Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 102
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2

6 EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — SIANG

Karina dan PEREMPUAN, ROSA MULYADI, 17, duduk di pinggir Lapangan, memakan jajanan mereka. Di Lapangan, Murid-murid sedang berlatih Upacara, di sana ada Pram yang sedang melatih mereka.

ROSA

Okta bilang gitu ke kamu?

Karina mengangguk, sambil memakan Jajanannya.

ROSA

Kita juga gak tahu kenapa Tama mau lakuin itu.

KARINA

Lebih baik kita gak ikut campur, itu urusan keluarga mereka.

Rosa mengangguk, mereka sama-sama makan Jajanan mereka. Melihat Murid-murid berlatih Upacara di Lapangan, sesaat Karina memperhatikan LAKI-LAKI, GIO SEPTIONO, 17, berdiri di sebelah Pram, melambaikan tangan ke arah mereka.

KARINA

Itu siapa?

Rosa melihatnya, ia membalasnya dengan senyuman tipis.

ROSA

Itu Gio, anggota Paskibraka juga. Teman Pram. Dia suka cari perhatian.

Karina melihat Gio yang masih melambaikan tangan ke arah mereka. Sesaat ia membalas lambaian Gio.

KARINA

Dia cari perhatian orang lain, atau cuma perhatian kamu?

Rosa tidak menjawab, masih melanjutkan makannya. Gio berlari ke arah mereka dan mereka melihatnya.

GIO

Kamu pasti Karina. Aku Gio, teman satu ekskul Pram. Aku temannya Rosa, aku banyak dengar tentang kamu dari Rosa.

Karina menyalami Gio, mereka tersenyum. Rosa melanjutkan makannya. Gio memperhatikannya.

KARINA

Jadi udah sejauh mana hubungan kalian, sampai-sampai aku jadi bahan obrolan.

GIO

Iya, kami dekat. Tapi mungkin itu perasaan aku, gak tahu kalau Rosa gimana.

Karina mengangguk, sesaat melihat Rosa yang tidak terlalu peduli dengan Gio.

KARINA

Kamu pasti dapat jawaban dari Rosa, cepat atau lambat.

GIO

Iya, aku harap jawabannya cepat.

Mereka berdua tersenyum satu sama lain, sesaat mereka melihat Rosa yang melihat mereka berdua, tidak nyaman. Karina dan Gio saling melihat, kemudian mengangguk, seperti ada kesepakatan di antara mereka berdua.

KARINA

Kamu latih mereka juga?

GIO

Iya, aku sama Pram Purna. Jadi harus latih mereka.

KARINA

Purna?

ROSA

Purna itu sebutan anak-anak yang pernah jadi Paskibraka. Gio sama Pram itu Paskibraka. Bedanya Pram tingkat nasional, Gio cuma Purna tingkat kota. Kelihatan kan bedanya.

KARINA

Ouch...

GIO

Rosa benar, gak salah. Kamu bisa lihat bedanya.

Gio melihat Rosa yang makan dan ia memberikan Air Mineral kepadanya. Rosa melihatnya, Gio mengangguk, menyuruhnya ambil.

GIO

Udah pintar, Paskibraka, atletis, kurang apa coba.

KARINA

Dia kurang ekspresi, kayak gak bernyawa. Iya kan?

Gio dan Karina tertawa mendengarnya, kemudian mereka mengangguk, setuju.

KARINA

Sama dia kayak gak mau di ganggu sama orang. Gak heran kalau aku lihat ada tulisan di belakang punggungnya, awas orang galak.

GIO

Pecah berarti beli... tunggu, Pram itu orang bukan barang.

Mereka tertawa bersama, sesaat Rosa juga ikut tersenyum.

GIO

Kamu lucu, senang aku Rosa ada Teman kayak kamu.
(melihat ke lapangan)
Aku harus balik lagi, senang kenalan sama kamu. Kapan-kapan kita main di luar sekolah.

Karina mengangguk. Bersamaan dengan Gio yang mengelus Kepala Rosa, lembut.

GIO

Aku pergi dulu, nanti aku telepon, oke.

Rosa mengangguk pelan. Gio melambaikan tangan kepada mereka, Karina membalasnya.

ROSA

Aku sama dia cuma teman, gak lebih.

KARINA

Aku gak tanya dan kamu gak harus jelasin hubungan kamu.

Rosa tidak menjawab, ia meminum Air Mineral.

KARINA

Dia jujur orangya dan yang paling penting dia gak malu nunjukkin ke kamu.

ROSA

Iya, aku tahu.

Mereka saling melihat, tersenyum satu sama lain.

KARINA

Kamu jadi orang bodoh kalau sama Gio. Coba aja kamu kayak gitu sama aku.

ROSA

Kamu mau aku kayak gitu juga?

KARINA

Gak, ah. Nanti hubungan kita berat sebelah.

Mereka berdua tertawa mendengarnya.

ROSA

Tunggu jadi kamu bilang hubungan aku sama Gio berat sebelah?

KARINA

Memang kamu ada hubungan apa sama Gio? Bukannya cuma teman?

Rosa tidak bisa menjawab, Karina melihat Rosa, menyelidikinya. Kemudian mereka tersenyum.

KARINA

Dasar.

ROSA

Pram bantuin kamu, kita harus terimakasih sama dia. Bukan aku, tapi kamu, maksud aku.

KARINA

Iya, aku tahu.

ROSA

Kamu bisa ajak dia nonton atau makan.

KARINA

Itu Date, Rosa.

ROSA

Gak ada salahnya, nonton bukan berarti kalian Date kan. Itu ucapan terimakasih.

Karina tidak menjawab, masih melihat Pram.

ROSA

Bayangin, kalian nonton, terus kalian gak sengaja ambil makanan bersamaan, kalian bersentuhan.
(mengambil makanan)
Terus Pram suapin kamu, entah kenapa kamu mau.

KARINA

Terus kami saling lihat, tersenyum kecil, entah kenapa ada dorongan dari dalam.
(kepala Karina bergerak maju)
Kami mendekat... mendekat... sampai akhirnya...

Kepala Karina berada di depan Rosa yang diam, ia mengikuti permainan Karina.

KARINA

Gak ah... nafas kamu bau.

Rosa tidak percaya apa yang ia dengar, mereka tertawa keras dengan permainan mereka sendiri. Rosa memukul Karina, tidak terima.

Di Lapangan, Pram mendengar suara tawa mereka, keras. Ia melihatnya, sesaat ia melihat Karina yang masih tertawa keras dengan Rosa. Ia melihatnya, tersenyum tipis muncul.

7 EXT. DEPAN KANTOR POLISI — SORE

Sugeng keluar dari Kantor Polisi bersama Agung, mereka berjalan menuju parkiran.

AGUNG

Bapak tidak usah khawatir, akan saya pastikan Bapak tidak terlibat dalam hal ini.

SUGENG

Saya harap Bapak bisa bantu saya. Dia cukup tahu banyak tentang sekolah.

Agung mengangguk, mereka sampai di depan Mobil Sugeng.

SUGENG

Saya dengar Pram masih bisa ikut seleksi Paskibraka Nasional tahun ini.

AGUNG

Belum ada keputusan. Bagaimana dia di sekolah, Pak?

SUGENG

Pram, anak Bapak murid teladan di sekolah. Saya yakin dia bisa jadi Kapolres seperti Bapak, atau mungkin Jenderal berbintang.

Agung tersenyum, terhibur.

AGUNG

Sama seperti Tama, Anak Bapak bisa lebih dari Orang Tua mereka.

Sugeng mengangguk, Mereka bersalaman, Sugeng masuk ke dalam Mobil dan pergi dari situ. Bersamaan dengan Agung berjalan menuju Mobilnya.

8 EXT. TERAS RUMAH - RUMAH PRAM — SORE

Pram berhenti di depan Rumah dengan Motornya, terlihat ada Mobil yang teparkir di sana. Bersamaan dengan Dedi yang melihat Pram, ia mengeluarkan Motor dari Rumah Pram.

DEDI

Baru pulang, Pram?

Pram mengangguk.

DEDI

Bapak baru pulang barusan.

PRAM

Om Sugeng ketemu Bapak?

Sesaat Dedi melihat Pram, kemudian ia mengangguk. Pram hanya diam.

Pram mendorong masuk Motornya, sesaat Dedi melihat Pram.

DEDI

Pram... kamu mau ikut Oom ke Warkop? Sore enaknya ngopi.

Pram sesaat melihat Dedi.

9 INT. WARUNG KOPI — SORE

Satu Gelas Kopi dan Satu Gelas Susu Coklat di atas meja, di sampingnya Piring berisi Gorengan dan Mangkok Mi Instan dan Bubur Kacang Hijau.

Dedi dan Pram yang terlihat kekenyangan, Dedi mengambil Kopi dan meminumnya.

PRAM

Om gak bisa masak Mi sendiri, sampai harus makan di Warkop?

DEDI

Kamu tahu, Mi Rebus di warkop itu lebih enak daripada kita masak sendiri.

Pram tidak menjawab, ia masih memakan Bubur Kacang Hijaunya.

DEDI

Gimana enak kan Bubur Kacang Hijaunya?

Pram hanya mengangguk, sekenanya. Ia melanjutkan makan.

DEDI

Abang warkop aja bisa bikin pelanggannya bahagia, gimana pasangannya coba, eaaaa.

Pram melihat Dedi, datar, kemudian menggelengkan kepala.

PRAM

Dasar Tua. Ini udah tahun berapa, masih aja receh.

Dedi menyadarinya, sesaat ia tidak terima apa yang di katakan Pram.

DEDI

Gimana sekolah kamu?

PRAM

Ya, gitu Om. Baik.

DEDI

Nikmatin masa sekolah kamu, nanti kamu kangen masa-masa itu. Itu hanya sekali seumur hidup.

PRAM

Om kasih aku nasehat?, Kedengarannya gak cocok.

DEDI

Iya, Om tahu. Tapi serius, itu benar.

Pram meminum Susu Coklatnya dan memakan gorengan di piring. Ia sudah selesai makan Bubur Kacang Hijaunnya.

PRAM

Om Sugeng minta Bapak hilangin keterlibatannnya di kasus Pak Irfan?

DEDI

Iya. Kamu tahu sendiri gimana akhirnya.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Tapi setidaknya mereka tahu ada masalah di Sekolah.

PRAM

Aku juga gak yakin Dinas Pendidikan berani sentuh Om Sugeng.

DEDI

Setidaknya Irfan di tangkap, itu yang penting. Usaha kalian gak sia-sia.

Sesaat Dedi melihat Pram.

DEDI

Om ngerti kenapa kamu gak suka sama Bapak. Tapi gimanapun dia Orang Tua kamu.

PRAM

Iya, Bapak orang tua aku. Tapi apa yang dia lakuin itu salah.

DEDI

Iya, Om tahu. Kamu juga bicariin tentang Tio, kan?, Om dengar Pelakunya sudah di vonis.

PRAM

Mereka tangkap orang yang salah.

DEDI

Semua bukti mengarah ke Orang yang di tangkap itu, Pram. Kamu gak bisa bicara gitu. Kedua, kamu gak punya bukti apa-apa.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Kalau ada perkembangan, Om kasih tahu.

Pram tidak menjawab.

DEDI

Tapi Om penasaran. Kenapa kamu ikut campur masalah Sekolah. Apa ini ada hubungannya dengan Karina? Om dengar semuanya, tentang kamu yang bantuin dia. Om juga tahu siapa dia.

Pram tidak menjawab.

DEDI

Apa ini cara kamu buat bantuin dia, karena kamu gak bisa bantuin Tio?

Pram tidak menjawab.

DEDI

Kenapa kamu dingin banget, Pram.

PRAM

Kenapa Om berisik banget.

Dedi menyadarinya, sesaat ia menghela nafas. Ia mengepalkan tangannya, seperti ingin memukul Pram.

10 INT. RUANG TENGAH - RUMAH PRAM — SORE

Pram berjalan masuk ke Dalam Rumah, ia melihat Agung duduk di Kursi Meja Makan, bersama PEREMPUAN, DESI KUSUMA, 40-an, mereka melihat Pram. Pram menyalami mereka berdua.

DESI

Kamu udah makan Pram?

PRAM

Udah, tadi di traktir Om Dedi.

Pram berjalan menuju Kamar --

AGUNG

Kamu masih bisa jadi Purna Nasional, kamu harus ikut. Kalau masuk, kamu jadi gampang masuk Akpol, ada prestasi tambahan. Ini demi kebaikan kamu.

PRAM

Ini demi kebaikan Pram atau kebaikan Bapak?

Pram berjalan masuk ke dalam Kamarnya.

AGUNG

Semuanya demi kebaikan dia. Dia harusnya percaya Orang Tuanya. Kita tahu yang baik buat dia.

DESI

Bukannya kita harus percaya anak kita sendiri?

AGUNG

Kalau Anak terlalu bebas, anak jadi masalah nantinya. Jangan terlalu percaya dengan mereka.

Desi tidak menjawab, ia hanya diam.

11 INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM — SORE

Pram meletakan Tasnya di atas Meja Belajar, melepas Seragamnya, tak lama kemudian, terdengar Pintu Kamar yang di ketok. Pram membukanya --

PEREMPUAN, PRATIWI KUSUMA, 16, Adik Pram, berdiri di balik Pintu. Ia memegang sebuah Buku dan memberikannya kepada Pram.

TIWI

Tumben berani jawab Bapak, biasanya Kakak cuma bilang iya.

Pram mengambil Buku itu dan melihat Tiwi, sesaat.

PRAM

Kakak belajar dari kamu.

TIWI

Untung aku bukan laki-laki, kalau gak aku juga di suruh Bapak nerusin jadi Keluarga Bhayangkara.

PRAM

Tapi kamu di suruh jadi Bhayangkari.

Terlihat ekspresi Tiwi yang menggerutu dan berjalan pergi. Sesaat Pram melihatnya, tersenyum tipis.

Pram meletakan Bukunya di atas Meja. Ia melanjutkan melepaskan Seragamnya dan mengambil Handuk dan berjalan keluar.

12 INT. RUANG TENGAH - RUMAH TAMA — MALAM

LAKI-LAKI, PRATAMA CAHYONO, 17, dan Keluarganya sedang makan bersama, Sugeng duduk di Tengah Meja dan PEREMPUAN, YULI CAHYONO, 40-an, Ibu Tama. Mereka makan dalam diam.

YULI

Tika bilang, besok di mau ke rumah, bawa Wisnu.

SUGENG

Gimana kabar Suaminya, masih di kerjaan yang lama?

YULI

Iya, masih...

SUGENG

Udah berapa kali di kasih tahu, Yuli gak usah nikah sama dia, masih aja. Lihat sekarang hidup mereka susah. Coba aja dia bertahan sama Lukman, senang hidupnya sekarang.

TAMA

Terus Kak Tika di pukul sampai berdarah, badannya memar. Itu yang Ayah mau?

Ada jeda di antara mereka.

SUGENG

Kekerasan dalam rumah tangga itu biasa, mungkin Tika yang salah. Wajar Lukman pukul Istrinya.

TAMA

Kekerasan dalam rumah tangga itu gak wajar, dalam hal apapun. Harusnya Ayah tahu itu lebih dari siapapun.

YULI

Tama...

TAMA

Wajar karena Ayah lakuin hal yang sama ke Ibu? Sama yang Ayah lakuin ke Okta, Karina, biarin kekerasan dan pelecehan di depam mata Ayah?

SUGENG

Diam kamu Tama, tahu apa kamu?

Tama berdiri, ia melihat Sugeng dengan dingin.

TAMA

Tama tahu lebih dari cukup, karena Ayah maksa Kak Tika nikah sama Lukman makanya dia jadi korban KDRT. Karena Ayah gila hormat dan jabatan, makanya Ayah sanggup jual Anak Ayah sendiri.

SUGENG

Cukup, Tama.

TAMA

Tama belum selesai, masih banyak yang Tama harus bilang ke Ayah. Ayah lihat nanti.

Tama berjalan ke Dapur, membawa Piring. Sugeng dan Yuli hanya diam, makan malam mereka tertunda.

SUGENG

Kurang ajar. Masih tinggal sama Orang Tuanya udah sombong. Dasar Anak Kurang Ajar.

Yuli hanya diam, sesaat ia melihat ke arah kamar Tama, datar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar