Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
32. EXT. HALAMAN BELAKANG DI BENTENG – SIANG
Cast : Hanna, Shinji
Hanna berdiri menyandar pada dinding menunggu seseorang. Shinji kebetulan lewat di depannya dan saat itu juga Hanna langsung menghadang langkah Shinji dengan berdiri di depannya. Hanna menatap Shinji dengan tatapan serius.
CUT TO
33. EXT. AREA TERBUKA DI BENTENG – SIANG
Cast : Hanna, Shinji, Nadia
Hanna dan Shinji saling melawan satu sama lain dengan bambu runcing. Tetapi, karena lawannya adalah perempuan, Shinji tampak tidak sungguh-sungguh mengeluarkan kekuatannya, sehingga berkali-kali terdesak oleh pukulan-pukulan bambu Hanna yang secara terus menerus menghujani badannya. Yang ia lakukan hanya bertahan, bukan menyerang. Akhirnya Shinji terjatuh ke belakang. Nadia kebetulan lewat di sekitar sana dan menghampiri mereka.
HANNA
Jangan remehkan saya karena perempuan. Bangun!
SHINJI
(hanya menatap Hanna sambil menggaruk-garuk kepalanya)
NADIA
Kalian lagi apa?
HANNA
(mengarahkan bambunya ke arah Nadia)
NADIA
(menghentikan langkahnya) Uwah! Bahaya Hanna (sambil memberikan kode mata kepada Hanna untuk menyingkirkan bambu tersebut dari hadapannya)
HANNA
Lo juga latihan, Nad.
NADIA
Ha? Latihan supaya apa? (menyilangkan tangannya sambil menatap Hanna)
HANNA
Supaya kita bisa bertahan hidup di sini.
NADIA
Buat apa? Kita ‘kan nggak hidup di jaman ini. Lo nggak mau pulang? (ekspresi mulai serius)
HANNA
(terdiam sejenak) Suster Kirana aja udah 15 taun tinggal di sini..
NADIA
Itu ‘kan karena dia cuma sendiri dan nggak tau caranya pulang
HANNA
Kita juga nggak tau caranya pulang. Sigit dan Widi juga kepisah, nggak tau apa mereka sekarang masih hidup atau nggak.
NADIA
Lo itu kenapa, sih? Kok jadi pesimis gini? (mengambil bambu runcing milik Shinji dan mengarahkannya kepada Hanna) Kenapa? Lo nggak kangen sekolah, temen-temen, keluarga kita?
HANNA
(menunduk terdiam melihat di tangan kirinya)
NADIA
(ikut memerhatikan tangan Hanna dan menyadari bahwa gelang anyaman yang biasa ia pakai tidak ada) (Nadia membenturkan ujung bambu bagian bawahnya ke bambu Hanna) Apa lo sengaja mau tinggal di sini karena nggak mau ketemu papa dan mama lo yang udah ngecewain lo? Lo juga mau ngelupain kakak yang udah pergi ninggalin lo?
HANNA
(menatap Nadia dengan tajam) Lo nggak ngerti apa yang gue rasain, Nad. (balas membenturkan bamboo bagian bawahnya ke bamboo Nadia)
NADIA
(membalas membenturkan bambunya lagi) Iya, gue emang nggak ngerti perasaan orang cuma bisa nyalahin keadaan atas semua yang terjadi dan menanggap dirinya sebagai orang paling tersiksa di dunia. Kakak lo di surga nggak akan seneng ngeliat lo kayak gini.
HANNA
Gue benci sama lo! (menyerang Nadia dengan bambunya)
NADIA
Gue juga benci sama lo! (ikut menyerang Nadia dengan bambunya)
Shinji menunjukkan wajah panik melihat dua perempuan di hadapannya bertengkar dengan benda yang berbahaya. Ia bangkit dari jatuhnya dan bermaksud melerai mereka namun terlambat, kedua bambu mereka beradu menimbulkan suara yang nyaring. Karena kalah kuat dari Nadia, bambu yang dipegang Hanna pun terjatuh.
NADIA
Buka mata lo. Jangan lari dari masalah. (kemudian berjalan pergi)
Hanna hanya tertunduk melihat tangan kirinya, berusaha menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Shinji kemudian menatap Hanna dengan dalam.
CUT TO
34. EXT. HALAMAN BENTENG – SORE MENJELANG MALAM
ESTABLISH. Hujan mulai berhenti. Shot pepohonan dan rumput yang yang basah setelah hujan. Sebuah pelangi muncul di langit.
CUT TO
35. INT. RUANG PERUNDINGAN DI BENTENG – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Komandan Tentara Jepang, extras Tentara Jepang, Widi, Sigit
Semua cast duduk berkumpul di meja perundingan.
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Apa kalian mengerti? Jadi akan ada pasukan yang menyerang lebih dulu kepada sekutu dan sengaja mengalah. Lalu, biasanya malam itu mereka akan membuat pesta untuk merayakan kemenangan. Saat mereka dalam keadaan mabuk dan tanpa persiapan, BOOM! (dengan nada mengagetkan) Kita akan menyerang mereka.
NADIA, HASTA
(terkejut dengan lelucon komandan tersebut)
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Bagaimana? Apa menurut kalian akan berhasil? Di masa depan kalian pasti pernah mendengar tentang penyerangan palsu ini.
HASTA
Kita dianggep paranormal, bisa ngeramal masa depan.. (berbisik ke Nadia)
NADIA
(mengangguk setuju dengan Hasta)
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Bagaimana?
NADIA
Hmm.. Sebenernya kita juga..
Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari smartphone Nadia. Nadia segera mengambil smartphone-nya dari tas. Seketika, semua mata tertuju pada Nadia.
HASTA
Ha? Kok bisa? (Ia pun segera mengambil IPad-nya)
NADIA
(mengangkat telepon) Halo?
WIDI
Halo, Nadia.
NADIA
Widi? Ya ampun.. Kita khawatir banget.. Kalian dimana? Lo sama Sigit, ‘kan?
WIDI
Iya, gue sama Sigit. Kita lagi di goa deket pantai sama orang-orang bule yang nyerang kita kemarin, nih. Tenang aja, kita dikasih makan enak, kok. Ya, ‘kan, beb?
SIGIT
Iya, tenang aja. (sambil mengunyah nasi jagung di selehai daun besar)
WIDI
Barusan HP gue tiba-tiba dapet sinyal. Masuk semua notif sosmed, jadi gue langsung telepon Hanna, tapi nggak aktif. Terus gue telepon lo. Kalian gimana? Aman, ‘kan?
NADIA
Hmm.. iya, kita semua aman, kok. Kita lagi di benteng militer Jepang.
WIDI
Oh.. Bagus deh kalo kalian selamat. Tapi, kita nggak boleh keluar dari goa, nih. Ada yang jagain di luar.
NADIA
Oh, gitu.. Yaudah kalian tenang dulu di sana. Nanti kita cari cara supaya bisa jemput kalian dan pulang ke jaman kita.
Tiba-tiba sinyal mereka kembali melemah dan suara Nadia menjadi putus-putus.
WIDI
Halo?
NADIA
Halo?
Sinyal benar-benar hilang dan sambungan telepon mereka terputus.
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Apa mereka beritau tempat mereka? Kalian tau tempat persembunyian sekutu? (tanya komandan mendesak Nadia)
NADIA
(mengangguk perlahan)
Shinji memperhatikan Tentara Komandannya yang terus mendesak Nadia.
CUT TO
36. INT. DALAM GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Widi, Sigit, Asep, extras tentara Belanda
Widi dan Sigit duduk di sebuah batang pohon di dalam goa dan dikelilingi pagar kayu layaknya tahanan.
WIDI
Yah.. ilang lagi sinyalnya..
SIGIT
Hah?
ASEP
Ada apa? (jalan menghampiri dari luar pagar kayu)
WIDI
Ehm.. nggak pa-pa.
ASEP
(melihat smartphone Widi yang baru saja digunakan) Katanya benda itu bisa untuk komunikasi, ya?
SIGIT
(langsung berdiri dan dengan semangat mempromosikan smartphone-nya) Iya! Kita juga bisa mencari tahu segala sesuatu lewat internet. Tapi.. kalo ada sinyal, sih..
ASEP
Wah, keren, ya.. (melihat smartphone Widi dengan takjub) Maaf, ya, mengurung kalian di sini. Di luar sangat berbahaya. Jadi, kalian di sini dulu, ya.. (sambil tersenyum)
SIGIT
Oh, iya nggak pa-pa (berdiri sambil cengengesan)
WIDI
(menyikut perut Sigit dan berbisik) Kok, malah ikut basa-basi..
SIGIT
(ikut berbisik dengan suara pelan) Kenapa, sih? Kita, ‘kan aman di sini. Dikasih makan. Dia orang Indonesia.
WIDI
Justru karena dia orang Indonesia dan kita diperlakukan baik gini, firasat gue nggak enak. Kenapa dia bisa merintah tentara Belanda yang ada di sini?
ASEP
(masih terus tersenyum ramah kepada Widi dan Sigit)
CUT TO
37. INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – MALAM
Cast : Shinji, Tentara Komandan Jepang
Shinji dan Komandan Tentara Jepang duduk berhadapan dengan wajah serius.
SHINJI
Nihon ni kaerimasu?/Kembali ke Jepang?
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Shigoto owatta deshou?/pekerjaanmu sudah selesai, ‘kan?
SHINJI
(terdiam sambil menunduk ke bawah)
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Nande? Mada Indoneshia ni itaindesu ka?/Kenapa? Masih ingin berada di Indonesia?/ (mendekatkan badannya ke arah Shinji) Ano ko.. ki ni nattemasuka?/Kamu tertarik sama anak itu, ya?
SHINJI
Eh? (menatap komandan)
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Ikkai mita mo sugu ni wakattemasu. Sono me, ano ko kara hanarenai./Sekali lihat juga langsung tahu. Matamu tidak lepas darinya.
DISSOLVE TO FLASHBACK
38. INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Komandan Tentara Jepang, extras tentara Jepang
Saat Hanna menahan tangisnya setelah mendapat telepon dari papanya, Shinji menatap Hanna dengan dalam.
HANNA
Hanna nggak tau bisa pulang atau nggak.. (sambil menahan tangis)
Komandan Tentara Jepang diam-diam memperhatikan Shinji dan Hanna.
DISSOLVE TO
39. EXT. AREA TERBUKA DI BENTENG – PAGI
Cast : Hanna, Nadia, Shinji, Komandan Tentara Jepang
Komandan Tentara Jepang memperhatikan Shinji yang dengan mudah dapat dikalahkan oleh Hanna saat duel bambu runcing. Padahal Hanna tidaklah sekuat itu.
HANNA, NADIA
Gue benci sama lo!
Dalam sekejab, bambunya terlepas dari tangannya saat bertengkar dengan Nadia karena kalah kuat. Saat Nadia meninggalkan Hanna yang terdiam, Shinji menatapnya dengan simpati lebih dalam. Komandan Tentara Jepang melihat semua itu dari tempat yang tidak terlihat oleh mereka.
END OF FLASHBACK
BCK TO
40. INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – MALAM
Cast : Shinji, Tentara Komandan Jepang
SHINJI
Kanojo no kankei wa arimasen. (Tidak ada kaitan dengannya)
KOMANDAN TENTARA JEPANG
Ano ko to issho ni ga dekimasu… hitotsu no jooken de. Karera no jidai ni modorasenaide. Kirana ni mo onegaishimashita. Supai to shite, karera wa yakudatsumono. (Kamu bisa terus bersamanya dengan satu syarat. Jangan biarkan mereka kembali ke jaman mereka. Saya juga sudah minta tolong kepada Kirana. Mereka berharga untuk kita sebagai mata-mata.)
SHINJI
(terus menatap Komandan dengan serius)
CUT TO
41. INT. KAMAR DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Hasta
Hujan kecil rintik-rintik membasahi pepohonan di sekitar benteng. Hasta termenung di kamarnya sendirian menghadap jendela, memandangi hujan. Ia menghembuskan napas panjang. Kehidupan tanpa game sangat membosankan baginya.
Tidak lama kemudian, saat ia memandangi hujan, ia tersadar akan sesuatu. Kedua tangannya memberikan kode seperti main game tebak-tebakkan. Pertama, ia mengkodekan hujan. Kedua, ia mengkodekan pelangi. Ketiga, ia mengangkat IPad-nya. Ia menjentikkan jari tengah dan jempolnya sambil tersenyum lebar.
HASTA
Guuyysss!!! (sambil berlari keluar kamar)
CUT TO
42. INT. KAMAR DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Nadia, Hasta, Shinji, Narto
Semua cast berkumpul dan duduk di kamar Hasta.
NADIA
Beneran lo tau caranya pulang?
SHINJI
(menatap Hasta)
HASTA
Sebenernya gue juga masih kurang yakin, makanya sekarang kita check hipotesis gue bener atau salah.
NADIA
Sekarang? Gimana caranya?
HASTA
Kalian sadar nggak, HP kita selalu dapet sinyal hampir di waktu yang sama? Keadaannya selalu sehabis hujan dan waktu terbenamnya matahari. Dan itu cuma beberapa menit. Artinya saat itu, di suatu tempat, lubang waktu ke jaman kita terbuka. Kalian pasti juga pasti pernah denger, ‘kan mitos dari orangtua, saat pergantian siang menuju malam hari adalah waktu yang sangat besar peluangnya untuk makhluk dari dimensi lain muncul.
NADIA, NARTO
Hah? (dengan wajah tidak mengerti)
HASTA
Yahh.. intinya itu alesannya kenapa anak-anak kecil nggak boleh keluar waktu maghrib.
NADIA, NARTO
Oh.. (mengangguk-angguk)
HASTA
Jadi kita manfaatin waktu ini buat pulang.
NADIA
Tapi dimana lubangnya bakal muncul?
HASTA
Kalo hipotesis gue bener, biasanya sehabis hujan selalu ada..
NADIA
Pelangi!
HASTA
Bener. Jadi kita cari arah dimana pelangi itu muncul.
NADIA
Dimana, ya..?
NARTO
Tempat yang banyak airnya.. air terjun? Atau.. pantai?
NADIA
Jenius!
HASTA
Bentar, kan yang nemuin caranya gue..
NADIA
(tidak menggubris perkataan Hasta) Ok, gue kasih tau yang lain. (membuka smartphone-nya dan memeriksa sinyalnya) Wah, bener ada lho sinyalnya!
HASTA
Cepet! Cepet!
NADIA
Iya, iya, bentar. (menelepon Hanna, namun tidak aktif) HP nya Hanna nggak aktif.
HASTA
Abis kali baterenya, ya? Hadehhh.. kenapa pake abis segala baterenya lagi penting begini.. (Hasta ngedumel sendiri)
NADIA
Tapi, dari kemarin Widi telepon HP dia nggak aktif katanya.. Dia juga nggak balik lagi ke kamar dari kemarin.
SHINJI
(menatap Nadia)
HASTA
Yaudah, telepon Widi dulu.
NADIA
(menelepon Widi) Halo, Widi.
NARTO
(memperhatikan Shinji yang dari tadi hanya diam sambil mengerutkan keningnya dengan wajah serius)
CUT TO
43. INT. DALAM GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Widi, Sigit, Asep, extras tetara Belanda
Widi dan Sigit menerima telepon dari Nadia dengan antusias. Sementara Asep menguping pembicaraan mereka dari luar pagar kayu sambil duduk santai.
WIDI
Lo udah tau caranya balik? Gimana, gimana caranya?
SIGIT
(ikut mendekatkan telinganya ke smartphone Widi)
WIDI
Iya, he-em.. Iya (sambil menganggukkan kepalanya)
ASEP
(memperhatikan mereka)
WIDI
Iya, gue udah kangen berat sama masakan emak gue di rumah, nih.. Ok, besok, ya! (Widi menutup teleponnya, lalu high five dengan Sigit merayakan kegembiraan mereka) Yey!
SIGIT
Yey! Akhirnya kita..
ASEP
(memutus perkataan Sigit) Tidak ada yang mengijinkan kalian keluar dari tempat ini. (sambil tersenyum kepada Widi dan Sigit)
SIGIT
Hah? (sambil emosi berjlan mendekati pagar kayu)
WIDI
(ikut mendekati pagar kayu menenangkan Sigit) Kenapa? (bertanya dengan nada serius kepada Asep)
ASEP
Kalian belum sadar, ya? (tersenyum sambiil berjalan mendekati pagar kayu) Walaupun saya orang Indonesia, coba lihat sekeliling kalian.
WIDI, SIGIT
(melihat tentara Belanda yang berjaga di sana)
ASEP
Saya, Asep, bisa memerintah mereka karena saya adalah orang kepercayaan sekutu, begitu juga dengan bapak, kakek, dan leluhur-leluhur saya sebelumnya.
WIDI
Udah gue duga, ada yang nggak beres sama orang ini..
SIGIT
(melirik Widi sekilas)
ASEP
(tertawa kecil) Kalian dari masa depan, punya benda-benda luar biasa yang sangat bermanfaat. Coba bayangkan betapa senangnya Sekutu jika saya membawa kalian kepada mereka.
SIGIT
(kesal dan tangannya keluar pagar berusaha menarik Asep, namun tidak sampai)
ASEP
(tertawa besar)
WIDI
Kamu tega liat saudara-saudara sebangsa, setanah air di luar sana dijadikan budak, kelaparan, dan menderita jadi korban perang, menjalani kehidupan yang tidak mereka inginkan, sementara kamu tenang-tenang di sini memihak sekutu?
ASEP
(menatap Widi dengan tajam) Saya melakukan ini juga demi keselamatan keluarga saya, dan saya sendiri. (berjalan pergi meninggalkan mereka)
WIDI
Egois! Gue nggak sudi hidup di jaman yang sama kayak pecundang itu! Gue mau pulang sekarang! (Widi mengamuk dan menggebrak pagar kayu di depannya dengan kasar)
SIGIT
(terkejut dengan amukan Widi dan berusaha menenangkan)
CUT TO