Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang Kemerdekaan
Suka
Favorit
Bagikan
5. Scene 53-59

53.       DEPAN GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji, Sigit, Widi, Nadia, Hasta, Narto

 

Semua cast keluar dari goa, hujan telah berhenti dan matahari mulai terbenam. Sebuah pelangi muncul di antara pepohonan di seberang mereka.

 

HASTA

Itu pelanginya!

 

HANNA

Te, terus dimana lubang waktunya? Di ujungnya?

 

HASTA

NAH! Ayo ke ujung pelangi! (berlari lebih dulu di depan)

 

HANNA

(bergumam dengan suara kecil) Jangan bilang dia cuma nebak selama ini..

 

Kemudian Hanna, Nadia, Sigit, Widi, Shinji, dan Narto berlari mengikuti Hasta di belakang dengan bambu runcing di tangan mereka.

 

CUT TO

 

54.       DI ANTARA PEPOHONAN TEPI PENTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji, Sigit, Widi, Nadia, Hasta, Narto, Asep, extras tentara Belanda

 

Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Shinji, dan Najrto berlari sampai menemukan ujung pelangi di antara pepohonan. Hasta yang berlari di depan lebih dahulu, menghentikan langkahnya dan menengok ke arah teman-temannya di belakang dengan wajah yang sangat sumringah.

 

HASTA

Beneran ada!!! (sambil menunjuk lubang waktu tepat di ujung pelangi)

 

NADIA

Wah, beneran! Jenius lo, Hasta! (sambil tertawa mengacak-acak rambut Hasta)

 

Begitu juga dengan Hanna, Sigit, Widi, Shinji, dan Narto yang tidak menduga akan benar-benar melihat lubang waktu yang cukup besar setinggi hampir 2 meter.

 

Namun, kemudian terdengar langkah kaki yang mendekati dari samping mereka. Itu adalah langkah kaki Asep yang seorang diri dengan senapan di tangannya mengarahkan kepada mereka. Hanna dkk terpaku melihat Asep. Namun, Narto yang berada paling dekat dengan Asep segera menyadari kesalahan memegang senapan yang dilakukan oleh Asep. Ia melepaskan bambu runcing yang ia pegang sejak tadi dan malah berjalan mendekati Asep.

 

SHINJI

Narto!!

 

NARTO

Tidak usah khawatir. (balasnya kepada Shinji sambil terus mendekati Asep)

 

ASEP

Hey! Jangan mendekat! Kamu tidak lihat saya pegang apa? (mulai panik dan melangkah mundur perlahan)

 

NARTO

(tersenyum) Saya tau.. Karena saya.. adalah murid pelatihan Barisan Pemuda! (dengan sigap dan mudah ia menjatuhkan senapan Asep dan menyerangnya dengan jurus-jurus silat yang pernah diajari oleh Nadia)

 

NADIA

Huuu!! Iya! Terus, Narto! Hajar! (mendukung Narto dengan suara paling keras)

 

Demikian juga dengan Hanna dkk yang bersorak mendukung Narto. Kemudian, Narto mengunci leher Asep dengan tangan kanannya.

 

ASEP

(berteriak kesakitan) Aarhhh! Sakit! Sakit! Apa yang kamu lakukan? Kenapa saya tidak bisa bergerak?

 

NARTO

(tersenyum) Tidak akan saya beritau.. kecuali kamu bergabung dengan Barisan Pemuda dan menjadi teman saya.

 

ASEP

(masih kesakitan) Arrgg!!

 

NARTO

(memberi isyarat kepada Hanna dkk untuk pergi)

 

HASTA

(meletakkan bambu runcing yang ia bawa, kemudian menarik tangan Sigit dan Widi. Ia menyatukan tangan mereka berdua untuk bergandengan dan mendorong mereka berdua beserta dirinya ke dalam lubang waktu) Ayoo kita pulaanggg!!!!

 

SIGIT, WIDI

Uwaaaaaa!!!!!!

 

Dalam sekejab, Hasta, Sigit, dan Widi menghilang dalam pusaran lubang waktu tersebut. Namun, lubang tersebut mulai mengecil.

 

NADIA

(meletakkan bambu runcingnya dan mengajak Hanna) Ayo!

 

HANNA

(terdiam sejenak, kemudian ikut meletakkan bambu runcingnya. Ia berjalan mendekati Shinji sambil melepaskan gelang anyaman berwarna merah yang selalu ia pakai di tangan kirinya, lalu memakaikannya di tangan kiri Shinji) Saya percaya kamu akan menjadi orang penting. Walaupun jaman kita berbeda, kita akan saling terhubung.

 

SHINJI

(tersenyum memandangi gelang anyaman berwarna merah yang diberikan Hanna)

 

HANNA

(ikut tersenyum melihat wajah tersenyum Shinji yang pertama kali ia lihat)

 

Tiba-tiba terdengar suara tembakan yang meleset. Semua terkejut mendengarnya. Di pipi kanan Shinji terlihat luka goresan yang sedikit mengeluarkan darah akibat peluru yang meleset. Hanna membelalakkan kedua matanya. Sementara Shinji segera berbalik membelakangi Hanna dan memposisikan kuda-kuda ke arah beberapa pasukan sekutu tersisa yang ternyata masih mengejar mereka.

 

SHINJI

Cepat pergi! Kembali ke kehidupan kalian! (menyuruh Hanna dan Nadia segera pergi)

 

HANNA

Tapi..

 

SHINJI

Cepat!!

 

Lubang waktu yang berada di ujung pelangi semakin kecil. Nadia yang menyadari hal itu, segera menarik lengan Hanna.

 

NADIA

Hanna, cepat! (menarik Hanna yang masih saja tidak bergeming ke arah lubang waktu)

 

SHINJI

(mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi memperlihatkan gelang anyaman berwarna merah yang diberikan Hanna) Saya akan bergabung dengan militer dan berjuang sebagai orang Jepang bersama Indonesia! Untuk mewujudkan kehidupan Indonesia yang merdeka tanpa perang dan penderitaan, saya tidak menyesal kehilangan nyawa saya! (sambil tersenyum dengan lebar)

 

HANNA

(terdiam menatap Shinji, sambil ditarik-tarik oleh Nadia)

 

NARTO

(tersenyum melihat Shinji) Jangan lupa, saya yang ada di barisan paling depan! (berseru kepada Shinji)

 

SHINJI

(tersenyum tanpa melepas kuda-kudanya)

 

ASEP

(menyaksikan dan mendengar percakapan mereka dengan posisi masih dikunci oleh Narto, kemudian menghembuskan napasnya panjang) Saya iri..

 

NARTO

Hmm? (menatap Asep)

 

Akhirnya pasukan tentara sekutu yang tersisa sampai di hadapan mereka dan berhenti. Salah satu di antara mereka maju ke depan dan melihat kondisi Asep yang sudah tidak berdaya dikunci oleh Narto.

 

PEMIMPIN PASUKAN SEKUTU

Play time’s over. /Waktu bermain sudah selesai/ (mengarahkan pistolnya kepada Asep) After all, you are indeed Indonesian. From the start, you were hesitant to hand them over to our superiors. You can’t kill them either. You’re just buying time and fooling around. We don’t need you anymore. /Ternyata, kamu masih berjiwa Indonesia. Dari awal, kamu ragu-ragu untuk menyerahkan mereka kepada atasan kita. Kamu juga tidak bisa membunuh mereka. Kamu hanya mengulur waktu dan bermain-main. Kami tidak membutuhkanmu lagi./ (tanpa ragu menembakkan pelurunya ke arah Asep)

 

Dengan cepat, Narto melepaskan kuncinya dan segera menggulingkan badannya bersama Asep menghindari peluru.

 

ASEP

Kenapa kamu menyelamatkan saya? (menatap Narto dengan kesal)

 

NARTO

(hanya terdiam menatapnya, kemudian tersenyum)

 

ASEP

(menghembuskan napas panjang) Hhhh.. saya lelah hidup seperti ini.. (memungut bambu runcing di dekatnya yang ditinggalkan Hanna dkk kemudian mengarahkannya ke arah pasukan sekutu) Saya adalah darah Indonesia. Any problem?

 

Kini, Narto, Asep, dan Shinji bersiap dengan kuda-kuda mereka dengan bambu runcing dan senapan.

 

NARTO, ASEP, SHINJI

SAMPAII MATII!! (berteriak bersamaan sambil menyerang sekutu)

 

Dalam sekejab, tempat tersebut berubah menjadi medan pertempuran yang sengit.

 

HANNA

Apapun yang terjadi, kalian harus selamat!!!

 

NARTO

Tenang saja! Kami tidak lemah!

 

Lubang waktu kembali mengecil.

 

NADIA

Ayo, Hanna! (menarik tangan Hanna)

 

Kali ini, Nadia dan Hanna benar-benar melompat ke lubang waktu dan mengilang. Sementara Narto, Asep, dan Shinjii masih berperang melawan pasukan sekutu yang tersisa dengan segenap kekuatan mereka.

 

CUT TO

 

55.       HALAMAN BELAKANG MUSEUM – MALAM HARI

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Mama Hanna, Papa Hanna, Ibu Guru, extras orangtua murid lainnya

 

Sesaat sebelum lubang waktu benar-benar menghilang, Hanna dan Nadia muncul dan jatuh dari atas. Mereka jatuh di antara rerumputan yang agak empuk, bergabung bersama Hasta, Sigit, dan Widi yang masih terbaring di sana melihat ke atas.

 

HASTA

Akhirnya kita pulang..

 

SIGIT

Study tour yang luar biasa..

 

Mereka berlima masih dengan posisi berbaring di atas rerumputan memandangi langit malam penuh bintang.

 

Tidak lama kemudian, ada salah satu orangtua murid yang menemukan mereka.

 

PAPA HASTA

Hey!! Mereka di sini!! (berteriak memberitahukan orangtua murid lainnya)

 

Dalam hitungan detik, para orangtua murid memanggil dan mengerubungi anak-anak mereka. Sementara Ibu Guru hanya memandangi mereka sambil menangis terharu.

 

PAPA, MAMA HANNA

(berlari menghampiri dan memeluk Hanna)

 

MAMA HANNA

Ya ampun.. dari mana aja kamu, nak..? Mama khawatir banget 3 hari nggak pulang-pulang, nggak ada kabar.. (menangis)

 

PAP HANNA

Maafin Papa, Hanna, kalo selama ini papa sibuk nggak perhatiin kamu. (menangis)

 

MAMA HANNA

Happy birthday, my sweety..

 

PAPA HANNA

Kamu mau hadiah ulang tahun apa? Bilang aja. Papa bakal kasih apapun permintaan kamu.

 

HANNA

(tersenyum) Apa aja?

 

PAPA HANNA

Iya, apa aja.

 

HANNA

(melepaskan pelukan mama dan papanya, kemudian menatap mereka sambil tersenyum) Hanna mau papa sama mama rujuk lagi.

 

MAMA, PAPA HANNA

(saling menatap dalam diam)

 

Nadia tersenyum melihat Hanna. Namun, tiba-tiba dari belakang, Papa Nadia mengunci lehernya dengan teknik silat.

 

NADIA

Aduuhduuhh!! Nyerah, nyerah! (seru Nadia namun sambil tertawa)

 

PAPA NADIA

Padepokan sepi nggak ada kamu. Nggak ada yang sebanding lawan papa. (tersenyum)

 

CUT TO

 

PAPA HASTA

Hah? Masa lalu? Kamu kebanyakan main game ini.. (menempatkan telapak tangannya di kening Hasta untuk memeriksa suhu tubuhnya)

 

HASTA

Ih, apaan, sih.. (melepaskan tangan papa dari keningnya)

 

CUT TO

 

MAMA WIDI

(memeluk Widi) Kamu pasti laper, kan? Mau makan apa? Biar mama masakan malem ini.

 

WIDI

Hmm.. Nasi jagung dan singkong bakar!

 

MAMA WIDI

Hah? (tertawa)

 

WIDI

(ikut tertawa)

 

CUT TO

 

MAMA SIGIT

(menjewer telinga Sigit)

 

SIGIT

(sambil meringis kesakitan) Aduuhh… Iya, iya, maafin, Sigit.. janji nggak bikin masalah lagi!

 

MAMA SIGIT

(melepaskan jewerannya dan tersenyum, kemudian memeluk Sigit) Maafin mama juga, ya..

 

CUT TO

 

HANNA

Ngomong-ngomong kenapa semuanya bisa ada di sini?

 

IBU GURU

Kami semua khawatir tiba-tiba kalian hilang waktu study tour, nggak bisa dihubungin. Sudah lapor polisi juga nggak ada yang tau kalian dimana. Jadi kami inisiatif kumpul di sini setiap hari untuk cari petunjuk.

 

HANNA

(tersenyum) Maaf, kita selalu ngerepotin, ya, Bu.

 

IBU GURU

(ikut tersenyum) Asal kalian selamat..

 

MAMA HANNA

(mengacak-acak rambut Hanna sambil tersenyum)

 

CUT TO

 

56.       RUANG UTAMA MUSEUM – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, extras pengunjung

 

Hanna, Nadia, Sigit, dan Widi sedang memandangi dan mempelajari benda-benda peninggalan tentara Indonesia saat perang kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah milik perwira prajurit bernama Sunarto dan Asep.

 

HASTA

Eh, guys, di sebelah sana gue ketemu benda-benda peninggalan tentara Jepang!

 

NADIA

Wah, mana?

 

Nadia lebih dulu berlari ke lokasi yang ditunjukkan oleh Hasta. Sementara Hanna hanya berdiri mematung. Kemudian Widi dan Sigit menghampiri dan mengajaknya.

 

WIDI

Ayo! (merangkul Hanna sambil tersenyum)

 

CUT TO

 

57.       RUANG KHUSUS PENINGGALAN TENTARA JEPANG DALAM MUSEUM – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi

 

Hanna berjalan bersama Widi dan Sigit menuju ke lokasi yang ditunjukkan oleh Hasta.

 

HANNA

Gue masih nggak percaya kita ketemu orang-orang dari puluhan tahun yang lalu.. (sambil bercanda)

 

NADIA

Gue sih percaya, ini buktinya. (jari telunjuknya menunjuk sesuatu di dalam kotak kaca di depannya)

 

Kemudian Hanna berlari kecil menuju kotak kaca yang ditunjukkan Nadia. Ia melihat sebuah katana yang dipajang di sana.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

Katana yang jarang digunakan, namun terus dibawa oleh Shinji di pinggangnya.

 

END OF FLASHBACK

CUT TO

 

Hanna juga melihat sebuah gelang anyaman berwarna merah yang disematkan di pegangan katana tersebut.

 

NADIA

(mebaca penjelasan tulisan di dalam kotak kaca) Penghargaan khusus kepada Tatsuo Shinji, Ketua PGI (Pasukan Gerilya Khusus) yang memimpin 28 tentara Jepang dan gugur saat Agresi Militer Belanda 2 di Malang.

 

HANNA

(terus memandangi katana dan gelang anyaman berwarna merah tersebut sambil tersenyum)

 

SIGIT

Jiwa prajurit yang mengorbankan hidupnya dalam perang akan naik ke langit menjadi bintang yang menyinari kita.

 

HANNA

Bintang kemerdekaan. (tersenyum melihat ke atas langit)

 

CUT TO

 

58.       BALKON RUMAH HANNA – MALAM

Cast : Hanna

 

 

Hanna memandangi langit malam yang berbintang dari balkon kamarnya sambil tersenyum. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya

 

(VO) MAMA HANNA

(mengetuk pintu) Hanna! Makan malam dulu, yuk!

 

HANNA

Iyaaa! (sambil berjalan ke pintu kamarnya

 

CUT TO

 

59.       RUANG MAKAN – MALAM

Cast : Hanna, Mama Hanna

 

 

Hanna berjalan menuju meja makan. Sementara Mama Hanna menyiapkan nasi serta lauk untuk Hanna di piring.

 

MAMA HANNA

Bulan depan papamu balik ke Jakarta, kontrak kerjanya di Amerika selesai. (tanpa ekspresi)

 

HANNA

Serius? (melihat wajah mamanya yang seperti biasa, datar tanpa ekspresi) Mama nggak seneng?

 

MAMA HANNA

Biasa aja. (masih dengan ekspresi datar tanpa melihat Hanna)

 

Setelah selesai menyiapkan makanan, Mama Hanna kemudian duduk di kursinya. Ia menundukkan wajahnya sedikit untuk menyembunyikan senyumnya kemudian meneguk air putih di gelas. Hanna pun tersenyum memperhatikan tingkah Mamanya, kemudian meneguk air putih.

 

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar