama Ibu enggak penting buat Ayah?!

HENDRA

(marah) Kamu jangan kurang ajar!

Hendra tidak melihat lampu merah dan terus melaju, hingga menabrak mobil lain dari arah lain dengan kecepatan tinggi.

Lina menjerit. Semua berubah hitam.

FADE TO BLACK.

FLASHBACK ENDS. BACK TO PRESENT.

Dipta berusaha menahan tangis, namun air matanya jatuh. Ia menangis tersedu-sedu.

DIPTA

Gue yang salah. Gue yang salah.

Alin menggeleng. Matanya berkaca-kaca. Ia menatap tubuh Dipta yang bergetar. Dengan perlahan ia menepuk pundak Dipta. Tangis Dipta semakin kencang. Alin akhirnya memeluk Dipta dan mengusap-usap punggungnya. Alin juga meneteskan air mata.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar