Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
4. INT. RUANG RAWAT RUMAH SAKIT - MALAM
Aga harus dirawat beberapa hari di rumah sakit sebelum dipasangi gips untuk meminimalkan gerakan kakinya, mengatasi nyeri, dan mengobservasi bengkak yang akan muncul. Tasya sedang makan di sambil menunggu diantar pulang.
TASYA
(Terbatuk karena tersedak) Eh? Apa? Gimana, Tante?
Memberikan minum sembari mengusap pelan punggung Tasya.
KARINIA
Pelan-pelan dong makannya, Sayang. Ya ... seperti yang Tante bilang tadi, kalau kamu benar mau bertanggung jawab, bantuin Om sama Tante jagain Aga.
Tasya meneguk ludah.
AGA
Ibu, apaan sih? Aga bukan anak kecil yang harus dijaga kali!
KARINIA
Loh? Siapa bilang? Kaki kamu nanti dipasangi gips. Kamu harus jalan pakai tongkat. Bakal kesusahan kamu nanti. Kalau ada Tasya kan bisa bantu kamu pergi ke sekolah. Apalagi ternyata kita tinggal satu kompleks cuma beda blok aja. Di sekolah juga bisa bantu kamu kemana-mana. Iya, kan, Sayang?
Karinia berbalik ke Tasya. Tasya menampilkan cengiran canggung.
AGA
Ibu, Aga tuh punya teman di sekolah. Enggak perlu bantuan Tasya. Lagi pula, aku sama dia beda kelas dan kami enggak dekat.
KARINIA
Teman kamu siapa? Galih? Mama ingat kamu bilang dia sering telat datang ke sekolah.
AGA
Masih ada teman lain kok, Bu ...
KARINIA
Aga, kalau teman-teman cowok kamu enggak ada yang bisa Ibu percaya buat jagain kamu. Teman cowok itu suka usil, suka bercanda. Nanti mereka mainnya kelewatan terus kamu malah kenapa-kenapa lagi.
AGA
Tapi, Bu, mereka ...
KARINIA
Terus ya, kalau cewek itu lebih telaten. Lebih bertanggung jawab. Bisa lebih lembut. Jadi Ibu lebih tenang kalau kamu sama Tasya.
AGA
Ibu, dengerin Aga du-
KARINIA
Tasya mau kan, bantuin Tante?
Aga mengembuskan napas panjang. Tasya kebingungan, bergantian melirik Aga dan ibunya.
TASYA
I ... itu ... Em ... aku ...
KARINIA
Mau ya, Sayang? Kan tadi kamu sendiri yang bilang siap bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya. Ya, bentuk tanggung jawab yang Tante tawarkan ini, bantu Tante jagain Aga. Soalnya sehari-hari Tante sama Om sibuk. Untuk antar Aga ke sekolah aja kadang susah. Tante takut Aga kesusahan kalau enggak ada yang bantu.
Tasya menghela napas pasrah.
TASYA
Tapi, cuma pas berangkat sekolah dan di sekolah aja kan, Tante, aku bantuin Aga?
KARINIA
(Meringis) Sebenarnya belakangan ini Tante dan Om sibuk karena urusan pekerjaan. Jadi, biasanya kami pulang di atas jam enam. Belum lagi ditambah macet dan lain-lain, sampai rumah biasanya lebih malam lagi. Karena itu Tante juga mau minta kamu bantu jagain Aga setelah pulang sekolah.
TASYA
EH?
AGA
So, that means she's going to be my babysitter?
KARINIA
Hush! Aga, bukan kayak gitu! Jadi, Tasya sayang, di rumah itu Tante enggak ada orang kerja. Jadi kalau pulang sekolah Aga sendiri, urus dirinya sendiri. Tapi, kalau kakinya di gips begitu pasti dia kesusahan, makanya kamu bantuin dia juga, ya, kalau pulang sekolah? Mau ya, Sayang?
Karinia terus memandang Tasya dengan tatapan memohon sampai akhirnya Tasya cuma bisa mengangguk tidak ikhlas. Karinia memekik senang lalu memeluk Tasya.
KARINIA
Terima kasih Tasya sayang. Sekarang Tante enggak perlu khawatir lagi ninggalin Aga sendirian.
AGA
Dan sekarang gue yang khawatir karena harus diikutin ke mana-mana sama babysitter.
KARINIA
Aga! Kamu ini sembarangan deh! Mestinya kamu itu bersyukur Tasya mau bantuin.
Aga merengut. Karinia berjalan ke samping bed Aga.
KARINIA (CONT’D)
(Berbisik ke telinga Aga) Kamu baik-baik ya sama Tasya, jangan bikin dia sebal.
AGA
Iya, Bu, iya ...
KARINIA
Ada positifnya juga ya kaki kamu luka begini. Kamu jadi punya teman baru. Tasya juga. Iya, kan?
Aga mencibir dan memutar bola mata. Sedangkan Tasya hanya tersenyum tipis ogah-ogahan.
KARINIA
Oh iya, hal positif lainnya, kamu juga bisa lebih fokus belajar! Karena kaki kamu sakit, kamu enggak perlu latihan bola dulu kan, Nak, untuk sementara waktu? Jadi kamu bisa lebih fokus belajar deh! Manfaatkan sebaik mungkin ya, Ga, biar kelas 3 nanti kamu gampang ikut SNMPTN-nya.
Tasya melirik ke arah Aga dan melihat raut wajah Aga yang berubah saat Karinia bicara. Raut wajahnya berubah kaku dan agak muram, tapi cowok itu tetap mengangguk patuh. Karinia tidak menyadari hal tersebut, masih saja tersenyum lebar sambil mengelus rambut anaknya. Kemudian, dering telepon mengalihkan perhatian Karinia.
KARINIA
Ibu terima telepon dulu ya di luar. Tasya tunggu sebentar ya, Sayang, kalau ayah Aga sudah datang nanti kita langsung antar kamu pulang.
Karinia berjalan ke luar kamar untuk menerima telepon setelah melihat Tasya mengangguk. Aga menoleh geram ke arah Tasya saat pintu sudah tertutup.
AGA
Lo kenapa enggak nolak aja sih?
TASYA
Gimana caranya aku mau nolak kalau ibu kamu mintanya kayak gitu?
AGA
Ya bilang apa kek gitu. Bilang lo sibuk atau apa. Atau lo tanggung jawabnya dengan cara lain aja. Ngasih gue uang misalnya atau tawarin mau bayar biaya rumah sakit gue sampai benar-benar sembuh.
TASYA
Enggak. Mendingan uangnya aku simpan dibanding bayarin kamu.
AGA
(Memicing kesal) Ya minta uang sama orang tua lo lah. Atau suruh ibu gue aja negosiasi sama orang tua lo. Mereka juga pasti bakal keberatan kalau lo harus jagain gue berhari-hari. Iya kan?
TASYA
Enggak. Palingan mereka juga enggak akan peduli.
Pintu kembali dibuka. Mereka berdua menoleh bersamaan dan saling mengerti untuk menghentikan percakapan karena Karinia masuk.
Karinia berjalan ke meja samping bed Aga untuk mengambil tas.
KARINIA
Ayah Aga katanya sudah ada di parkiran. Dia nunggu kita di bawah buat antar kamu pulang. Ayo, Tasya.
Tasya mengangguk lalu mulai merapikan bekas-bekas makannya.
KARINIA (CONT'D)
Ibu antar Tasya pulang dulu ya sama Ayah. Kamu istirahat saja.
Aga membentuk tanda 'ok' dengan jarinya.
KARINIA (CONT'D)
Oh iya, Ibu sekalian mau singgah di rumah ambil barang, kamu mau nitip apa?
AGA
Aga enggak ...
KARINIA
Ibu, ambilin buku soal-soal latihan kamu aja kali, ya? Biar kamu bisa kerjakan di sini.
Aga menghela napas lalu mengangguk malas.
AGA
Iya deh, itu aja. Terserah Ibu.
Karinia mengelus rambut anaknya sambil tersenyum bangga.
CUT TO :
5. INT. MOBIL - JALAN MENUJU PULANG - MALAM
Rajendra dan Karinia dalam perjalanan pulang mengantar Tasya. Rajendra duduk di kursi kemudi, Karinia di sampingnya, dan Tasya duduk sendirian di belakang.
RAJENDRA
Yang tahun lalu kepalanya dijahit juga karena jatuh dari motor pas pulang sekolah, kan?
KARINIA
Iya, makanya Ibu itu larang dia bawa motor. Ayah ingat gimana paniknya Ibu dulu? Ibu kira dia udah perdarahan otak.
RAJENDRA
Apalagi pas tadi dokter bilang kakinya Aga harus di operasi, pasti Ibu syok lagi, kan? Pasti tadi Ibu sudah mau pingsan, kan? Hahaha.
KARINIA
Ayah ini kok malah bisa bercandain itu sih? Iya Ibu tadi udah mau pingsan. Ayah emang enggak khawatir apa kalau Aga kenapa-napa?
Rajendra menggeleng dengan ekspresi bangga.
KARINIA (CONT’D)
Sok tau! Ibu tadi lihat muka Ayah juga kaget!
RAJENDRA
Kaget kan beda dari khawatir. Hahaha.
Karinia memukul bahu Rajendra gemas. Tasya yang mengamati dari belakang sesekali tersenyum. Rajendra mengintip Tasya dari kaca spion atas.
RAJENDRA
Oh iya, Tasya, nanti kalau Aga keluar dari rumah sakit, kalian ke sekolahnya bagaimana? Kamu ada yang antar? Maaf ya Om sama Tante enggak bisa antar kalian soalnya sekolah kalian dan tempat kami kerja arahnya beda. Apalagi Om dan Tante juga harus pagi-pagi berangkatnya. Atau kamu mau naik taksi aja nanti bareng Aga?
TASYA
Eh, enggak usah, Om. Tasya baru aja dapat SIM kemarin. Kalau Aga udah keluar dari rumah sakit, aku bakal bawa mobil ke sekolah.
RAJENDRA
Wah, syukurlah kalau begitu. Tolong jaga Aga baik-baik ya, Nak. Kalau dia cerewet atau banyak maunya dipukul aja biar diam. Hahaha.
Tasya hanya tertawa kecil menanggapi perkataan Rajendra. Karinia membalikkan badan ke belakang.
KARINIA
Tapi, Tasya sayang, kamu benar-benar tidak apa-apa, kan?
TASYA
Tidak apa-apa apanya, Tante?
KARINIA
Maksud Tante tentang mengurus Aga.
TASYA
Oh itu ... Iya, enggak apa-apa kok, Tante. Aku bakal jagain Aga dengan baik. Tante sama Om tenang aja.
KARINIA
Tante makasih banget loh, Sayang. Tante juga senang soalnya Aga bakal punya teman yang manis kayak Tasya. Orang tua kamu pasti senang punya anak manis seperti kamu.
Tasya kembali menanggapi hanya dengan tersenyum tipis, ekspresi yang tidak bisa ditebak.
CUT TO :