Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ANTING KIRI (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
10. ACT 2 - PENCULIKAN WENNI

SEBULAN KEMUDIAN 

116 EXT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – TERAS – SORE

Mobil berhenti di depan rumah. Gufron turun dan masuk ke rumah. Tampak Tenri sedang duduk seorang diri di teras depan.

                            TENRI

                         Dari mana?

                            GUFRON

Rumah. Risma ingin makan martabak.

          TENRI

       Hamil lagi?

          GUFRON

          Yoi, Bro.

Gufron mengintip ke dalam rumah sebelum duduk di kursi.

GUFRON

Kok sepi. Adikmu mana?

          TENRI

Belum pulang dari kampus.

                            GUFRON

Bagaimana rencana ke Mamuju?               

          TENRI

Kita berangkat Sabtu siang.

Ponsel Tenri di atas meja berdering. Muncul nama Wizy di layarnya. Tenri terlihat terkejut.

                            GUFRON

                            Siapa?

Gufron mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat nama penelepon. Melihat nama Wizy, ia tersenyum sinis. Panggilan berakhir. Tenri tak menerima panggilan tersebut.

Ponsel Tenri kembali berdering. Nama Wizy kembali muncul di layar. Tapi Tenri belum menerima panggilan itu.

                            GUFRON (CONT’D)

Angkat kalau dia menelepon lagi.

          TENRI

          Kenapa?

          GUFRON

Siapa tahu ada hal penting yang     ingin ia sampaikan.

Tenri dan Gufron menunggu. Namun, tidak ada lagi panggilan masuk.

          TENRI

Mungkin tidak sengaja tertindis.

          GUFRON

Mending telepon balik. Siapa tahu ia ingin menyampaikan kabar tentang Pak Gatot atau istrinya.

Tenri berpikir sesaat lalu meraih ponselnya dan menghubungi Wizy. Namun, nomor Wizy ternyata sudah tidak aktif.

                            TENRI

                            Aneh.

                            GUFRON

Dia pasti kesal kau mengabaikan panggilannya dua kali.

Tenri memandang Gufron.

          TENRI

     Kira-kira ada apa?

                            GUFRON

Kalau bukan soal orang tuanya, dia mungkin ingin berbagi kabar bahagia.

                            TENRI

                          Tentang?

                            GUFRON

                  Ya ... mungkin dia sudah hamil.

Tenri tertawa. Pada saat bersamaan, ponsel Gufron berdering. Ada pesan masuk. Gufron membaca pesan itu lalu berdiri.

                            TENRI

                         Mau balik?

                            GUFRON

Risma ingin makan Martabak jam 5.59.

          TENRI

      Ada-ada saja.

          GUFRON

Kau akan paham setelah menikah.

Gufron kembali ke mobilnya dan pergi. Sejurus kemudian, Wenni muncul bersama Titin dan Ririn. Mereka bergabung di teras.  

                            WENNI

                 Ada acara malam ini, Kak?

                            TENRI

                       Tidak. Kenapa?

                            WENNI

                  Temani kami nonton dong, Kak.

                            TENRI

                  Kenapa tidak bertiga saja?

                            WENNI

                        Midnight, Kak.

Tenri menatap Titin dan Ririn. Keduanya buru-buru mengangguk.

                                                  CUT TO:

117 EXT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – DEPAN - MALAM

Tenri berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di depan rumah. Ia berhenti sejenak memeriksa bannya. Wenni, Titin, dan Ririn muncul dan naik ke mobil.

Tenri baru akan membuka pintu mobil ketika melihat di kaca spion DUA MOTOR melaju kencang dari belakang. Tenri memutar badannya. Kedua pemotor berboncengan dan mengenakan jaket kulit itu mengerem mendadak lalu membelokkan motornya dan pergi. Tenri menggeleng sebelum naik ke mobil.

                            WENNI

Naik motor di kompleks kok seperti     sedang balapan di Sirkuit Sentul.

                            TITIN

Mungkin mereka ingin melihat tiga     gadis cantik makanya agak buru-buru.

              RIRIN

          Sepertinya begitu.

Tenri tersenyum. Mobil perlahan bergerak.

                                                CUT TO:

118 INT. MAL PANAKKUKANG – PANAKKUKANG XXI - MALAM

Antrean mengular di depan Panakkukang XXI. Wenni ditemani Ririn sedang mengantre. Tenri dan Titin berdiri di belakang jalur antrean. 

SATU PASANGAN berusia 30-an muncul dan ikut antre di belakang Wenni dan Ririn. Pasangan itu tampil mencolok dengan jaket kulit hitam dan kalung tengkorak bermata merah.

Tenri memperhatikan pasangan itu. Wenni sudah mendapatkan tiket.

                            WENNI

                       Kak, ayo masuk!

Tenri tersentak karena tidak menyadari Wenni sudah berdiri di hadapannya. Mereka berempat masuk ke dalam bioskop.

                                                  CUT TO:

119 INT. MAL PANAKKUKANG – PANAKKUKANG XXI - MALAM

Suasana gelap. Para penonton terlihat larut menyaksikan film yang sedang tayang. Tenri yang duduk di samping Wenni tampak menoleh ke belakang, ke arah pasangan berkalung tengkorak itu.

                            WENNI  

                       Ada apa, Kak?

Tenri menggeleng lalu kembali mengarahkan pandangan ke layar.

                            WENNI (CONT’D)

                      Kakak tidak suka filmya?

Tenri kembali menggeleng. Beberapa menit kemudian lampu kembali dinyalakan. Tenri menoleh ke belakang. Pasangan berkalung tengkorak itu sudah menghilang.

                                                 CUT TO:

120 INT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – RUANG TAMU - MALAM

Wenni dan Tenri duduk di sofa. Wenni terlihat bahagia. Ia tersenyum menatap Tenri yang duduk di sampingnya.

                            TENRI

                            Ada apa?

                            WENNI

Hari-hariku seperti tidak nyata. Ini seperti rangkaian mimpi yang sambung  menyambung setiap hari. Saat bangun, terkadang aku takut membuka mata. Aku takut ini hanya bunga tidur dan semuanya berakhir. Itu pasti menyedihkan. Hidupku sebelumnya seperti mimpi buruk.

Tenri mengubah posisi duduknya menghadap Wenni. Meraih kedua tangannya.

                            TENRI

Kau tidak sedang bermimpi. Ini nyata. Aku nyata. Kehidupan ini nyata. Inilah kehidupan yang aku janjikan kepadamu. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke masa sulit yang sudah kau lalui. Kau adalah adikku dan aku ingin membahagiakanmu.

              WENNI

Apa Kakak akan meninggalkanku suatu      hari nanti?

Wenni menatap mata Tenri.

                           TENRI

Tidak. Aku akan bersamamu selamanya.

              WENNI

              Janji?

                           TENRI                 

Aku janji.

WENNI

Sumpah demi apa?

     TENRI

Demi almarhumah ibu dan kakakku.

          WENNI

                  Meskipun Kakak sudah menikah?

                           TENRI

                            Ya.

                           WENNI    

                  Walaupun aku telah menikah?

                           TENRI

                            Ya.

Wenni tampak bahagia.

                           WENNI

Terus, kapan Kakak akan menikah?

          TENRI

                       Aku tidak tahu.

                            WENNI

                           Kenapa?

Tenri menggeleng.

                            TENRI

                  Tidurlah, ini sudah larut malam.

                                                 CUT TO:

121 INT. KAFE RAHMAH – DALAM - SIANG

Tenri baru saja masuk ke ruangannya ketika ponsel di tangannya berdering. Telepon dari Wenni.

                            TENRI

                            Halo, Wen.

                            PENCULIK 1 (O.S.)

Sayang sekali Pak Tenri. Adikmu untuk sementara tidak bisa bicara denganmu.

          TENRI

Kau siapa? Di mana adikku?

          PENCULIK 1 (O.S.)

Tenang. Dia baik-baik saja. Setidaknya untuk saat ini.

          TENRI

     Apa maksudmu?

          PENCULIK 1 (O.S)

Kalau kau mengikuti perintahku, dia akan baik-baik saja. Tapi kalau kau berani macam-macam, ingatlah kapan pertemuan terakhir kalian karena itu benar-benar akan jadi yang terakhir.

          TENRI

     Apa yang kau inginkan?

          PENCULIK 1 (O.S.)

Kami ingin bertemu denganmu. Itu saja.

          TENRI

Katakan di mana posisi kalian.

          PENCULIK 1 (O.S.)

Itu pertanyaan bodoh, Pak Tenri.

          TENRI

Lalu bagaimana caranya aku menemui  kalian?

          PENCULIK 1 (O.S.)

Sabar. Kami akan memberi tahu tempatnya. Tapi ingat, jangan coba-coba lapor polisi kalau tidak ingin melihat pemakaman adikmu yang cantik ini. Kau pasti sudah mengerti.

          TENRI

Tunggu. Bagaimana aku bisa percaya adikku bersama kalian dan masih hidup kalau tidak mendengar suaranya.

          PENCULIK 1 (O.S.)

Baiklah. Kau memang perlu mendengarnya karena kalau kau macam-macam, itu akan jadi suara terakhir yang kau dengar. Bawa gadis itu ke sini!

Tenri berdiri dengan panik di tengah-tengah ruangan.

                            WENNI (O.S.)

                           Lepaskan aku!

                            PENCULIK 1 (O.S.)  

Ini kakakmu, bicaralah dengannya!

         TENRI

          Wen!

          WENNI (O.S.)

     Mereka memukulku Kak

          PENCULIK 1 (O.S.)

Kurung dia kembali!

Wenni terdengar meronta-ronta.

                            PENCULIK 1 (O.S.)

Kau sudah mendengarnya bukan? Dia masih hidup. Dan akan tetap hidup kalau kau menuruti keinginan kami.

          TENRI

     Kalian ingin uang berapa?

          PENCULIK 1 (O.S.)

Kami tidak butuh uangmu. Kami hanya    mau bertemu denganmu. Jadi, tunggu     saja telepon kami dan jangan macam-macam.

Sambungan telepon terputus.

                            TENRI

                       Halo ... halo ...!

Gufron muncul di pintu dan menghampiri Tenri.

                            GUFRON

                          Ada apa?

Tenri memegangi kepalanya.  

                            TENRI

Akan kupatahkan tangan orang itu. Berani-beraninya dia memukul adikku.

Tenri memukul meja di depannya dengan wajah penuh amarah.

                            GUFRON

                  Hei, kau kenapa? Apa yang terjadi?   

          TENRI

Wenni diculik.

     GUFRON

                      Jangan bercanda, Bro.

Tenri mengangguk. Rahangnya terlihat menegang.

                                                  CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar