Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
72 INT. KAFE RAHMAH – DALAM – SORE
Gufron dan Tenri berdiri di teras kafe. Beberapa pengunjung terlihat di dalam kafe sedang mengobrol. Satu-dua pengunjung yang baru datang dan mengenal Tenri menyalaminya lalu masuk ke dalam kafe.
GUFRON
Kalian sebenarnya mau kemana?
TENRI
(Tersenyum) Rahasia.
GUFRON
Mungkin memang sebaiknya aku tidak perlu tahu. Aku tidak mau berurusan dengan Wizy.
Ponsel Tenri berdering. Ada pesan masuk. Terlihat pengirim pesan, Wizy. Isi pesannya: Kapan balik? Tenri membalas pesan itu: Lusa.
GUFRON (CONT’D)
Wizy?
Tenri mengangguk. Taksi muncul dan berhenti di depan pintu kafe. Wenni menurunkan kaca jendela mobil lalu tersenyum ke arah Gufron.
GUFRON (CONT’D)
(Berbicara pelan tanpa menoleh) Ingat, dia adikmu.
Tenri meninju perut Gufron sambil tertawa. Wenni mengangkat kedua alis. Matanya membulat. Tenri buru-buru naik ke taksi. Gufron menggeleng melihat sahabatnya. Taksi meninggalkan kafe.
CUT TO:
73 INT. KABIN PESAWAT – DALAM – SORE
Wenni mengangkat kedua kakinya ke atas kursi pesawat. Ia memeluk lututnya, menghadap ke arah wajah Tenri.
WENNI
Jadi malam itu yang Kak Tenri maksud empat bersaudara tapi hanya tiga yang tercantum di KK itu Kak Rahmah?
TENRI
(Mengangguk) Dia meninggal saat masih berusia 3 bulan dan ibuku mengenang Kak Rahmah seumur hidupnya. Ibu terus membicarakannya sampai Beliau meninggal.
WENNI
Aku minta maaf, Kak.
TENRI
Tidak apa-apa.
Terdengar pengumuman di dalam pesawat. Pesawat akan segera mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Wenni memperbaiki posisi duduknya dan memasang kembali sabuk pengamannya.
CUT TO:
74. EXT. BANDARA NGURAH RAI – AREA DEPAN - SORE
Tenri dan Wenni keluar dari bandara dan berdiri di depan pintu kedatangan. Orang-orang lalu lalang di sekitar mereka. TIGA GADIS, berkacamata hitam besar dan memakai tas pinggang tampak sibuk bergroofie dengan ponsel. Mereka melihat hasilnya dan terlihat kurang puas. Setelah melihat kiri-kanan, mereka mendekati Tenri dan Wenni.
TIGA GADIS
Boleh minta tolong, gak?
Tenri mengangguk. Salah satu gadis menyodorkan ponselnya lalu mengajak temannya mengambil posisi bergaya dengan latar orang-orang yang baru keluar dari bandara. Tenri menjepret mereka. Beberapa kali gadis-gadis itu meminta foto ulang karena kurang puas melihat hasilnya. Wenni tersenyum memperhatikan Tenri yang dengan sabar meladeni permintaan ketiga gadis itu.
TIGA GADIS
Makasih, ya? Pacarnya cantik, Mas.
Wenni membelalak. Sementara Tenri hanya tersenyum. Saat ketiga gadis itu pergi, Tenri langsung berakting memperhatikan wajah Wenni yang tampak menyipitkan matanya.
TENRI
Mereka pembohong.
WENNI
Iya, aku memang jelek.
Wenni pura-pura kesal. Cemberut. Bibirnya ia monyongkan.
TENRI
Kamu bukan cantik. Tapi sangat cantik.
WENNI
Ehem ...
CUT TO:
75 EXT. HOTEL DI BALI – DEPAN PINTU – PETANG
Taksi berhenti di pelataran depan pintu. Seorang PELAYAN HOTEL bergegas mendekat membuka pintu. Tenri dan Wenni turun dan langsung masuk, berjalan menuju ke meja resepsionis. Setelah itu mereka masuk lift.
CUT TO:
76 INT. HOTEL DI BALI – KAMAR – MALAM
Kamar terlihat cukup mewah. Wenni dan Tenri duduk di bibir ranjang. Tampak tirai jendela tersingkap. Terlihat suasana malam Bali.
Mereka sudah berganti pakaian. Mengenakan celana puntung dan kaos.
WENNI
Terima kasih untuk jalan-jalannya, Kak.
Tenri tampak tak acuh.
TENRI
Kita belum jalan-jalan.
Tenri berdiri dan melangkah ke samping tempat tidur. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas. Wenni terlihat penasaran. Ia juga berdiri menghampiri Tenri.
WENNI
Itu apa, Kak?
Wenni berusaha mengambil barang itu, namun Tenri berhasil mencegahnya dengan mengangkatnya ke atas.
TENRI
Sabar dulu. Ini untuk adik kesayanganku.
Mereka ke sofa dan duduk. Wenni tampak sudah sangat penasaran saat melihat Tenri mulai mengeluarkan sebuah dos.
WENNI
Apa aku harus menutup mata?
Tenri tersenyum. Lalu, menyerahkan bungkusan tersebut.
TENRI
Jangan tanya harganya, dan jangan banyak tanya.
Mata Wenni membelalak. Ia dengan gesit mengambil bungkusan itu, membukanya dengan terburu-buru. Segera ia melihat sebuah ponsel baru yang tampak mewah.
WENNI
Kak ... (tercekat)
TENRI
Kakak bilang apa tadi?
Wenni tersenyum. Wajahnya terlihat semringah.
WENNI
Jangan banyak tanya.
Wenni memandangi ponsel di tangannya. Tampak matanya mulai berkaca-kaca.
WENNI (CONT’D)
Aku tidak tahu Kakak malaikat dari mana. Tapi aku yakin Tuhan mengirimmu untuk untuk menolongku.
TENRI
Tidak ... tidak. Kau malaikatnya. Aku yang harus berterima kasih karena kau sudah bersedia menjadi adikku.
Tenri tiba-tiba mengangkat tangannya dan melepaskan anting-anting perak di telinga kirinya.
WENNI
Kenapa dilepas?
TENRI
Aku memakai anting kiri ini selama bertahun-tahun sebagai bukti cinta dan kerinduanku pada almarhumah kakakku dan aku ingin kau memakainya.
Wenni mengambil anting tersebut dari tangan Tenri dan langsung memakainya kemudian memandang Tenri.
WENNI
Sekarang Kakak punya dua saudara perempuan.
Wenni menghambur ke pelukan Tenri.
WENNI (CONT’D)
Aku sayang Kak Tenri.
CUT TO:
77 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – KAMAR – MALAM
Wizy sedang berbaring di kamarnya sambil memegang ponsel. Tampak di TV sebuah tayangan film yang memperlihatkan seorang pria sedang menampar istrinya. Wizy menonton sejenak adegan itu lalu mengangkat ponselnya ke telinga.
CUT TO:
78. INT. RUMAH DI KAMPUNG – SERAMBI BELAKANG - SORE
SEORANG IBU paruh baya yang mengenakan daster tua sedang mengelus kepala SEORANG REMAJA berusia 14 tahun (Tenri saat remaja) yang tidur di pahanya sambil bercerita.
IBU TENRI
Kakakmu berkulit putih, hidungnya mancung dan cantik. Sayang sekali, umurnya pendek.
TENRI REMAJA
Apakah ibu sangat menyayanginya?
Ibu Tenri mengangguk. Ia membelai kepala Tenri dan menatap wajahnya, tapi ingatannya kepada sosok lain, almarhum putrinya.
IBU TENRI
Ibu tidak pernah melupakannya. Sedetik pun tidak pernah.
Ibu Tenri mulai menangis.
IBU TENRI (CONT’D)
Ibu selalu cemburu melihat orang lain begitu bahagia dengan anak gadisnya.
Tenri bangkit dan memeluk ibunya.
TENRI
Aku ingin saudara perempuan, Bu.
DISSOLVE TO:
79 INT. HOTEL DI BALI – KAMAR – MALAM
Tenri sedang mengingat masa kecilnya ketika ponselnya berdering. Muncul nama Wizy di layar ponsel. Ia berpikir sejenak sebelum memutuskan menerima panggilan Wizy.
TENRI
Iya, ada apa Sayang?
INTER CUT:
80 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – KAMAR – MALAM
Wizy menunggu dengan gelisah beberapa saat sebelum terdengar suara Tenri di ujung telepon.
WIZY
Apa kau mencintaiku, Tenri?
TENRI
Maksudnya?
WIZY
Apa kau benar-benar mencintaiku?
TENRI
Tentu saja. Buktinya aku sudah melamarmu dan kita akan segera menikah. (Heran) Ada apa, Sayang?
WIZY
Kau mencintaiku apa adanya?
TENRI
(Tertawa lucu) Kau orang kaya, anak tunggal, dan cantik, bagaimana bisa aku akan berkata aku mencintaimu apa adanya. Jujur padaku, ada apa?
WIZY
Apa kau akan menerimaku apa adanya. Menerima kekuranganku.
TENRI
Kau tidak punya kekurangan, segalanya adalah kelebihan. Kau cantik, kaya, dan ... (berpikir lalu tersenyum) Kau hanya keras kepala dan tidak bisa diatur.
WIZY
Kau tidak mau kehilangan aku?
TENRI
Tentu saja. Aku mencintaimu. Ada apa sih. Kok aneh banget pertanyaanmu?
WIZY
Tidak ada apa-apa. Sudah dulu ya. Aku mencintaimu Tenri Gangka.
CUT TO: