Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Derai Lara
Suka
Favorit
Bagikan
3. Rasanya yang Timbul

14.INT. RUMAH DIPTA - KAMAR - THE NEXT FEW NIGHTS

Dipta sedang menggambar storyboard di meja belajarnya. Dipta menghembuskan napas panjang dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan tengah malam.

DIPTA

Waktu Indonesia Masak Mie. Makan dulu lah, baru lanjut.

INT. RUMAH DIPTA - RUANG TENGAH - NIGHT

Dipta keluar kamarnya, bertepatan dengan pulangnya Hendra. Dipta melirik Hendra sekilas, lalu membalikkan badan untuk kembali masuk ke kamar.

DIPTA (V.O)

Plis, jangan ngomong sama gua. Jangan ngomong sama gua.

HENDRA

Dipta, kamu udah makan?

DIPTA (V.O)

Sial.

Dipta menggeleng.

HENDRA

Makan bareng yuk? Ayah tadi beli pempek kesukaan Ibu, lho.

Rahang Dipta mengeras ketika mendengar kata 'Ibu'. Dipta membalikkan badannya dan menatap Hendra dengan marah.

DIPTA

Ngapain ANDA beli makanan kesukaan Ibu?!

Hendra menelan ludah. Ia meletakkan pempek itu di atas meja, lalu menarik tangan Dipta untuk duduk di sofa.

HENDRA

Sini duduk sebentar, Nak. Kita bicara baik-baik.

Dengan marah, Dipta menepis tangan Hendra.

DIPTA

Bicara baik-baik?! Apa bicara baik-baik bisa menghidupkan Ibu kembali?! Enggak 'kan? Saya gak butuh.

Dipta berdecih lalu kembali membalikkan badannya untuk memasuki kamar. Hendra menarik tangan Dipta lagi, namun Dipta menepisnya lagi.

HENDRA

Sudah dua tahun, sampai kapan kamu mau seperti ini? Tolong, Nak... Ayah juga kangen Ibu. Ayah juga kangen sama kamu. Kemana kamu yang dulu selalu ceria?

DIPTA

(tanpa membalikkan badan) Jangan lagi dicari. Ia sudah mati.

Dipta masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat, meninggalkan Hendra yang terduduk lemah di atas kursi.

HENDRA (V.O.)

Lina, saya harus gimana? Apa yang bisa saya lakukan agar Dipta seperti dulu? Tanpa kamu, saya gak bisa. Saya gak sanggup.

Hendra bangkit dari duduknya, melirik pintu kamar Dipta, lalu melangkah memasuki kamarnya sendiri.

15.INT. RUMAH DIPTA - KAMAR - MOMENTS LATER

Dipta berguling-guling di atas kasurnya sambil memegangi perutnya yang berbunyi sesekali. Jam dinding menunjukkan pukul 1 malam.

DIPTA

Ah bodo ah. Gue laper.

Dipta bangkit dari kasurnya, lalu kembali keluar kamar.

16.INT. RUMAH DIPTA - RUANG TENGAH - NIGHT

Dipta menghampiri bungkusan plastik pempek di atas meja dan membukanya, memnampilkan dua bungkusan pempek yang masih utuh dengan kuahnya.

Dipta mengambil mangkok, lalu menuangkan pempek dan kuahnya ke dalamnya. Dipta memanaskannya di microwave. Setelah selesai, Dipta mulai memakan pempek itu. Ia memejam kan matanya dan tersenyum.

FLASHBACK STARTS.

17.INT. WARUNG PEMPEK PAK JONI - DAY

Dipta menggelengkan kepalanya. Lina tersenyum lembut seraya menyodorkan potongan pempek kecil yang sudah ditusuk dengan garpu pada Dipta.

LINA

Ini enak banget, lho, Nak. Nyesel kamu gak nyoba. Sedikit aja kok. Ini makanan favorit Ibu, lho. Masa gak mau?

DIPTA

Ibu 'kan tau, aku gak suka makanan yang amis-amis.

LINA

(tersenyum lembut) Sedikit aja, Nak. Kalau kamu emang gak suka, Ibu gak bakal maksa kamu lagi. Ini gak amis, makanya Ibu pengen kamu nyoba ini.

Dipta akhirnya membuka mulut dan membiarkan Lina menyuapinya. Awalnya ia mengunyahnya dengan ragu namun ia terkejut setelah mengunyahnya cukup lama. Dipta kemudian mau makan sendiri.

Lina tertawa kecil melihatnya.

LINA

Pak Joni hebat juga ya, bikin kamu mau makan olahan ikan begini. Besok Ibu bawa kamu makan ikan bakar mau? Atau ikan goreng? Gulai ikan?

DIPTA

(menggeleng kuat) Enggak!!!

Lina tertawa lepas. Dipta akhirnya ikut tertawa.

FLASHBACK END. BACK TO PRESENT.

18.INT. RUMAH DIPTA - RUANG TENGAH - NIGHT

Dipta menatap mangkok pempeknya.

DIPTA (V.O.)

Bu, misi Ibu untuk bikin Dipta suka ikan kayak Ibu belum tercapai, lho... tapi kok Ibu udah pergi ninggalin Dipta?

Air mata mulai membasahi pipi Dipta. Dengan cepat ia menghapusnya.

DIPTA (V.O)

Ibu di sana baik-baik aja, 'kan? Dipta selalu do'a-in Ibu. Dipta kangen banget sama Ibu... Kangen banget.

19.I/E. ANGKOT - DAY

Alin dengan wajah panik sedang berbicara di telfon dengan Wina.

ALIN

Kok elo enggak ke kampus sih?

20.INT. KAMAR WINA - DAY

Terlihat Wina sedang berbaring di kasurnya sambil memakai masker. Wina terlihat begitu santai.

WINA

Ngapain? Lagian percuma lagi, Lin. Miss Eva ga bakalan ngebiarin lo masuk kelas. Dia kan paling ga suka kalo ada yang telat.

INTERCUT - PERCAKAPAN TELFON

ALIN

Mungkin hari ini moodnya bagus, jadi dia mau ngebiarin gue masuk. Mungkin gak sih?

WINA

Hm...(berpikir) Ah, lagian seenak jidat dia nuker-nuker jadwal kelas mendadak. Dikira semua mahasiswa di kelas dia tinggalnya deket kali?! Lo juga ngapain sih bela-belain dateng? Percuma deh, Lin.

ALIN

Iya 'kan? Ah tapi ya udah lah. Gue udah mau turun angkot nih. Doain gue ya!

WINA

Good luck, Beb! Semoga Lady Fortune ada di sisi lo.

ALIN

Bye!

Alin menutup panggilan telfon lalu turun dari angkot.

21.INT. DEPAN STUDIO KECANTIKAN - DAY

Alin berlari dengan kencangnya ke arah studio kecantikan, kelasnya pada pagi itu. Alin mencoba membuka pintu, namun pintu itu dikunci dari dalam.

ALIN (V.O)

Sial! Beneran dikunciin!

Ia mengetuk pintu itu berkali-kali, namun tidak juga dibukakan. Sayup-sayup, ia mendengar suara dosennya mengajar.

Alin akhirnya menyerah dan memutuskan untuk pergi dari situ.

22.EXT. TAMAN KAMPUS - MOMENTS LATER

Alin melangkah dengan langkah gontai dan wajah sayu. Animasi baterai yang berkedap-kedip hampir habis di atas kepalanya. Namun animasi baterainya seketika penuh dan senyumnya mengembang ketika melihat Dipta sedang bermain-main dengan tiga anak kucing di kejauhan.

Mendengar suara langkah kaki Alin, Dipta menoleh dan tersenyum.

DIPTA

Hey...

ALIN

(dengan ceria) Hai, Dipta!

Dipta terdiam sebentar.

DIPTA

Kenalin. Ini Bubu, Olen, sama Tamtam.

Alin menahan tawanya dan ekspresinya justru berubah serius.

ALIN

Dip, gue mau ngomong sesuatu nih. Kayaknya lo perlu tau ini...

DIPTA

(mengerutkan alis dan menatap Alin serius) Ada apa?

ALIN

Anu– Aduh gimana ya ngomongnya... Jadi ga enak.

DIPTA

Kenapa? Ngomong aja.

ALIN

Jadi... nama mereka bukan Bubu, Olen, Tamtam. Mereka udah dikasih nama duluan sama yang punya. Itu loh... Bu Dewi yang jualan ayam penyet di kafetaria! Tau gak? (beat) Nama mereka tuh Kelabu, Jingga, sama Bleki!

Dipta membulatkan matanya terkejut. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

DIPTA

Apa-apaan?! Bagusan juga nama yang gua kasih!

ALIN

(menahan tawa) Heh! Seenak jidat lo! Mereka punya Bu Dewi, bukan punya elo!

DIPTA

Tapi nama pemberian gua lebih imut!

Alin akhirnya tertawa terbahak-bahak. Ia menganggukkan kepalanya setuju.

ALIN

Iya sih, kalo itu... gue setuju.

DIPTA

Nah, 'kan?

Dipta tersenyum manis. Alin terkesiap. Jantungnya BERDETAK KENCANG. Animasi pipi merona pada Alin.

ALIN(V.O)

Senyumnya...

Alin salah tingkah. Wajahnya memerah.

ALIN

Udah makan?

Dipta menggeleng dan menatap Alin tepat di mata. Alin semakin salah tingkah.

ALIN

Gue bawa sandwich krim stroberi buat bekel. Lo mau?

Dipta mengangguk sopan.

23.I/E. GAZEBO - TAMAN KAMPUS - MOMENTS LATER

Dipta melahap sandwich stoberi pemberian Alin dengan lahap. Alin memakan sandwichnya dengan perlahan, sesekali melirik Dipta.

DIPTA

Enak...

ALIN

(menoleh, mengerutkan alis bingung) Apa?

DIPTA

(dengan suara lebih keras) Enak.

Alin tersenyum mendengarnya.

ALIN

(dengan ekspresi jahil) Hah? Apa, Dip?

DIPTA

(setengah berteriak) ENAK!

Alin tertawa puas. Dipta mendengus kesal, namun akhirnya ikut terkekeh.

ALIN

Itu gue yang buat sendiri lho whipcream-nya.

DIPTA

(terkejut) Seriusan?

ALIN

(mengangguk) Gue emang selalu buat whipcream sendiri. Gue suka banget buat roti krim buah soalnya. Kiwi, peach,anggur... Tapi gue paling suka stroberi sih. (menyesap susu stroberinya)

Dipta mengangguk-angguk dan melirik susu stroberi yang Alin minum, gantungan tas stroberi, dan sepatu Alin yang bermotif stroberi.

DIPTA

(berbisik) Lucu.

Alin tidak mendengar. Alin dan Dipta duduk dalam diam selama beberapa saat. Alin kemudian menatap Dipta lekat-lekat.

ALIN

Dip, gue boleh nanya?

DIPTA

Itu udah nanya.

ALIN

Ih, serius!

Alin mengerucutkan bibirnya sedangkan Dipta tersenyum geli.

DIPTA

Iya, mau nanya apa?

ALIN

Kenapa gue yang dipilih jadi Stella?

Dipta menundukkan kepalanya seolah berpikir serius, lalu menatap Alin dalam-dalam.

DIPTA

Lo yakin mau tau? Gue takut lo ga siap dengernya.

ALIN

(dengan gelisah) Hah? Kenapa emangnya?

DIPTA

Kami tang-ting-tung aja.

ALIN

Hah?!?!?!

DIPTA

Iya, kalian semua bagus. Kami bingung. Jadi biar semesta aja yang memilih dengan metode tang-ting-tung.

ALIN

(kecewa) Serius?

Dipta tertawa renyah. Ia menatap Alin yang terlihat bingung. Tawa berhenti.

DIPTA

Bercanda...

ALIN

Ih!!!!!

Alin kesal. Ia hampir saja mencubit lengan Dipta, namun berhasil menahan dirinya.

Tiba-tiba handphonenya BERDERING. Alin segera melangkah sedikit jauh dari keberadaan Dipta hingga Dipta tidak bisa mendengar percakapan itu.

Dipta memperhatikan Alin dari kejauhan.

DIPTA (V.O.)

Ini aneh. Kenapa gue bisa secepat itu merasa nyaman di dekat Alin?

Tak lama, Alin kembali menghampiri Dipta. Wajahnya terlihat panik dan matanya berkaca-kaca.

ALIN

Dip, abis ini lo ada kelas enggak?

DIPTA

Ga ada. Kelas gue pagi doang.

ALIN

Bisa tolong? Adik gue masuk rumah sakit.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar