6 EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — SIANG
Karina dan PEREMPUAN, ROSA MULYADI, 17, duduk di pinggir Lapangan, memakan jajanan mereka. Di Lapangan, Murid-murid sedang berlatih Upacara, di sana ada Pram yang sedang melatih mereka.
ROSA
Okta bilang gitu ke kamu?
Karina mengangguk, sambil memakan Jajanannya.
ROSA
Kita juga gak tahu kenapa Tama mau lakuin itu.
KARINA
Lebih baik kita gak ikut campur, itu urusan keluarga mereka.
Rosa mengangguk, mereka sama-sama makan Jajanan mereka. Melihat Murid-murid berlatih Upacara di Lapangan, sesaat Karina memperhatikan LAKI-LAKI, GIO SEPTIONO, 17, berdiri di sebelah Pram, melambaikan tangan ke arah mereka.
KARINA
Itu siapa?
Rosa melihatnya, ia membalasnya dengan senyuman tipis.
ROSA
Itu Gio, anggota Paskibraka juga. Teman Pram. Dia suka cari perhatian.
Karina melihat Gio yang masih melambaikan tangan ke arah mereka. Sesaat ia membalas lambaian Gio.
KARINA
Dia cari perhatian orang lain, atau cuma perhatian kamu?
Rosa tidak menjawab, masih melanjutkan makannya. Gio berlari ke arah mereka dan mereka melihatnya.
GIO
Kamu pasti Karina. Aku Gio, teman satu ekskul Pram. Aku temannya Rosa, aku banyak dengar tentang kamu dari Rosa.
Karina menyalami Gio, mereka tersenyum. Rosa melanjutkan makannya. Gio memperhatikannya.
KARINA
Jadi udah sejauh mana hubungan kalian, sampai-sampai aku jadi bahan obrolan.
GIO
Iya, kami dekat. Tapi mungkin itu perasaan aku, gak tahu kalau Rosa gimana.
Karina mengangguk, sesaat melihat Rosa yang tidak terlalu peduli dengan Gio.
KARINA
Kamu pasti dapat jawaban dari Rosa, cepat atau lambat.
GIO
Iya, aku harap jawabannya cepat.
Mereka berdua tersenyum satu sama lain, sesaat mereka melihat Rosa yang melihat mereka berdua, tidak nyaman. Karina dan Gio saling melihat, kemudian mengangguk, seperti ada kesepakatan di antara mereka berdua.
KARINA
Kamu latih mereka juga?
GIO
Iya, aku sama Pram Purna. Jadi harus latih mereka.
KARINA
Purna?
ROSA
Purna itu sebutan anak-anak yang pernah jadi Paskibraka. Gio sama Pram itu Paskibraka. Bedanya Pram tingkat nasional, Gio cuma Purna tingkat kota. Kelihatan kan bedanya.
KARINA
Ouch...
GIO
Rosa benar, gak salah. Kamu bisa lihat bedanya.
Gio melihat Rosa yang makan dan ia memberikan Air Mineral kepadanya. Rosa melihatnya, Gio mengangguk, menyuruhnya ambil.
GIO
Udah pintar, Paskibraka, atletis, kurang apa coba.
KARINA
Dia kurang ekspresi, kayak gak bernyawa. Iya kan?
Gio dan Karina tertawa mendengarnya, kemudian mereka mengangguk, setuju.
KARINA
Sama dia kayak gak mau di ganggu sama orang. Gak heran kalau aku lihat ada tulisan di belakang punggungnya, awas orang galak.
GIO
Pecah berarti beli... tunggu, Pram itu orang bukan barang.
Mereka tertawa bersama, sesaat Rosa juga ikut tersenyum.
GIO
Kamu lucu, senang aku Rosa ada Teman kayak kamu.
(melihat ke lapangan)
Aku harus balik lagi, senang kenalan sama kamu. Kapan-kapan kita main di luar sekolah.
Karina mengangguk. Bersamaan dengan Gio yang mengelus Kepala Rosa, lembut.
GIO
Aku pergi dulu, nanti aku telepon, oke.
Rosa mengangguk pelan. Gio melambaikan tangan kepada mereka, Karina membalasnya.
ROSA
Aku sama dia cuma teman, gak lebih.
KARINA
Aku gak tanya dan kamu gak harus jelasin hubungan kamu.
Rosa tidak menjawab, ia meminum Air Mineral.
KARINA
Dia jujur orangya dan yang paling penting dia gak malu nunjukkin ke kamu.
ROSA
Iya, aku tahu.
Mereka saling melihat, tersenyum satu sama lain.
KARINA
Kamu jadi orang bodoh kalau sama Gio. Coba aja kamu kayak gitu sama aku.
ROSA
Kamu mau aku kayak gitu juga?
KARINA
Gak, ah. Nanti hubungan kita berat sebelah.
Mereka berdua tertawa mendengarnya.
ROSA
Tunggu jadi kamu bilang hubungan aku sama Gio berat sebelah?
KARINA
Memang kamu ada hubungan apa sama Gio? Bukannya cuma teman?
Rosa tidak bisa menjawab, Karina melihat Rosa, menyelidikinya. Kemudian mereka tersenyum.
KARINA
Dasar.
ROSA
Pram bantuin kamu, kita harus terimakasih sama dia. Bukan aku, tapi kamu, maksud aku.
KARINA
Iya, aku tahu.
ROSA
Kamu bisa ajak dia nonton atau makan.
KARINA
Itu Date, Rosa.
ROSA
Gak ada salahnya, nonton bukan berarti kalian Date kan. Itu ucapan terimakasih.
Karina tidak menjawab, masih melihat Pram.
ROSA
Bayangin, kalian nonton, terus kalian gak sengaja ambil makanan bersamaan, kalian bersentuhan.
(mengambil makanan)
Terus Pram suapin kamu, entah kenapa kamu mau.
KARINA
Terus kami saling lihat, tersenyum kecil, entah kenapa ada dorongan dari dalam.
(kepala Karina bergerak maju)
Kami mendekat... mendekat... sampai akhirnya...
Kepala Karina berada di depan Rosa yang diam, ia mengikuti permainan Karina.
KARINA
Gak ah... nafas kamu bau.
Rosa tidak percaya apa yang ia dengar, mereka tertawa keras dengan permainan mereka sendiri. Rosa memukul Karina, tidak terima.
Di Lapangan, Pram mendengar suara tawa mereka, keras. Ia melihatnya, sesaat ia melihat Karina yang masih tertawa keras dengan Rosa. Ia melihatnya, tersenyum tipis muncul.
7 EXT. DEPAN KANTOR POLISI — SORE
Sugeng keluar dari Kantor Polisi bersama Agung, mereka berjalan menuju parkiran.
AGUNG
Bapak tidak usah khawatir, akan saya pastikan Bapak tidak terlibat dalam hal ini.
SUGENG
Saya harap Bapak bisa bantu saya. Dia cukup tahu banyak tentang sekolah.
Agung mengangguk, mereka sampai di depan Mobil Sugeng.
SUGENG
Saya dengar Pram masih bisa ikut seleksi Paskibraka Nasional tahun ini.
AGUNG
Belum ada keputusan. Bagaimana dia di sekolah, Pak?
SUGENG
Pram, anak Bapak murid teladan di sekolah. Saya yakin dia bisa jadi Kapolres seperti Bapak, atau mungkin Jenderal berbintang.
Agung tersenyum, terhibur.
AGUNG
Sama seperti Tama, Anak Bapak bisa lebih dari Orang Tua mereka.
Sugeng mengangguk, Mereka bersalaman, Sugeng masuk ke dalam Mobil dan pergi dari situ. Bersamaan dengan Agung berjalan menuju Mobilnya.
8 EXT. TERAS RUMAH - RUMAH PRAM — SORE
Pram berhenti di depan Rumah dengan Motornya, terlihat ada Mobil yang teparkir di sana. Bersamaan dengan Dedi yang melihat Pram, ia mengeluarkan Motor dari Rumah Pram.
DEDI
Baru pulang, Pram?
Pram mengangguk.
DEDI
Bapak baru pulang barusan.
PRAM
Om Sugeng ketemu Bapak?
Sesaat Dedi melihat Pram, kemudian ia mengangguk. Pram hanya diam.
Pram mendorong masuk Motornya, sesaat Dedi melihat Pram.
DEDI
Pram... kamu mau ikut Oom ke Warkop? Sore enaknya ngopi.
Pram sesaat melihat Dedi.
9 INT. WARUNG KOPI — SORE
Satu Gelas Kopi dan Satu Gelas Susu Coklat di atas meja, di sampingnya Piring berisi Gorengan dan Mangkok Mi Instan dan Bubur Kacang Hijau.
Dedi dan Pram yang terlihat kekenyangan, Dedi mengambil Kopi dan meminumnya.
PRAM
Om gak bisa masak Mi sendiri, sampai harus makan di Warkop?
DEDI
Kamu tahu, Mi Rebus di warkop itu lebih enak daripada kita masak sendiri.
Pram tidak menjawab, ia masih memakan Bubur Kacang Hijaunya.
DEDI
Gimana enak kan Bubur Kacang Hijaunya?
Pram hanya mengangguk, sekenanya. Ia melanjutkan makan.
DEDI
Abang warkop aja bisa bikin pelanggannya bahagia, gimana pasangannya coba, eaaaa.
Pram melihat Dedi, datar, kemudian menggelengkan kepala.
PRAM
Dasar Tua. Ini udah tahun berapa, masih aja receh.
Dedi menyadarinya, sesaat ia tidak terima apa yang di katakan Pram.
DEDI
Gimana sekolah kamu?
PRAM
Ya, gitu Om. Baik.
DEDI
Nikmatin masa sekolah kamu, nanti kamu kangen masa-masa itu. Itu hanya sekali seumur hidup.
PRAM
Om kasih aku nasehat?, Kedengarannya gak cocok.
DEDI
Iya, Om tahu. Tapi serius, itu benar.
Pram meminum Susu Coklatnya dan memakan gorengan di piring. Ia sudah selesai makan Bubur Kacang Hijaunnya.
PRAM
Om Sugeng minta Bapak hilangin keterlibatannnya di kasus Pak Irfan?
DEDI
Iya. Kamu tahu sendiri gimana akhirnya.
Ada jeda di antara mereka.
DEDI
Tapi setidaknya mereka tahu ada masalah di Sekolah.
PRAM
Aku juga gak yakin Dinas Pendidikan berani sentuh Om Sugeng.
DEDI
Setidaknya Irfan di tangkap, itu yang penting. Usaha kalian gak sia-sia.
Sesaat Dedi melihat Pram.
DEDI
Om ngerti kenapa kamu gak suka sama Bapak. Tapi gimanapun dia Orang Tua kamu.
PRAM
Iya, Bapak orang tua aku. Tapi apa yang dia lakuin itu salah.
DEDI
Iya, Om tahu. Kamu juga bicariin tentang Tio, kan?, Om dengar Pelakunya sudah di vonis.
PRAM
Mereka tangkap orang yang salah.
DEDI
Semua bukti mengarah ke Orang yang di tangkap itu, Pram. Kamu gak bisa bicara gitu. Kedua, kamu gak punya bukti apa-apa.
Ada jeda di antara mereka.
DEDI
Kalau ada perkembangan, Om kasih tahu.
Pram tidak menjawab.
DEDI
Tapi Om penasaran. Kenapa kamu ikut campur masalah Sekolah. Apa ini ada hubungannya dengan Karina? Om dengar semuanya, tentang kamu yang bantuin dia. Om juga tahu siapa dia.
Pram tidak menjawab.
DEDI
Apa ini cara kamu buat bantuin dia, karena kamu gak bisa bantuin Tio?
Pram tidak menjawab.
DEDI
Kenapa kamu dingin banget, Pram.
PRAM
Kenapa Om berisik banget.
Dedi menyadarinya, sesaat ia menghela nafas. Ia mengepalkan tangannya, seperti ingin memukul Pram.
10 INT. RUANG TENGAH - RUMAH PRAM — SORE
Pram berjalan masuk ke Dalam Rumah, ia melihat Agung duduk di Kursi Meja Makan, bersama PEREMPUAN, DESI KUSUMA, 40-an, mereka melihat Pram. Pram menyalami mereka berdua.
DESI
Kamu udah makan Pram?
PRAM
Udah, tadi di traktir Om Dedi.
Pram berjalan menuju Kamar --
AGUNG
Kamu masih bisa jadi Purna Nasional, kamu harus ikut. Kalau masuk, kamu jadi gampang masuk Akpol, ada prestasi tambahan. Ini demi kebaikan kamu.
PRAM
Ini demi kebaikan Pram atau kebaikan Bapak?
Pram berjalan masuk ke dalam Kamarnya.
AGUNG
Semuanya demi kebaikan dia. Dia harusnya percaya Orang Tuanya. Kita tahu yang baik buat dia.
DESI
Bukannya kita harus percaya anak kita sendiri?
AGUNG
Kalau Anak terlalu bebas, anak jadi masalah nantinya. Jangan terlalu percaya dengan mereka.
Desi tidak menjawab, ia hanya diam.
11 INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM — SORE
Pram meletakan Tasnya di atas Meja Belajar, melepas Seragamnya, tak lama kemudian, terdengar Pintu Kamar yang di ketok. Pram membukanya --
PEREMPUAN, PRATIWI KUSUMA, 16, Adik Pram, berdiri di balik Pintu. Ia memegang sebuah Buku dan memberikannya kepada Pram.
TIWI
Tumben berani jawab Bapak, biasanya Kakak cuma bilang iya.
Pram mengambil Buku itu dan melihat Tiwi, sesaat.
PRAM
Kakak belajar dari kamu.
TIWI
Untung aku bukan laki-laki, kalau gak aku juga di suruh Bapak nerusin jadi Keluarga Bhayangkara.
PRAM
Tapi kamu di suruh jadi Bhayangkari.
Terlihat ekspresi Tiwi yang menggerutu dan berjalan pergi. Sesaat Pram melihatnya, tersenyum tipis.
Pram meletakan Bukunya di atas Meja. Ia melanjutkan melepaskan Seragamnya dan mengambil Handuk dan berjalan keluar.
12 INT. RUANG TENGAH - RUMAH TAMA — MALAM
LAKI-LAKI, PRATAMA CAHYONO, 17, dan Keluarganya sedang makan bersama, Sugeng duduk di Tengah Meja dan PEREMPUAN, YULI CAHYONO, 40-an, Ibu Tama. Mereka makan dalam diam.
YULI
Tika bilang, besok di mau ke rumah, bawa Wisnu.
SUGENG
Gimana kabar Suaminya, masih di kerjaan yang lama?
YULI
Iya, masih...
SUGENG
Udah berapa kali di kasih tahu, Yuli gak usah nikah sama dia, masih aja. Lihat sekarang hidup mereka susah. Coba aja dia bertahan sama Lukman, senang hidupnya sekarang.
TAMA
Terus Kak Tika di pukul sampai berdarah, badannya memar. Itu yang Ayah mau?
Ada jeda di antara mereka.
SUGENG
Kekerasan dalam rumah tangga itu biasa, mungkin Tika yang salah. Wajar Lukman pukul Istrinya.
TAMA
Kekerasan dalam rumah tangga itu gak wajar, dalam hal apapun. Harusnya Ayah tahu itu lebih dari siapapun.
YULI
Tama...
TAMA
Wajar karena Ayah lakuin hal yang sama ke Ibu? Sama yang Ayah lakuin ke Okta, Karina, biarin kekerasan dan pelecehan di depam mata Ayah?
SUGENG
Diam kamu Tama, tahu apa kamu?
Tama berdiri, ia melihat Sugeng dengan dingin.
TAMA
Tama tahu lebih dari cukup, karena Ayah maksa Kak Tika nikah sama Lukman makanya dia jadi korban KDRT. Karena Ayah gila hormat dan jabatan, makanya Ayah sanggup jual Anak Ayah sendiri.
SUGENG
Cukup, Tama.
TAMA
Tama belum selesai, masih banyak yang Tama harus bilang ke Ayah. Ayah lihat nanti.
Tama berjalan ke Dapur, membawa Piring. Sugeng dan Yuli hanya diam, makan malam mereka tertunda.
SUGENG
Kurang ajar. Masih tinggal sama Orang Tuanya udah sombong. Dasar Anak Kurang Ajar.
Yuli hanya diam, sesaat ia melihat ke arah kamar Tama, datar.