EXT. JALAN MENUJU KOST — MALAM
Aku berjalan dengan tas di punggungnya dan kresek berisi makanan di genggaman tangan kanannya. Di berjalan sambil menghadap langit.
AKU
(V.O)
Kau tahu, apakah kau pernah berpikir melakukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan?
NARATOR
Aku sering berimajinasi menjadi tokoh utama di cerita yang hanya bisa kubacakan. Aku hanya diperlukan sebagai suara bukan nyawa cerita. Aku sedikit berterima kasih padamu karena denganmu yang bisa mendengarku dan mengajakku bicara jadi aku bisa mengatakan bahwa aku bagian dari cerita.
AKU
(V.O)
Ah, kenapa kau mengatakan itu? Jika aku berkata apapun sekarang, rasanya aku seperti orang yang tak tahu diri dan berterima kasih.
NARATOR
Apa yang ingin kau katakan? Katakan saja padaku, jangan hanya membuatku penasaran
AKU
(V.O)
Ini rasanya seperti orang kaya yang mengeluh kepada orang miskin.
NARATOR
Ehm, biar aku tebak. Kau masih galau dengan jalan ceritamu, kau ingin menantang si penulis dan berusaha membuka jalur ceritamu yang baru. Dan karena kau bersikap seperti itu, sepertinya yang kau lakukan bukan sesuatu yang bisa diterima orang lain, mungkin kau...
AKU
(V.O, terkejut)
Cukup, cukup, kau menganalisisku terlalu jauh. Kau tak pernah berpikir untuk mencoba beralih profesi menjadi penulis daripada narator? Aku rasa kau memiliki kepala yang bagus untuk itu.
NARATOR
Kau hanya bisa mendengarkan suaraku, kan? Kau tak pernah melihat kepalaku, kan? Bagaimana kau tahu kepalaku bagus?
AKU
(V.O)
Ha-ha-ha, sangat lucu sekali
NARATOR
Tapi serius, ini ceritamu, mungkin suatu saat akan tiba saatnya ceritaku datang entah sebagai tokoh maupun penulis seperti katamu. Jadi, apa yang akan kau lakukan?
AKU
(V.O, sambil menaiki tangga menuju kamar kost aku)
Aku tidak memilih menjadi anak dari orang tua yang mana, aku memang bisa memilih tempat kerja mana yang kulamar tapi aku tak bisa memilih rekan kerja. Aku tak memilih kepalaku yang terbentuk menjadi kepala yang hanya bisa berpikir pesimis ini. Hingga saat ini, aku tak pernah menemukan alasan yang cukup kuat untuk membuatku baik untuk hidup maupun mati. Namun, beberapa hari terakhir, rasanya aku sudah merasakan cukup dan terpikir suatu ide mungkin inilah satu-satunya pilihan yang aku miliki selama hidup. Jadi, ..
(mengakhiri dengan tersenyum)
EXT. BELAKANG BANGUNAN KOST DAN MINIMARKET — MALAM
Perjalan pulang aku telah sampai di kostnya, aku menaiki tangga ke lantai atas. Lalu, ia mendengar sebuah suara keras benda terjatuh. Aku berusaha mengecek sumber suara tersebut.
AKU
(terkaget)
NARATOR
Malam memang tidak pernah menjadi teman baikmu. Dia bahkan tak mengijinkanmu untuk menyelesaikan perkataanmu. Dilihat dari kerasnya suaranya, sepertinya ini bukan suara biasa. Suara detak jantungnya terdengar dari telingamu.
(suara detak jantung)
AKU
(V.O, melihat ke dadanya)
Apa yang kau lakukan pada tubuhku? tak mungkin suara jantungku tiba-tiba terdengar keluar seperti itu. Terus siapa bilang aku takut? Jangan sembarangan!
NARATOR
Pertama, aku tidak pernah bilang jika kau takut. Kedua, kenapa kau mengendap-endap seperti itu jika kau tidak takut?
AKU
(berubah dari jalan mengendap-endap dan membungkuk menjadi berjalan tegak)
Di belakang minimarket dan kost hampir gelap gulita, lampu jalan yang terlalu hanya samar-samar menerangi jalan. Aku menemukan penjaga minimarket 2 berjalan dengan menoleh ke sekeliling.
AKU
Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?
PENJAGA MINIMARKET 2
(terkejut)
Kau sendiri, kenapa kau disini?
AKU
Aku disini karena kau, si sumber suara aneh. Kau bukan stalker atau orang aneh, kan?
PENJAGA MINIMARKET 2
Kau, bukankah kau sendiri stalker si penjaga minimarket? Aku ingat wajahmu selalu tersenyum seperti orang mesum setiap datang ke minimarket.
(menyipitkan mata berusaha untuk melihat wajah aku)
AKU
Ah, ah, aku tidak pernah melakukan itu. Memang apa salahnya senyum, ha?
PENJAGA MINIMARKET 2
(mendengar suara gudang berusaha didobrak dan melirik ke jendela gudang)
AKU
Apa yang kau lihat? kau belum menjawab pertanyaanku? kenapa kau disini?
Tunggu sebentar, bukankah itu noda darah di bajumu? apa yang kau lakukan? jangan-jangan..
PENJAGA MINIMARKET 2
(mendekati aku dengan santai, menutup mulut aku dan berbisik)
Bisakah kau hentikan mulutmu sebentar saja? Kau tinggal disini kan? Mana kamarmu?
(Dari perspektif aku, suara tidak jelas, pandangan buram)
Aku akan melepas tanganku, jika kau berteriak, kau tau akibatnya kan. Aku rasa kau cukup pintar untuk menggunakan imajinasimu.
NARATOR
Ketakutan telah mengerayangi tubuhnya. Semua bagian tubuhnya membeku seolah tidak mengijinkannya berpaling dari orang yang baru ditemuinya ini.
AKU
(ketakutan dan berjalan ke kamarnya dengan gemetar)
(membuka kunci pintu dan masuk bersama penjaga minimarket 2)
Suara pintu kost tertutup