Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
7.EXT. KAMPUS - TAMAN - THE NEXT FEW DAYS
ALIN berdiri di atas batu besar, lalu merentangkan tangannya. Angin menerbangkan helaian rambutnya. Ia menarik napas panjang kemudian membuangnya perlahan.
ALIN
Aku adalah ratu dari kerajaan ini!
(berdehem) Kok anehnya?
Alin melihat lagi skrip yang berada di tangannya, lalu kembali menghayati peran.
ALIN
Aku adalah ratu dari kerajaan ini!
Sampaikan ini pada Raja Stevan,
bahwa tidak akan pernah aku menerima lamarannya!
WINA, sahabat Alin, yang baru saja sampai di taman, bertepuk tangan. Wajahnya semringah.
WINA
Turun, Lin, turun! Udahan dulu
latihan perannya. Gue ada kabar bagus!
ALIN
(menuruni batu) Apaan? Lo jadian
sama anak animasi itu?
WINA
Hush! Bukan! Tapi emang berhubungan dengan Reza sih.
(beat) Lo tau kan dia udah semester akhir?
Nah, dia lagi nyari seorang penari buat
jadi model animasinya! Lo aja, Lin!
ALIN
Hah? Model animasi?
WINA
Iya, jadi tuh mereka mau buat animasi pendek
tentang seorang penari. Nah, tapi disuruh
sama dosen pembimbing mereka untuk nyari orang
yang bisa dijadiin model referensi animasinya gitu.
Biar lebih hidup katanya. Lo mau 'kan?
Alin berpikir sejenak, lalu menggeleng.
ALIN
(ragu) Enggak deh, gue gak sejago itu.
Lagian malu ah!
WINA
Ih! Alin! Ini kesempatan banget lho,
lo kan suka banget nari! Terus juga bakal dibayar...
dan yang lebih menariknya lagi, lo bakal jadi
karakter animasi sekalian nolongin mereka buat lulus!
Kapan lagi ya 'kan?
ALIN
(berpikir) Hm... yaudah deh, gue coba dulu.
Wina bersorak senang.
WINA
Ya udah, gue pulang duluan ya.
Udah ditungguin Reza nih! Nanti gue kabarin lagi!
ALIN
Oke, ati-ati!
Wina berjalan meninggalkan Alin sendiri. Tak lama, Dipta datang sambil membawa makanan kucing.
DIPTA
Meong! Bubu, Olen, Tamtam! Meong!
Dipta mencari kucing. Akhirnya Dipta melihat 3 ekor anak kucing yang bermain di dekat semak. Dipta menghampiri anak kucing itu.
DIPTA
Hai, Bubu. Hai, Olen. Hai, Tamtam.
Liat nih, aku bawain makanan.
Ini limited edition lho rasanya! Pasti enak.
Alin hanya memperhatikan Dipta yang memberi makan dan mengelus-elus ketiga anak kucing itu. Alin tersenyum.
ALIN (V.O)
Ah... akhirnya dia muncul.
FLASHBACK.
8.EXT. TAMAN KAMPUS - DAY
Alin sedang duduk sendiri ketika Dipta berjalan dengan murung. Ia memperhatikan Dipta yang kemudian duduk di gazebo. Dipta mengeluarkan drawing block dan mulai menggambar. Terdengar SUARA MEONGAN. Dipta mencari-cari suara itu dan menemukan 3 anak kucing yang masih kecil berada di bawah gazebo.
Dipta berjongkok dan mengelus anak kucing itu. Wajahnya terlihat dingin berubah hangat. Dipta tersenyum pada 3 anak kucing itu. Alin ikut tersenyum.
FLASHBACK ENDS. BACK TO PRESENT.
DIPTA
Bubu, Olen, Tamtam... Aku tinggal dulu ya.
Besok aku bawain makanan lagi. Dadah!
Dipta menepuk pelan kepala ketiga anak kucing itu lalu melangkah menjauh.
Alin menghampiri ketiga anak kucing yang masih makan.
ALIN
Kelabu! Jingga! Bleki! Kalian gak mau
ngasih tau abang yang tadi nama
kalian yang sebenarnya?
Alin tersenyum geli.
9.INT. RUANG TARI - THE NEXT FEW DAYS
Wina memeluk Alin lalu menangkup pipi Alin gemas.
WINA
Lo pasti bisa! Semangat ya!
Nanti kabarin gue gimmana-gimananya!
ALIN
Iya, iya! Lepasin! Dah sana gih!
Wina tertawa lalu melambaikan tangannya dan berlalu. Alin menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
Alin memasuki ruangan dan duduk di kursi. Sudah ada 2 orang perempuan yang tidak ia kenali duduk di sebelahnya. Ferdi dan Reza menyambut kedatangan mereka semua. Tak lama, Galih dan Dipta berjalan memasuki ruangan.
Dipta menuju depan ruangan sambil menatap tajam Alin dan dua orang lainnya. Pandangan Dipta dan Alin beradu.
ALIN (V.O)
Loh, cowok itu! Ya ampun!
Galih tersenyum ramah dan menyapa mereka semua.
GALIH
Halo semuanya! Makasih udah mau ngeluangin waktu untuk datang. Gue seneng banget kalian mau berpartisipasi. Nanti kalian diseleksi berdasarkan kesesuaian tarian kalian untuk animasi kami ya. Yang gak kepilih bukan berarti jelek, cuma belum sesuai aja. Nah, kami akan putar lagu dan nanti kalian boleh langsung menari bebas aja berdasarkan gaya tarian kalian.
Alin dan kedua kandidat lain mengangguk.
FERDI
Ada yang mau mengajukan diri untuk tampil pertama?
KANDIDAT #1 yang duduk di sebelah Alin mengangkat tangannya dengan penuh percaya diri. Galih mempersilakan KANDIDAT #1 untuk berdiri di depan mereka. Reza menyalakan lagu.
KANDIDAT #1 menari dengan anggun. Semua orang bertepuk tangan.
Sesekali, Alin mencuri pandang ke arah Dipta yang wajahnya tidak berekspresi memperhatikan penari.
Kini gantian KANDIDAT #2 yang menari dengan begitu passionate. Semua orang bertepuk tangan.
GALIH
Oke sekarang giliran Alin. Silakan.
Alin meletakkan skrip animasi yang sedari tadi dibacanya, lalu berdiri di hadapan semua orang. Alin menarik napas panjang dan menghembuskannya. Matanya terpejam.
ALIN (V.O)
Mulai detik ini, gue adalah Stella. Gue menari untuk melarikan diri dari masalah yang gue hadapi. Hanya dengan menari, gue bisa merasa lebih baik.
Musik mulai mengalun. Alin bergerak mengikuti irama lagu dengan indah. Seolah ada lampu sorot yang mengikuti gerakan Alin. Semua orang terlihat terpesona. Alin tersenyum sepanjang menari. Musik mulai habis, Alin berputar dan mengakhiri gerakannya dengan anggun. Suara tepukan tangan bergemuruh menyadarkan Alin. Alin membuka matanya dan membungkuk hormat.
GALIH
Alin! Luar biasa indah!
ALIN
Terima kasih.
Alin lalu kembali ke tempat duduknya.
GALIH
Oke, kami telah melihat tarian-tarian indah kalian semua. Kalian boleh tetap berada di ruangan ini dulu. Kami sudah siapkan air minum dan snack. Saya dan tim akan keluar sebentar untuk berdiskusi.
Ferdi dan Reza membagikan air dan snack pada para kandidat. Alin merasa dirinya diperhatikan. Ia lalu menoleh dan bertemu pandang dengan Dipta. Dipta langsung mengalihkan pandangan dan keluar dari ruangan.
10.EXT. LORONG KAMPUS - MOMENTS LATER
Dipta dan teman-temannya berdiri melingkar untuk berdiskusi.
FERDI
Gila, semuanya bagus sih.
REZA
Iya! Gua sampe gak bisa milih. Yang pertama anggun banget, kayak penari balet.
FERDI
Yang kedua juga... Cantik banget.
GALIH
Yeh buaya!
DIPTA
Kita nyari penari ya, bukan pacar.
Ferdi langsung menggaruk kepalanya sedangkan Reza dan Galih tertawa.
GALIH
Pak Ketua, menurut lu siapa?
DIPTA
Alin.
FERDI
Alin yang mana?
GALIH
(tersenyum penuh arti) Yang tadi terakhir. Feelingnya paling cocok jadi karakter kita ya?
DIPTA
Dari awal, gue tau dia memposisikan diri dia sebagai Stella. Di saat yang lain gak bawa skrip dan langsung nari, Alin baca skrip berkali-kali dan mencoba mendalami karakter.
REZA
Wah, keren juga ya... dan emang gua bisa ngeliat Stella di dia.
FERDI
Hm... Setuju sih.
11.INT. RUANG TARI - MOMENTS LATER
Dipta, Galih, Ferdi dan Reza masuk ke ruang tari. Alin dan para kandidat lain yang asik berbincang langsung terdiam.
GALIH
Jadi... setelah tadi berdiskusi, kami sudah memilih satu orang yang menurut kami paling sesuai dengan karakter animasi kami yaitu Stella. Selamat kepada... Alin!
Semua orang bertepuk tangan. Alin membulatkan matanya. KANDIDAT #1 dan #2 menjabat tangan Alin memberikan selamat.
KANDIDAT #1
Lo emang bagus banget tadi.
KANDIDAT #2
Selamat ya!
ALIN
Makasih ya!
FERDI
Terima kasih banget untuk kalian semua. Kalian udah boleh pulang. Untuk Alin, kita bakal brief dulu ya.
Alin mengangguk. KANDIDAT #1 dan #2 membereskan barangnya dan keluar ruangan. Alin ditinggal bersama anggota GGC.
REZA
Hai, Alin! Selamat ya! Wah gak salah Wina nyaranin elo jadi kandidat.
ALIN
(terkekeh) Thanks, Reza!
FERDI
Oke, Alin. Lo udah kenal Reza sama Galih 'kan? Kenalan dulu dong, gue Ferdi.
Ferdi dan Alin berjabat tangan.
FERDI
Ini Dipta. Dia leader kita. Emang agak galak mukanya tapi hatinya selembut permen Yupi. Kenyel-kenyel gitu.
DIPTA
(menggelengkan kepalanya) Apaan sih lo.
Dipta menatap Alin dan menjulurkan tangannya. Alin menjabatnya seraya tersenyum. Dipta masih dengan wajah datar.
DIPTA
Gue Dipta. Kalo mereka macem-macem, lapor ke gue aja.
GALIH
(protes) Eh buset. Lo kata kita cowok apaan. (menoleh pada Alin) Yang ada tuh kebalik. Kalo Dipta galak sama lo, kasih tau kita aja, Lin. Tenang. Biar kita yang jinakin.
Semua orang tertawa. Hanya Dipta menggelengkan kepala.
DIPTA
Oke, langsung dibrief aja ya, udah sore.
Yang lain mengangguk setuju.
12.EXT. HALTE DEPAN KAMPUS - EVENING
Alin berdiri menunggu angkot untuk pulang. Ia melirik jamnya dengan gelisah. Dipta yang menaiki motor berhenti di depan Alin, menaikan kaca helmnya. Alin tersenyum ramah.
DIPTA
Alin pulang naik apa?
ALIN
Naik angkot nih. Lo langsung balik? Hati-hati ya!
Dipta turun dari motor, membuka bagasi motor dan menyerahkan helm cadangan kepada Alin lalu kembali menaiki motornya.
DIPTA
Sini gue anter aja. (beat) Gara-gara audisi tadi 'kan lo jadi pulang telat.
Alin ragu-ragu dan hanya terdiam.
DIPTA
Alin? Ayo. Tenang aja. Langsung ke rumah, gak pake mampir.
ALIN
Yaudah deh, kalo gak ngerepotin.
Alin naik ke atas motor Dipta. Dalam perjalanan, Dipta mencuri-curi pandang pada Alin dari kaca spion.
13.EXT. DEPAN RUMAH ALIN - NIGHT
Dipta berhenti di depan rumah Alin. Alin segera turun dari boncengan Dipta dan mengembalikan helmnya.
ALIN
Makasih ya, Dipta!
Dipta hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Jantung Alin BERDETAK KENCANG. Dipta melaju pergi.
Alin tersenyum lebar dan masuk ke dalam rumahnya dengan perlahan. Alin menghela napas lega ketika tidak melihat adanya orang. Tiba-tiba, suara kursi di banting membuat Alin melompat terkejut.
IRFAN, Papa Alin, berjalan menghampiri Alin. Wajahnya terlihat marah.
IRFAN
Dari mana kamu?
Alin meringis.
ALIN
Abis meeting, Pa...
IRFAN
Kamu dianter sama siapa tadi?
ALIN
(tergagap) Sa-sama temen, Pa...
Irfan menampar Alin kencang. Alin jatuh tersungkur.
IRFAN
Jangan bohong kamu! Papa enggak suka kamu bergaul dengan laki-laki yang gayanya amburadul seperti itu!
Alin mencoba berdiri lagi seraya mengelus pipinya yang baru ditampar.
ALIN
Dia baik, Pa. Dia nganterin Alin karena udah malam...
Irfan kembali menampar Alin. Alin kembali terjatuh.
IRFAN
Kalo dibilangin tuh jangan ngelawan!
Irfan berjongkok di hadapan Alin, lalu menjambak rambut Alin dengan kasar. Alin mulai menangis.
ALIN
Maaf, Pa. Alin minta maaf...
GIO (15), adik laki-laki Alin, berlari menuruni tangga dan menarik tangan Irfan.
GIO
Papa! Udah, Pa! Udah!
Irfan pun berhenti menjambak Alin. Alin langsung bangkit dan berlari menuju kamarnya dengan air mata mengalir deras.