Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 102
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bagian 5

26 INT. RUANG OSIS - SEKOLAH — PAGI

Tama dan Laras dan beberapa Siswa Lainnya sedang berdiskusi di atas meja, mereka saling berbicara satu sama lain.

TAMA

Untuk materi Mading bulan ini, aku ada usulan, gimana kalau kita jelasin tentang Berpikir Kritis. Kebetulan kelas aku lagi belajar itu, gak ada salahnya materi yang aku dapat, kita bagiin ke seluruh sekolah.

Siswa-siswa lainnya mengangguk, mempertimbangkan.

SISWA LAKI-LAKI

Tapi materi kita gak cukup hanya dari satu sumber. Kita harus pakai sumber yang lain juga.

SISWA PEREMPUAN

Aku setuju, materi Berpikir Kritis itu bagus. Aku rasa kita pakai itu aja untuk bulan ini. Gimana semuanya?

Semua Siswa-siswa lainnya saling melihat satu sama lain, kemudian menganggul, setuju secara aklamasi.

TAMA

Oke, kita kerjakan berdasarkan tugas dari Divisi kita masing-masing. Deadlinenya tiga hari dari sekarang.

Semua Siswa setuju, mereka mulai mengerjakan tugas mereka.

Dari tempatnya, Tama melihat Teman-temannya itu, sesaat ia melihat Laras yang melihat dirinya, datar.

27 EXT. BELAKANG RUANG OSIS - SEKOLAH — PAGI

Tama dan Laras bersandar di dinding Kelas, mereka tidak bicara.

LARAS

Kenapa kamu gak marah?

TAMA

Aku tahu kamu sibuk, kamu banyak kerjaan. Aku cuma gak mau nambah masalah.

LARAS

Harusnya kamu marah sama aku. Kita udah janjian dan aku yang salah di sini.

TAMA

Gak ada gunanya besarin masalah. Kita bisa pergi ke situ lain kali.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Kenapa kamu gak kayak orang-orang, marah kalau ada yang salah. Ini yang kadang-kadang aku gak suka dari kamu, kamu selalu biarin masalah.

TAMA

Kamu mau aku besarin-besarin masalah? Itu yang kamu mau? Kamu mau aku ikut campur semua urusan kamu, selalu merengek ke kamu kalau ada apa-apa?

Laras tidak menjawab, ia melihat ke arah lain. Tama menyadarinya.

TAMA

Aku minta maaf, oke. Ini salah aku. Harusnya aku yang lebih tegas.

Tama mengambil tangan Laras, memegangnya lembut. Mereka saling melihat.

TAMA

Kamu mau makan apa? Aku beliin.

Laras menggeleng, mereka hanya diam di tempat itu.

28 EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI

Pram berjalan di Kantin, ia membeli Jajanan dan ketika ia berjalan keluar, ia melihat Tama dan Laras duduk di salah satu Kursi, Laras melambaikan Tangannya. Pram berjalan ke arah mereka.

Ia duduk sebelah Laras, ia melihat Tama, datar. Sama halnya dengan Tama.

LARAS

Tumben kamu ikut masalah orang lain. Bantuin Karina, waktu masalah Okta kamu gak kayak gitu.

Sesaat Tama melihat Pram yang melihatnya, mereka saling melihat, datar.

LARAS

Tapi keren Karina, bisa bikin satu sekolah dukung dia. Bikin Pak Irfan di tangkap. Kamu bisa bayangin, lima orang, dia lecehin lima murid. Itu gila.

Tama hanya tersenyum tipis mendengarnya, sedangkan Pram melanjutkan makannya.

LARAS

Tapi yang aku herannya, dari lima itu kenapa cuma Karina yang berani speak up. Iya aku tahu, banyak faktor yang bisa bikin orang gak berani, tapi yang aku dengar, semua orang berhentiin laporan mereka di tengah jalan.

PRAM

Mungkin Kepala Sekolah suruh Tama berhentiin murid-murid yang mau bawa kasus ini ke Polisi.

Sesaat Laras kaget, ia melihat keduanya, bolak-balik. Tama tetap tenang. Pram dengan wajah datarnya.

LARAS

Gila kalau Kepala Sekolah suruh Tama lakuin itu. Gak mungkin Tama kayak gitu. Kadang-kadang candaan kamu kelewatan Pram. Lucu banget.

Tama dan Pram saling melihat. Laras berdiri dan berjalan menuju Penjual di Kantin.

PRAM

Dia masih belum tahu masalah ini?

Tama tidak menjawab, hanya diam. Pram berdiri, sesaat mereka saling melihat --

TAMA

Kalau kamu punya masalah sama aku, bicara langsung. Jangan bawa orang lain dalam masalah kita. Jangan jadi pengecut. Kamu juga anak yang penurut, Pram. Kamu gak bisa nolak apapun yang Orang Tua kamu minta.

Pram hanya melihat Tama, datar.

TAMA

Sebelum kamu nilai orang lain, sebaiknya kamu lihat diri kamu sendiri.

Pram tidak menjawab, ia hanya melihat Tama dengan datar. Kemudian ia berdiri dan berjalan pergi. Tama melihatya, datar.

29 INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — SIANG

Murid-murid duduk di Kursi mereka masing-masing, mereka mengikuti Pelajaran di Kelas. Di tempatnya, Pram melihat ke arah Karina, sesaat ia memandang datar.

Di tempatnya, Tama sesaat melihat Laras yang sedang memperhatikan Guru menjelaskan Materi, datar. Kemudian ia kembali memperhatikan Guru.

Di tempatnya, Karina tidak memperhatikan Guru, ia melihat Buku Tulisnya, di sana ada tulisan, bertuliskan:

"Kamu akan jadi noda di dalam karir saya".

Kemudian ia melihat ke belakang, arah Pram. Pram juga melihat Karina, mereka saling melihat, datar. Karina berbalik melihat Tama, ia menyadarinya juga, mereka saling melihat. Sesaat Laras melihat Tama yang melihat Karina, datar.

30 INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA — MALAM

Karina berada di depan Laptopnya, ia melihat sesuatu di sana. Sebuah Artikel, Karina membaca sebaris kalimat di sana, bertuliskan:

"Ronald Putranto, Pelaku sengaja membunuh Prasetyo Putro karena persaingan antar geng Motor. Sebelumnya, Geng Motor mereka juga pernah saling serang dan menyebabkan Dua Anggota Geng Motor masing-masing terluka karena senjata tajam. Akibat dari tawuran ini, Satu Korban dari Masyrakat bernama Karina Hartono mengalami Luka dan Patah tulang di tubuhnya".

Karina melihat Layar Laptopnya, datar. Karina mengklik Arikel yang lainnya. Bertuliskan:

"Prasetyo Putro di kenal sebagai Murid yang nakal dan membawa pengaruh buruh kepada Temannya, hal ini di ungkpakan oleh salah satu teman sekolahnya, PC, 17, "Tio suka mengajak teman-temannya untuk cabut, dia juga suka melawan Gurunya di kelas dan dia juga suka berantem dengan teman-temannya di Sekolah", jelas PC."

KARINA

Bener, ternyata.

Karina melihatnya datar.

31 EXT. PINGGIR LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI

Karina, Rosa dan Tama berada di pinggir Lapangan, mereka memperhatikan Lapangan yang di sinari Matahari yang terik.

TAMA

Kamu mau selidiki kasus ini? Kamu ada petunjuk?

KARINA

Sedikit, di tambah Informasi yang aku tahu dari kamu, mungkin kita bisa nemuin petunjuk.

Tama melihat Karina, yang di lihatnya juga melihat ke arah yang sama.

TAMA

Kamu yakin bisa pecahin kasus ini?

KARINA

Kalian berdua coba hal yang sama tapi gak berhasil. Sekarang ada aku, gak ada salahnya di coba.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Aku tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua.

TAMA

Dan kamu masih mau aku ikut ke penyelidikan ini?

KARINA

Itu masalah kamu dengan Pram. Tapi ada satu hal, kalau kamu lakuin hal yang sama, aku akan lakuin hal yang sama seperti Pram lakuin ke kamu. Aku yakin kamu ada alasan, aku akan selalu coba lihat sisi baiknya.

TAMA

Akan aku anggap itu sebagai jaminan dari kamu.

Mereka berdua mengangguk, setuju satu sama lain.

TAMA

Pram bilang apa?

KARINA

Dia masih belum tahu.

Laras mendekati mereka berdua, mereka menyadarinya.

TAMA

Nanti aku kirim apa yang aku tahu.

Karina mengangguk. Sesaat Laras melihat Karina, ia dan Tama pergi dari situ --

LARAS

Apa yang kamu tahu? Kalian ngapain?

TAMA

Kami mau selidiki kasus Tio.

LARAS

Lagi?

TAMA

Kali ini ada Karina, mungkin dia bisa pecahin masalah ini. Kamu tahu Tio meninggal bukan karena tawuran geng Motor.

Laras tidak menjawab, sesaat ia melihat Tama yang serius.

LARAS

Mungkin kalian akan hadapi hal yang sama lagi.

Laras seolah-seolah berbicara dengan dirinya sendiri. Mereka berdua berjalan menjauhi Karina.

32 EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI

Karina duduk bersama Rosa di Kantin. Rosa memakan jajanannya, sedangkan Karina memikirkan sesuatu.

ROSA

Kali ini apa yang kamu pikirin?

Karina tersadar, ia melihat Rosa.

KARINA

Ronald Putranto, itu orang yang di tangkap karena nabrak aku.

ROSA

Terus masalahnya apa?

KARINA

Aku harus ketemu sama orang itu, aku harus tanya. Bener apa gak dia yang tabrak aku.

ROSA

Kamu tahu dia di mana?

Karina menggeleng. Rosa menghela nafas, mengelus kepala Karina.

ROSA

Aku suka semangat kamu, tapi itu gak cukup. Kita butuh rencana dan kita gak punya itu, Karin. Kita bahkan gak tahu apa yang mau kita lakuin. Kita harus mulai dari mana aja kita gak tahu.

Karina tersadar, ia mengangguk, mengerti. Tak lama, Pram berjalan masuk ke dalam kantin, Rosa menyadarinya dan melambaikan tangan.

Pram duduk di depan mereka, Karina melihatnya datar, begitu juga sebaliknya.

ROSA

Pram, gimana, kamu mau ikut? Aku, Karin sama Tama udah fix.

Pram hanya diam, sesaat ia melihat Karina.

KARINA

Aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Tama. Tentang wawancara itu. Kamu gak usah khawatir aku berhenti di tengah jalan.

PRAM

Itu yang dia bilang ke aku juga.

KARINA

Apa kamu pernah tanya dia langsung? Kamu pernah dengar penjelasannya dulu?

PRAM

Aku gak perlu penjelasan dari dia.

KARINA

Kamu perlu, Pram. Atau memang kamu yang gak pernah kasih dia kesempatan buat jelasin semuanya.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Aku baru tahu ternyata kamu orangnya gini.

PRAM

Bagus kalau kamu tahu, kamu bisa lakuin ini tanpa aku.

Rosa melihat keduanya, tidak tahu harus berbuat apa.

KARINA

Oke kalau itu jawaban kamu.

PRAM

Percuma kalian lakukan apapun, jawaban yang kamu cari gak akan ketemu. Yang ada kamu cuma kecewa.

KARINA

Dengar kata-kata itu keluar dari mulut kamu, rasanya gak pantas. Padahal kamu sendiri pernah coba hal ini.

PRAM

Aku bilang kayak gini karena aku tahu akhirnya kayak apa.

KARINA

Jangan kamu kasih tahu aku apa yang harus aku lakuin. Jangan ikut campur kalau kamu gak ikut.

Pram berdiri, sesaat mereka saling melihat, dingin.

PRAM

Lebih baik kamu hentikan semua permainan anak kecil kamu, Karin. Kamu cuma Anak SMA biasa, yang gak bisa apa-apa.

KARINA

Iya, mungkin kamu benar aku cuma Anak SMA biasa. Tapi aku bisa lakuin apa yang aku mau dan kamu gak berhak suruh aku berhenti. Aku bukan kamu Pram, pengecut yang hanya bisa salahin keadaan.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Kamu bisa tetap tinggal di Dunia kamu kalau kamu takut. Berlindung di balik Orang Tua kamu yang aku yakin juga kamu salahin karena Tio meninggal. Aku tahu orang-orang kayak kamu. Gampang kebaca, Pram.

Pram berjalan keluar Kantin. Disana ia berpapasan dengan LAKI-LAKI, RONI PUTRANTO, 17, berjalan memasuki Kantin. Mereka saling melihat datar dan berjalan ke tujuan masing-masing.

Di tempatnya, Karina masih melihat Pram yang berjalan menjauh. Rosa hanya melihat Karina. Bersamaan dengan Roni yang berjalan ke arah Penjual Kantin.

ROSA

Dia mungkin masih kecewa sama dirinya sendiri.

KARINA

Iya, mungkin. Tapi tadi dia keterlaluan.

Dari tempat penjual, Roni melihat Karina. Roni berjalan setelah membeli, ketika ia masih melihat Karina --

BRAKK --

Roni terjatuh, makanannya jatuh ke lantai. Suasana kantin menjadi hening, melihat kejadian itu.

MURID LAKI-LAKI

Maaf, aku gak lihat ada orang disitu, kirain aku gak ada apa-apa tadi.

Roni melihat Seragamnya yang basah karena tumpahan air. Terdengar suara yang bersahutan di sekeliling Roni.

Karina melihat Roni yang tersungkur di lantai, mereka saling melihat.

Roni bangun dan mengambil Makanannya yang jatuh, kemudian ia berjalan keluar, sambil di ikuti suara sorakan-sorakan itu. Yang pasti sorakan-sorakan itu tidak baik, terdengar salah satu sorakan itu, berbunyi:

"Jangan dekat-dekat dia, nanti ketularan kayak Abangnya".

Roni berjalan keluar, tidak melakukan apa-apa. Sesaat Karina melihat Roni yang pergi, datar.

Karina melihat Anak-anak yang mengerjai Roni itu, mereka tertawa lepas, bahagia. Kemudian, ia mengambil gelas dan menuangkan sisa minuman Rosa ke dalam gelasnya. Rosa dan Pram hanya melihat apa yang di lakukan Karina.

Gelas sudah penuh dengan air, Karina bangun sambil membawa gelas itu menuju Murid Laki-laki itu dan berdiri di depannya.

Murid Laki-laki itu dan Teman-temannya melihat Karina, mereka melakukan kontak -- 

Karina menuangkan air di dalam gelas itu kepada Murid Laki-laki itu, membuat ia dan Teman-temanya kaget, sedangkan Karina, datar melihat mereka. Teman-temannya berlarian, menghindar.

MURID LAKI-LAKI

Woii, Anjiiiing... kamu ngapain, kamu gak lihat ada orang disini. Anjirrr.

KARINA

Maaf, aku gak lihat ada kamu, kirain aku ini tempat sampah.

Sesaat Rosa, tertawa lepas melihat itu. Terdengar suara teriakan Murid Laki-laki itu di depan wajah Karina yang masih tetap datar melihat Murid Laki-laki itu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar