Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Aku Menyayangimu Ayah (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Rindu Ayah (Scene 5 - 10)

5. INT. RUANG MAKAN - RUMAH ELANG - PAGI

Anisa sedang menyiapkan sarapan untuk sang suami, ILHAM WIJAYA alias ILHAMUDIN (47). Anisa menuangkan nasi goreng ke piring yang ada di hadapan Ilham. Ilham menyambut baik dan memberikan senyuman kepada sang istri.

ILHAM

Makasih istriku.

ANISA

Sama-sama suamiku.

ELANG

Uwu terus, gak kasihan apa sama jomblo.

ILHAM

(Mencebikkan bibirnya)

Makanya cari pacar sana.

ELANG

Lihat aja nanti.

ILHAM

Oke, papa tunggu kamu bawa pacar kamu ke rumah

ANISA

Udah dong, kenapa jadi berantem di depan makanan.

Elang dan Ilham hanya terkekeh tak berdosa dan melanjutkan sarapan mereka.

ANISA

Oh iya Lang, kamu udah kabarin Nasya soal jumlah pesanan mama?

ELANG

Beres mah, tenang aja.

ILHAM

Emang mama pesan nasi uduk buat apa?

ANISA

Buat arisan pah.

ILHAM

Oh gitu

Elang berdiri dari duduknya lalu mengambil tas ranselnya yang ia simpan di bawah meja makan.

ELANG

Elang berangkat ya.

ANISA

Emang udah kenyang sarapannya?

ELANG

Udah kok. Yaudah, Elang berangkat. Assalamualaikum.

ANISA , ILHAM

Waalaikumussalam.

Elang mencium tangan Anisa dan Ilham lalu meninggalkan rumah menuju kampus.

CUT TO :

6. EXT. TAMAN KAMPUS - UNIVERSITAS JAYA ABADI - PAGI

Nasya dan Fira sedang duduk berdua di kursi panjang di taman kampus sembari bercengkrama. Mereka berdua terlihat akrab dan ceria.

FIRA

Oh iya Sya, gimana hubungan lo sama Elang?

NASYA

Hubungan apa?

FIRA

(Menggoda Nasya)

Udah sih gak usah malu-malu.

NASYA

Apaan sih Fir? Lo kali tuh sama Rayhan ada apa-apanya.

FIRA

Dih, kenapa jadi tuh anak satu dibawa-bawa.

SFX. DERING PONSEL FIRA

FIRA

Bentar ya Sya, gue angkat telepon dulu.

NASYA

Iya iya.

CU. LAYAR PONSEL FIRA

FIRA

Halo, assalamualaikum pa

HERMAN (OS)

Waalaikumussalam. Kamu udah sampai kampus?

FIRA

Udah kok, ada apa pa?

HERMAN (OS)

Syukurlah kalau sudah sampai. Gak ada apa-apa kok, papa cuma mau memastikan aja kamu sudah sampai atau belum.

FIRA

Kirain kenapa. Papa sendiri hari ini ke kampus gak?

HERMAN (OS)

Hari ini papa gak ke kampus. Urusan kantor lumayan banyak, jadi gak bisa papa tinggal.

FIRA

Oh gitu, semangat kerjanya ya pa.

HERMAN (OS)

Terimakasih ya sayang, kamu juga semangat kuliahnya. Udah dulu ya, assalamualaikum.

FIRA

Waalaikumussalam.

Nasya melamun. Tatapannya sendu. Ia menjadi membayangkan betapa senang hidupnya jika ia memiliki seorang ayah.

Fira menatap bingung Nasya yang sedang melamun. Ia menyenggol lengan Nasya membuat empunya terkesiap.

FIRA

Lu kenapa melamun? Lagi ada masalah Sya?

NASYA

Gak ada apa-apa kok Fir.

FIRA

Yakin?

NASYA

Iya.

Nasya menghela nafas panjang. Sebisa mungkin ia menguatkan dirinya.

NASYA (VO)

Andai saja,

Tak lama kemudian, Rayhan dan Elang datang dan menghampiri Nasya juga Fira.

RAYHAN

Assalamualaikum ukhti

FIRA

Waalaikumussalam. Yahh, lu lagi lu lagi.

RAYHAN

Kenapa sih lu, sewot banget kalau sama gue.

FIRA

Habisnya, lu ada dimana-mana.

RAYHAN

Hei, ini kampus buat umum. Jadi suka-suka gue lah mau dimana kek.

ELANG

Stop! Bisa gak sih kalian tuh gak berantem sehari aja gitu, heran gue.

NASYA

Tau nih kalian, gue aja bosen denger kalian berantem.

FIRA

Nih anak duluan nih Sya.

RAYHAN

Kok gue? Lo tuh.

FIRA

Lo ya.

RAYHAN

Dih, lo tuh.

ELANG

Stop gak! Gue sumpel mulut lo pakai cabe nih Han.

RAYHAN

Iya iya gue mengalah.

FIRA

Iyalah, cowok emang harus mengalah sama cewek.

ELANG

Cocok lu berdua.

RAYHAN

Apaan sih Lang, ikut-ikutan aja. Lu tuh sama Nasya gak usah sok malu-malu.

NASYA

Kenapa gue jadi dibawa-bawa sih??

ELANG

Udah udah, mending kita sekarang ke kelas Han. Daripada lu ngomong mulu di sini.

RAYHAN

Dih, padahal lu duluan yang minta ke sini dulu.

ELANG

(Menarik Rayhan)

Udah udah ayo ke kelas. Kita duluan ya, bye.

Elang dan Rayhan pun meninggalkan taman kampus dengan Elang yang menarik paksa Rayhan yang masih bersikukuh untuk duduk-duduk di taman.

Nasya dan Fira geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya itu.

FIRA

Temen lu tuh Sya.

NASYA

Temen lu juga kali. Udah ah, yuk ke kelas.

Mereka pun juga menuju kelas.

CUT TO :

7. EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH RATIH - PAGI MENJELANG SIANG

Ratih melayani para pembeli nasi uduk jualannya. Suasana lumayan ramai dan di dominasi oleh para kaum ibu.

PEMBELI 1

Nasya kuliah Bu Ratih?

RATIH

Iya bu, kebetulan dia ada kelas pagi.

PEMBELI 2

Enak ya Nasya, bisa dapat beasiswa dari kampus ternama lagi.

RATIH

Alhamdulillah Bu

PEMBELI 3

Bapaknya pasti bangga banget tuh sama Nasya, kayak mbak Ratih yang bangga sama dia. Sayangnya, Nasya ndak pernah tahu ayahnya siapa.

Hening, ibu-ibu yang menjadi pembeli langsung diam. Gerakan tangan Ratih terhenti begitu saja dengan raut wajah yang berubah sendu.

PEMBELI 1

Bicaramu loh mbak

PEMBELI 3

Maaf mbak Ratih, mulut saya emang suka kelepasan.

(Memukul pelan mulutnya)

RATIH

Gak apa-apa, saya paham kok.

PEMBELI 1

Saya sama Bu Ani (pembeli 3) jadi berapa Bu?

RATIH

Semuanya jadi lima puluh ribu bu.

Pembeli 1 mengeluarkan uang dari sakunya lalu memberikannya pada Ratih.

PEMBELI 1

Kita pamit dulu ya Bu, assalamualaikum.

RATIH

Waalaikumussalam.

Pembeli 1 menarik lengan pembeli 3 dan mengajaknya untuk pergi.

PEMBELI 2

Gak usah diambil hati ya Bu Ratih. Bu Ani kan memang begitu mulutnya.

RATIH

Iya bu.

Raut wajah Ratih sendu. Ia menghela nafas pelan dan menguatkan hatinya.

RATIH (VO)

Maafkan ibu Nasya.

CUT TO :

8. EXT. HALTE BUS UNIVERSITAS JAYA ABADI - SIANG

Nasya duduk merenung di halte bus depan kampusnya. Ia sedang menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Di tengah aktivitasnya menunggu bus, Nasya jadi mengingat saat Fira ditelpon oleh ayahnya. Nasya menjadi rindu dengan sosok ayahnya yang tak pernah ia ketahui keberadaannya.

NASYA

Ayah di mana sekarang? Nasya kangen banget sama ayah.

(beat)

Nasya sayang sama ayah. Apa ayah juga sayang sama Nasya?

Nasya merunduk, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Terdengar isakan kecil dari bibir Nasya. Suasana halte yang sepi membuat Nasya leluasa meluapkan emosinya.

Sebuah sapu tangan terulur di hadapan Nasya. Nasya tersentak dan menoleh, melihat si pemberi sapu tangan itu.

NASYA

Elang?

ELANG

Iya, ini gue. Nih, ambil.

(menyodorkan saputangan))

Nasya menegakkan tubuhnya dan mengambil saputangan pemberian Elang dengan gugup. Ia memberikan senyuman tipis pada Elang.

NASYA

Makasih.

ELANG

Sama-sama.

Elang mengamati wajah Nasya membuat empunya menjadi gugup.

NASYA

Kenapa lo melihat gue kayak gitu Lang?

ELANG

Gak apa-apa. Biarpun habis nangis, lu tetep cantik ya Sya.

NASYA

Hah?

Elang terkesiap. Ia merutuki dirinya sendiri yang lancang berbicara seperti itu.

ELANG

Gak kok, bukan apa-apa.

Nasya hanya menganggukkan kepalanya. Raut wajahnya masih sendu.

ELANG

Lo kenapa nangis?

NASYA

Gak apa-apa kok.

ELANG

Yakin gak apa-apa?

NASYA

Gue gak apa-apa Lang, seriusan.

ELANG

Oke gue percaya, tapi kalau emang lo lagi ada masalah atau butuh teman cerita, gue siap. Gue siap buat dengerin cerita lo kapanpun lo mau.

Nasya terpaku. Ada rasa tak biasa menjalar dalam dirinya. Ia menatap mata Elang yang kini tersenyum kepadanya.

NASYA

Thanks Lang.

ELANG

Santai aja Sya.

Nasya melihat sekeliling guna mencari keberadaan motor Elang. Dia mengernyit karena tak menemukannya.

NASYA

Motor lu kemana Lang, kok gak ada?

ELANG

Masih di parkiran.

NASYA

Oh gitu, makasih saputangannya.

ELANG

Sama-sama, jangan makasih terus ah. Mau pulang bareng gak?

NASYA

Gak usah Lang, gue nunggu bus aja.

ELANG

Udah bareng gue aja, daripada lu kepanasan nunggu di sini. Mau ya?

Nasya berpikir sejenak, sejurus kemudian ia menganggukkan kepalanya.

ELANG

Oke, gue ambil motor dulu. Lu tunggu sebentar ya.

NASYA

Iya.

Elang kembali menuju parkiran kampus untuk mengambil motornya. Nasya tersenyum menatap kepergian Elang. Tak bisa ia pungkiri, rasa ini semakin menjadi.

NASYA (VO)

Thank you Lang.

Beberapa menit kemudian, Elang datang dengan motornya.

SFX. SUARA KLAKSON MOTOR ELANG

ELANG

Yuk naik.

Nasya menerima helm pemberian Elang lalu memakainya. Setelah itu, ia menaiki jok belakang motor Elang.

ELANG

Udah siap?

NASYA

Udah.

ELANG

Gak mau pegangan nih?

NASYA

Ini udah pegangan.

CU. TANGAN NASYA MEMEGANG BAGIAN BELAKANG MOTOR

Elang melihat dari spion nya. Ia terkekeh pelan lalu mengambil kedua tangan Nasya dan menaruhnya di pinggangnya.

ELANG

Pegangan yang kayak gini maksudnya.

NASYA

O..oh.

Elang menancap gas lalu mengemudikan motornya menuju rumah Nasya.

CUT TO :

9. EXT. DEPAN RUMAH NASYA - SIANG MENJELANG SORE

SFX. SUARA MOTOR ELANG

Nasya dan Elang telah sampai di rumah Nasya. Nasya turun dari motor Elang lalu membuka helm dan memberikannya kepada Elang. Nasya sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.

NASYA

Makasih ya Lang udah nganterin gue pulang.

ELANG

Sama-sama. Ibu lo mana?

NASYA

Kayaknya ibu masih beresin peralatan bekas dagang, makanya gak denger suara motor lo.

ELANG

Oh gitu, yaudah titip salam aja ya.

NASYA

Gak mau mampir dulu?

ELANG

Lain kali deh Sya, takut kesorean.

NASYA

Yaudah, hati-hati di jalan.

ELANG

Gue balik dulu, assalamualaikum.

NASYA

Waalaikumussalam.

Elang menancap gas motornya lalu meninggalkan pekarangan rumah Nasya untuk pulang ke rumahnya.

INTERCUT :

10. INT. KAMAR RATIH - RUMAH RATIH - SIANG MENJELANG SORE

Ratih termenung. Ia merasakan sesak dan sedih dalam dadanya mengingat perkataan salah satu pelanggannyanya tadi pagi. Ia merasa bersalah kepada putrinya sendiri.

RATIH

Ibu tadi benar, ayahmu pasti bangga sama kamu. Walaupun dia sudah meninggalkan kita, ibu yakin dia gak akan pernah lupa dengan kamu, anaknya.

(beat)

Maafkan ibu ya nak, ibu gak bisa kasih tahu kamu siapa ayahmu.

Nasya menengok ke dalam kamar sang ibu yang pintunya terbuka sedikit. Ia melihat sang ibu yang duduk membelakangi pintu di atas ranjang. Nasya pun masuk menghampiri Ratih.

NASYA

Bu,

Ratih tersentak lalu cepat-cepat menghapus air matanya yang sempat menetes di pipinya.

Nasya duduk di sebelah Ratih lalu mencium tangan Ratih yang berusaha tersenyum padanya.

RATIH

Baru pulang sayang?

NASYA

Iya bu baru aja, tadi diantar Elang.

RATIH

Maaf ya nak, ibu tadi gak denger suara motornya Elang, jadi gak sempat buat bilang makasih karena sudah mengantar kamu.

NASYA

Gak apa-apa bu, tadi Elang titip salam.

RATIH

Waalaikumussalam.

NASYA

Ibu kenapa sendirian di kamar? Nasya kira ibu lagi di dapur, biasanya kan ibu jam segini di dapur atau gak lagi nonton tv.

Ratih diam, ia mencoba mencari alasan agar Nasya tak curiga.

RATIH

Itu, tadi ibu rebahan sebentar soalnya agak pegel badannya.

NASYA

Mau Nasya pijat?

RATIH

Gak usah nak, ibu udah enakan kok.

Nasya memperhatikan wajah Ratih. Ia tersentak kala melihat mata Ratih agak sembab.

NASYA

Ibu habis nangis ya?

RATIH

Ah, enggak kok.

NASYA

Serius?

RATIH

Iya sayang.

NASYA

Kalau ibu mau cerita, Nasya siap kok dengerin.

RATIH

Ibu gak apa-apa kok.

NASYA

Yaudah, Nasya ke kamar dulu ya mau bersih-bersih.

RATIH

Iya nak, silahkan.

Nasya pun meninggalkan Ratih di kamarnya untuk bersih-bersih.

Ratih menghela nafas lega, namun rasa bersalah justru semakin besar.

RATIH (VO)

Maafkan ibu sudah bohong sama kamu. Ibu sayang kamu Nasya.

CUT TO :

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar