Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
5. INT. RUANG MAKAN - RUMAH ELANG - PAGI
Anisa sedang menyiapkan sarapan untuk sang suami, ILHAM WIJAYA alias ILHAMUDIN (47). Anisa menuangkan nasi goreng ke piring yang ada di hadapan Ilham. Ilham menyambut baik dan memberikan senyuman kepada sang istri.
ILHAM
Makasih istriku.
ANISA
Sama-sama suamiku.
ELANG
Uwu terus, gak kasihan apa sama jomblo.
ILHAM
(Mencebikkan bibirnya)
Makanya cari pacar sana.
ELANG
Lihat aja nanti.
ILHAM
Oke, papa tunggu kamu bawa pacar kamu ke rumah
ANISA
Udah dong, kenapa jadi berantem di depan makanan.
Elang dan Ilham hanya terkekeh tak berdosa dan melanjutkan sarapan mereka.
ANISA
Oh iya Lang, kamu udah kabarin Nasya soal jumlah pesanan mama?
ELANG
Beres mah, tenang aja.
ILHAM
Emang mama pesan nasi uduk buat apa?
ANISA
Buat arisan pah.
ILHAM
Oh gitu
Elang berdiri dari duduknya lalu mengambil tas ranselnya yang ia simpan di bawah meja makan.
ELANG
Elang berangkat ya.
ANISA
Emang udah kenyang sarapannya?
ELANG
Udah kok. Yaudah, Elang berangkat. Assalamualaikum.
ANISA , ILHAM
Waalaikumussalam.
Elang mencium tangan Anisa dan Ilham lalu meninggalkan rumah menuju kampus.
CUT TO :
6. EXT. TAMAN KAMPUS - UNIVERSITAS JAYA ABADI - PAGI
Nasya dan Fira sedang duduk berdua di kursi panjang di taman kampus sembari bercengkrama. Mereka berdua terlihat akrab dan ceria.
FIRA
Oh iya Sya, gimana hubungan lo sama Elang?
NASYA
Hubungan apa?
FIRA
(Menggoda Nasya)
Udah sih gak usah malu-malu.
NASYA
Apaan sih Fir? Lo kali tuh sama Rayhan ada apa-apanya.
FIRA
Dih, kenapa jadi tuh anak satu dibawa-bawa.
SFX. DERING PONSEL FIRA
FIRA
Bentar ya Sya, gue angkat telepon dulu.
NASYA
Iya iya.
CU. LAYAR PONSEL FIRA
FIRA
Halo, assalamualaikum pa
HERMAN (OS)
Waalaikumussalam. Kamu udah sampai kampus?
FIRA
Udah kok, ada apa pa?
HERMAN (OS)
Syukurlah kalau sudah sampai. Gak ada apa-apa kok, papa cuma mau memastikan aja kamu sudah sampai atau belum.
FIRA
Kirain kenapa. Papa sendiri hari ini ke kampus gak?
HERMAN (OS)
Hari ini papa gak ke kampus. Urusan kantor lumayan banyak, jadi gak bisa papa tinggal.
FIRA
Oh gitu, semangat kerjanya ya pa.
HERMAN (OS)
Terimakasih ya sayang, kamu juga semangat kuliahnya. Udah dulu ya, assalamualaikum.
FIRA
Waalaikumussalam.
Nasya melamun. Tatapannya sendu. Ia menjadi membayangkan betapa senang hidupnya jika ia memiliki seorang ayah.
Fira menatap bingung Nasya yang sedang melamun. Ia menyenggol lengan Nasya membuat empunya terkesiap.
FIRA
Lu kenapa melamun? Lagi ada masalah Sya?
NASYA
Gak ada apa-apa kok Fir.
FIRA
Yakin?
NASYA
Iya.
Nasya menghela nafas panjang. Sebisa mungkin ia menguatkan dirinya.
NASYA (VO)
Andai saja,
Tak lama kemudian, Rayhan dan Elang datang dan menghampiri Nasya juga Fira.
RAYHAN
Assalamualaikum ukhti
FIRA
Waalaikumussalam. Yahh, lu lagi lu lagi.
RAYHAN
Kenapa sih lu, sewot banget kalau sama gue.
FIRA
Habisnya, lu ada dimana-mana.
RAYHAN
Hei, ini kampus buat umum. Jadi suka-suka gue lah mau dimana kek.
ELANG
Stop! Bisa gak sih kalian tuh gak berantem sehari aja gitu, heran gue.
NASYA
Tau nih kalian, gue aja bosen denger kalian berantem.
FIRA
Nih anak duluan nih Sya.
RAYHAN
Kok gue? Lo tuh.
FIRA
Lo ya.
RAYHAN
Dih, lo tuh.
ELANG
Stop gak! Gue sumpel mulut lo pakai cabe nih Han.
RAYHAN
Iya iya gue mengalah.
FIRA
Iyalah, cowok emang harus mengalah sama cewek.
ELANG
Cocok lu berdua.
RAYHAN
Apaan sih Lang, ikut-ikutan aja. Lu tuh sama Nasya gak usah sok malu-malu.
NASYA
Kenapa gue jadi dibawa-bawa sih??
ELANG
Udah udah, mending kita sekarang ke kelas Han. Daripada lu ngomong mulu di sini.
RAYHAN
Dih, padahal lu duluan yang minta ke sini dulu.
ELANG
(Menarik Rayhan)
Udah udah ayo ke kelas. Kita duluan ya, bye.
Elang dan Rayhan pun meninggalkan taman kampus dengan Elang yang menarik paksa Rayhan yang masih bersikukuh untuk duduk-duduk di taman.
Nasya dan Fira geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya itu.
FIRA
Temen lu tuh Sya.
NASYA
Temen lu juga kali. Udah ah, yuk ke kelas.
Mereka pun juga menuju kelas.
CUT TO :
7. EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH RATIH - PAGI MENJELANG SIANG
Ratih melayani para pembeli nasi uduk jualannya. Suasana lumayan ramai dan di dominasi oleh para kaum ibu.
PEMBELI 1
Nasya kuliah Bu Ratih?
RATIH
Iya bu, kebetulan dia ada kelas pagi.
PEMBELI 2
Enak ya Nasya, bisa dapat beasiswa dari kampus ternama lagi.
RATIH
Alhamdulillah Bu
PEMBELI 3
Bapaknya pasti bangga banget tuh sama Nasya, kayak mbak Ratih yang bangga sama dia. Sayangnya, Nasya ndak pernah tahu ayahnya siapa.
Hening, ibu-ibu yang menjadi pembeli langsung diam. Gerakan tangan Ratih terhenti begitu saja dengan raut wajah yang berubah sendu.
PEMBELI 1
Bicaramu loh mbak
PEMBELI 3
Maaf mbak Ratih, mulut saya emang suka kelepasan.
(Memukul pelan mulutnya)
RATIH
Gak apa-apa, saya paham kok.
PEMBELI 1
Saya sama Bu Ani (pembeli 3) jadi berapa Bu?
RATIH
Semuanya jadi lima puluh ribu bu.
Pembeli 1 mengeluarkan uang dari sakunya lalu memberikannya pada Ratih.
PEMBELI 1
Kita pamit dulu ya Bu, assalamualaikum.
RATIH
Waalaikumussalam.
Pembeli 1 menarik lengan pembeli 3 dan mengajaknya untuk pergi.
PEMBELI 2
Gak usah diambil hati ya Bu Ratih. Bu Ani kan memang begitu mulutnya.
RATIH
Iya bu.
Raut wajah Ratih sendu. Ia menghela nafas pelan dan menguatkan hatinya.
RATIH (VO)
Maafkan ibu Nasya.
CUT TO :
8. EXT. HALTE BUS UNIVERSITAS JAYA ABADI - SIANG
Nasya duduk merenung di halte bus depan kampusnya. Ia sedang menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Di tengah aktivitasnya menunggu bus, Nasya jadi mengingat saat Fira ditelpon oleh ayahnya. Nasya menjadi rindu dengan sosok ayahnya yang tak pernah ia ketahui keberadaannya.
NASYA
Ayah di mana sekarang? Nasya kangen banget sama ayah.
(beat)
Nasya sayang sama ayah. Apa ayah juga sayang sama Nasya?
Nasya merunduk, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Terdengar isakan kecil dari bibir Nasya. Suasana halte yang sepi membuat Nasya leluasa meluapkan emosinya.
Sebuah sapu tangan terulur di hadapan Nasya. Nasya tersentak dan menoleh, melihat si pemberi sapu tangan itu.
NASYA
Elang?
ELANG
Iya, ini gue. Nih, ambil.
(menyodorkan saputangan))
Nasya menegakkan tubuhnya dan mengambil saputangan pemberian Elang dengan gugup. Ia memberikan senyuman tipis pada Elang.
NASYA
Makasih.
ELANG
Sama-sama.
Elang mengamati wajah Nasya membuat empunya menjadi gugup.
NASYA
Kenapa lo melihat gue kayak gitu Lang?
ELANG
Gak apa-apa. Biarpun habis nangis, lu tetep cantik ya Sya.
NASYA
Hah?
Elang terkesiap. Ia merutuki dirinya sendiri yang lancang berbicara seperti itu.
ELANG
Gak kok, bukan apa-apa.
Nasya hanya menganggukkan kepalanya. Raut wajahnya masih sendu.
ELANG
Lo kenapa nangis?
NASYA
Gak apa-apa kok.
ELANG
Yakin gak apa-apa?
NASYA
Gue gak apa-apa Lang, seriusan.
ELANG
Oke gue percaya, tapi kalau emang lo lagi ada masalah atau butuh teman cerita, gue siap. Gue siap buat dengerin cerita lo kapanpun lo mau.
Nasya terpaku. Ada rasa tak biasa menjalar dalam dirinya. Ia menatap mata Elang yang kini tersenyum kepadanya.
NASYA
Thanks Lang.
ELANG
Santai aja Sya.
Nasya melihat sekeliling guna mencari keberadaan motor Elang. Dia mengernyit karena tak menemukannya.
NASYA
Motor lu kemana Lang, kok gak ada?
ELANG
Masih di parkiran.
NASYA
Oh gitu, makasih saputangannya.
ELANG
Sama-sama, jangan makasih terus ah. Mau pulang bareng gak?
NASYA
Gak usah Lang, gue nunggu bus aja.
ELANG
Udah bareng gue aja, daripada lu kepanasan nunggu di sini. Mau ya?
Nasya berpikir sejenak, sejurus kemudian ia menganggukkan kepalanya.
ELANG
Oke, gue ambil motor dulu. Lu tunggu sebentar ya.
NASYA
Iya.
Elang kembali menuju parkiran kampus untuk mengambil motornya. Nasya tersenyum menatap kepergian Elang. Tak bisa ia pungkiri, rasa ini semakin menjadi.
NASYA (VO)
Thank you Lang.
Beberapa menit kemudian, Elang datang dengan motornya.
SFX. SUARA KLAKSON MOTOR ELANG
ELANG
Yuk naik.
Nasya menerima helm pemberian Elang lalu memakainya. Setelah itu, ia menaiki jok belakang motor Elang.
ELANG
Udah siap?
NASYA
Udah.
ELANG
Gak mau pegangan nih?
NASYA
Ini udah pegangan.
CU. TANGAN NASYA MEMEGANG BAGIAN BELAKANG MOTOR
Elang melihat dari spion nya. Ia terkekeh pelan lalu mengambil kedua tangan Nasya dan menaruhnya di pinggangnya.
ELANG
Pegangan yang kayak gini maksudnya.
NASYA
O..oh.
Elang menancap gas lalu mengemudikan motornya menuju rumah Nasya.
CUT TO :
9. EXT. DEPAN RUMAH NASYA - SIANG MENJELANG SORE
SFX. SUARA MOTOR ELANG
Nasya dan Elang telah sampai di rumah Nasya. Nasya turun dari motor Elang lalu membuka helm dan memberikannya kepada Elang. Nasya sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.
NASYA
Makasih ya Lang udah nganterin gue pulang.
ELANG
Sama-sama. Ibu lo mana?
NASYA
Kayaknya ibu masih beresin peralatan bekas dagang, makanya gak denger suara motor lo.
ELANG
Oh gitu, yaudah titip salam aja ya.
NASYA
Gak mau mampir dulu?
ELANG
Lain kali deh Sya, takut kesorean.
NASYA
Yaudah, hati-hati di jalan.
ELANG
Gue balik dulu, assalamualaikum.
NASYA
Waalaikumussalam.
Elang menancap gas motornya lalu meninggalkan pekarangan rumah Nasya untuk pulang ke rumahnya.
INTERCUT :
10. INT. KAMAR RATIH - RUMAH RATIH - SIANG MENJELANG SORE
Ratih termenung. Ia merasakan sesak dan sedih dalam dadanya mengingat perkataan salah satu pelanggannyanya tadi pagi. Ia merasa bersalah kepada putrinya sendiri.
RATIH
Ibu tadi benar, ayahmu pasti bangga sama kamu. Walaupun dia sudah meninggalkan kita, ibu yakin dia gak akan pernah lupa dengan kamu, anaknya.
(beat)
Maafkan ibu ya nak, ibu gak bisa kasih tahu kamu siapa ayahmu.
Nasya menengok ke dalam kamar sang ibu yang pintunya terbuka sedikit. Ia melihat sang ibu yang duduk membelakangi pintu di atas ranjang. Nasya pun masuk menghampiri Ratih.
NASYA
Bu,
Ratih tersentak lalu cepat-cepat menghapus air matanya yang sempat menetes di pipinya.
Nasya duduk di sebelah Ratih lalu mencium tangan Ratih yang berusaha tersenyum padanya.
RATIH
Baru pulang sayang?
NASYA
Iya bu baru aja, tadi diantar Elang.
RATIH
Maaf ya nak, ibu tadi gak denger suara motornya Elang, jadi gak sempat buat bilang makasih karena sudah mengantar kamu.
NASYA
Gak apa-apa bu, tadi Elang titip salam.
RATIH
Waalaikumussalam.
NASYA
Ibu kenapa sendirian di kamar? Nasya kira ibu lagi di dapur, biasanya kan ibu jam segini di dapur atau gak lagi nonton tv.
Ratih diam, ia mencoba mencari alasan agar Nasya tak curiga.
RATIH
Itu, tadi ibu rebahan sebentar soalnya agak pegel badannya.
NASYA
Mau Nasya pijat?
RATIH
Gak usah nak, ibu udah enakan kok.
Nasya memperhatikan wajah Ratih. Ia tersentak kala melihat mata Ratih agak sembab.
NASYA
Ibu habis nangis ya?
RATIH
Ah, enggak kok.
NASYA
Serius?
RATIH
Iya sayang.
NASYA
Kalau ibu mau cerita, Nasya siap kok dengerin.
RATIH
Ibu gak apa-apa kok.
NASYA
Yaudah, Nasya ke kamar dulu ya mau bersih-bersih.
RATIH
Iya nak, silahkan.
Nasya pun meninggalkan Ratih di kamarnya untuk bersih-bersih.
Ratih menghela nafas lega, namun rasa bersalah justru semakin besar.
RATIH (VO)
Maafkan ibu sudah bohong sama kamu. Ibu sayang kamu Nasya.
CUT TO :