Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ada di antara Mereka
Suka
Favorit
Bagikan
5. ACT 2.3 - Petunjuk Tersembunyi

CUT TO:

85.  INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

RERE berdiri.

 

RERE
Jadi itu saja? Kalau begitu yasudah. Bye!
 
HENDRA
Ya, terima kasih atas kerjasamanya. (Menunggu Rere benar-benar keluar) Jadi bagaimana tanggapanmu kapten?
 
PRAS
Semuanya sudah memberikan penjelasan sedetil mungkin. Aku rasa mereka semua menjelaskan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

 

PRAS berjalan ke jendela dan melihat JACK, RANI, dan MAWAR di teras belakang.

 

PRAS (cont’d)
(Sambil menatap Jack tajam) Dan juga semuanya memberikan alibi mereka dengan rapih serta tidak ada yang tumpang tindih.

 

PRAS membuka buku catatannya. Kita lihat catatan baris paling atas di buku PRAS, “Laras membuat minuman 18:35.”

 

CUT TO:

86.  INT. DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

LARAS mengeluarkan sebelas cangkir mewah dari kabinet.

 

PRAS (V.O.)
Aku akan menarik ujung benang tragedi ini dari pertama kali Laras membuat minuman itu sekitar jam setengah tujuh. Lalu Ibu Ani juga datang memantau Laras.
 
ANI
Kau sudah bersiap-siap untuk mengantar Anakku?

LARAS
Siap Nyonya! Setelah Aku membuat minuman pembuka ini, Aku akan berkemas.


CUT TO:

87.  INT. RUANG MAKAN UTAMA – MALAM (FLASHBACK)

ANI kembali duduk di ruang makan utama. Lalu FATMA datang di ruang makan utama. Di ruang makan utama baru terdapat ADHI, ANI, RANI, dan MAWAR.

 

PRAS (V.O.)
Ibu Ani kembali ke ruang makan utama, di sana baru ada Adhi, Fatma, Mawar, dan Rani.
 
FATMA
Haduhhh! Kukira makan malamnya sudah siap. Kalau begitu mending Aku melanjutkan mengedit videoku dahulu tadi.

 

CUT TO:

88.  INT. DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

Setelah menyeduh semua minuman, LARAS mengumpulkan semua bawahannya di area utama dapur.


PRAS (V.O.)
Laras selesai membuat minuman pembuka, meninggalkannya, dan mengumpulkan bawahannya di dapur.

LARAS
Baik semuanya Kita kumpul dahulu.

 

LARAS mengingat keberadaan MAWAR. LARAS meninggalkan dapur.

 

PRAS (V.O.)
Namun, Laras lupa untuk membuat minuman pembuka untuk Mawar.

 

CUT TO:

89.  INT. RUANG MAKAN UTAMA – MALAM (FLASHBACK)

FATMA beranjak dari kursinya, pergi ke dapur. Saat yang bersamaan, LARAS keluar dari dapur. FATMA dan LARAS saling berpapasan tetapi LARAS tidak melihat FATMA melewatinya karena pandangannya menengok ke arah lain.

 

PRAS (V.O.)
Laras hendak menanyakan minuman pembuka untuk Mawar. Di saat yang bersamaan, Fatma masuk ke dapur.
 
LARAS
Permisi Nona, Apakah Kau menginginkan kopi atau teh untuk minuman pembuka. Atau yang lainnya?

MAWAR
Mmm ..., mungkin jus jeruk?

LARAS
Baik Nona.


LARAS kembali ke dapur.

 

PRAS (V.O.)
Setelah itu Laras kembali ke dapur.


YUDHI bertemu dengan ADHI, ANI, RANI, dan MAWAR. ADHI, ANI, RANI, dan MAWAR menyambut YUDHI. ANI pergi, YUDHI duduk di samping ADHI.

 

PRAS (V.O.)
Kemudian datanglah Yudhi di ruang makan utama berbincang dengan Adhi.
 
ADHI
Syukurlah ternyata Kau jadi datang!


CUT TO:

90.  INT. DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

LARAS masuk kembali ke dapur, belok ke arah area dapur yang lain. FATMA mendekati kabinet khusus. FATMA masih mencari makanan lain dan sampai di pintu kabinet.

 

PRAS (V.O.)
Sisanya seperti penjelasan Fatma tadi, Laras kembali ke dapur dan Fatma hanya sampai di daun pintu kabinet khusus seperti kesaksian orang-orang di dapur lainnya.

 

Di depan pintu kabinet khusus, FATMA bertemu YUDHI.

 

PRAS (V.O.)
Lalu Fatma bertemu dengan Yudhi.
 
FATMA
Ohhh Kau jadi datang Kak Yudhi!


CUT TO:

91.  INT. RUANG KELUARGA – PAGI (PRESENT)

 

PRAS
Selesai! Minuman pembuka itu bersih tidak tersentuh! Laras kembali ke kabinet khusus dan membagikan minuman pembuka tersebut. Semuanya memberikan kesaksian seperti adanya dan tidak ada yang janggal!
 
HENDRA
Sebentar-sebentar. Aku ingin menambahkan.


CUT TO:

92.  INT. DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

Setelah menyeduh semua minuman, LARAS mengumpulkan semua bawahannya di area utama dapur. Terlihat FRANS berada di setapak tanah kosong belakang dapur mengamati dapur melalui bagian kaca pintu belakang dapur. Terlihat juga RERE sedang mengamati FRANS melalui jendela kamarnya.

 

HENDRA (V.O.)
Saat Laras meninggalkan minuman pembuka itu, jangan lupa dengan keberadaan Frans di belakang dapur dan Rere yang melihatnya dari kamar.

 

CUT TO:

93.  INT. RUANG MAKAN UTAMA – MALAM (FLASHBACK)

YUDHI bertemu dengan ADHI, ANI, RANI, dan MAWAR. ADHI, ANI, RANI, dan MAWAR menyambut YUDHI. ANI pergi, YUDHI duduk di samping ADHI.

 

HENDRA (V.O.)
Dan juga saat Yudhi datang dan mengobrol dengan Adhi, Ani pergi ke kamar si kembar untuk memeriksa mereka apakah sudah siap berangkat atau tidak.
 
ADHI
Oiya Ani, tolong periksa Anak Kita apakah Ia sudah siap berangkat?

ANI
Baik, sebentar.


CUT TO:

94.  INT. RUANG KELUARGA – PAGI (PRESENT)

 

PRAS
Ya lalu? (Melihat Hendra dengan bingung dan ekspresi datar).
 
HENDRA
Yaaa itu saja. (Membalas dengan ekspresi datar, menggaruk-garuk belakang kepalanya).
 
PRAS
Apa intinya Hendra?
 
HENDRA
Maksudku hanya ingin melengkapi penjelasanmu saja. Alibi mereka semua sama kuatnya! Frans atau Rere tidak mungkin melakukannya karena pintu belakang dapur terkunci. Ataupun kalau mereka punya kuncinya, itupun sangat berisiko. Lalu Rafi baru sampai setelah jalan-jalan sore dengan keluarganya. Begitu juga Ibu Ani yang sedang berada di kamar si kembar menyiapkan si kembar untuk berangkat.
 
PRAS
Kau berbicara dengan nada menggantung seperti itu. Aku kira Kau ingin mengutarakan pemecahan kasus yang brilian atau apalah. (Jeda) Simpan saja energimu itu untuk sekarang anak muda karena sepertinya otak Kita akan diperas habis-habisan.

 

HENDRA berdiri di dekat jendela. melihat ke arah JACK.

 

HENDRA
Atau mungkin Kita tidak perlu memakai banyak energi karena kasus ini sudah ditangani olehnya.

 

PRAS ikut melihat ke arah JACK.

 

CUT TO:

95.  EXT. TERAS BELAKANG – PAGI

LARAS menghampiri RANI, JACK, dan MAWAR.

 

LARAS
Permisi. Sudah waktunya jam makan siang. Ibu Ani memanggil semuanya untuk makan siang bersama di ruang makan kecil.
 
RANI
Ohiya sudah waktunya jam makan siang, tidak terasa. Baiklah yuk!

 

CUT TO:

96.  EXT. RUANG MAKAN KECIL – SIANG

TINNNGGG! Suara pisau dari RAFI yang sedang memotong daging di piringnya. RAFI menatap tajam ke JACK. Meja makan dipenuhi lalapan dan lauk yang lezat, semuanya sedang makan siang dan hampir selesai. RAFI, ELENA, dan Anak mereka RIFAL duduk berderetan. Di depannya RANI, JACK, dan MAWAR. RERE duduk selang satu kursi kosong di samping RANI. Di depan RERE yakni ANI dan FATMA. Pintu ruang makan terbuka, FRANS masuk. YUDHI tidak ikut makan siang itu.

 

FRANS
Well-well, Kalian memulainya tanpa Aku.

 

FRANS duduk di antara RERE dan RANI.

 

FRANS
(Sengak) Hey ANI! Ambilkan piring itu!

 

ANI hendak memberikan piring pada FRANS tetapi FATMA menahan tangan ANI.

 

FATMA
Bisakah Kau sopan sedikit? Ia adalah istri Kakakmu Frans!
 
FRANS
I know I know. (Melirik sekilas ke Elena) Siapa bilang Dia adalah Istriku?

 

RERE inisiatif langsung mengambilkan piring untuk FRANS.

 

FRANS
Terima kasih Rere. (Mengambil lauk dan mulai makan. Sesekali memandang ke arah Elena, Rafi memperhatikan) Di mana Yudhi?

 

Tidak ada yang menjawab. Hampir semua orang sudah selesai makan siang.

 

FRANS (cont’d)
Aku kira Kita tidak boleh meninggalkan rumah ini dulu karena masih dalam penyelidikan kepolisian. Kalau Aku tahu lebih baik langsung keluar saja tadi!

 

LARAS masuk membawakan minuman. LARAS hendak pergi tetapi ANI menahannya.

 

ANI
Laras tunggu. Lebih baik Kau disini dahulu karena sebentar lagi Aku dan detektif Jack ingin menyampaikan sesuatu mengenai tragedi kemarin.
 
LARAS
Baik Nyonya.

 

LARAS duduk di samping ANI. JACK menyudahi makannya, mengelap bibirnya. Kemudian ANI menatap sinis ke FRANS.

  

ANI
Kau lebih baik mempercepat makanmu itu Frans!

 

 FRANS menyudahi makan siangnya seketika. RAFI geram dengan gelagat FRANS yang mencuri pandang pada ELENA.

 

FRANS
Sudah! Silahkan.
 
ANI
Baiklah. Seperti yang sudah Kalian ketahui, Aku mengundang Detektif Jack untuk membantu penyelidikan tragedi kemarin malam. Di masa-masa yang krisis dan berat seperti ini, Kita harus saling menguatkan. Semoga hikmah dari tragedi kemarin adalah semakin memperkuat Keluarga Besar Surya, bukan malah menciptakan keretakan dan memecah belah Kita semua. Aku hanya tidak ingin tragedi itu membuat keluarga Surya menjadi hancur berkeping-keping. Baiklah, silahkan Detektif Jack.
 
JACK
Baik, Izinkan Aku.

 

JACK berdiri, berjalan di sekitar meja makan.

 

JACK
Oke. Beberapa dari Kalian sudah bertemu denganku dan mengungkapkan sebagian fakta yang Kalian tahu beserta alibi Kalian saat sebelum tragedi terjadi. Rafi sedang berada di luar dengan keluarganya. Ani sedang berada di kamar si kembar. Rerepun masih di kamarnya juga. Namun, Aku mendengar bahwa Kau Frans sedang berada di setapak tanah belakang dapur dan Kau Fatma sudah berada di pintu kabinet khusus itu? Bukankah itu di waktu yang bersamaan? (Berhenti di dekat Frans) Kalian tidak saling melihatkah?
 
FRANS
Aku melihat Fatma di kabinet khusus itu melalui pintu belakang yang berjendela.
 
FATMA
Tidak. Aku tidak melihatnya. Di luar lumayan gelap. (Jeda) Tapi, mungkin saja Frans menyelinap masuk menaruh sianida itu setelah Aku pergi dari sekitaran kabinet khusus itu, atau sebelum itu Kau sudah mencelupkan sianida tersebut Frans?
 
FRANS
(Berdiri dan marah menunjuk Fatma) Kurang ajar! Berani-beraninya Kau!
 
FATMA
(Ikut berdiri) Apa? Memang benarkan di antara Kami semua hanya Kau yang berani memasukkan racun itu pada Adhi. Kau seringkali mengancam Adhi untuk memperbesar jatah harta warisanmu tetapi Adhi menolaknya mentah-mentah.
 
FRANS
Cukup gendut! (Semakin kesal) Tutup mulutmu itu!
 
FATMA
Apa Kau bilang? Kau playboy bajingan! Jangan lagi Kau menghinaku seperti itu karena Aku Kakakmu, kalau tidak ...,

  

FATMA dan FRANS sama-sama semakin emosi. RERE lalu menahan tubuh FRANS yang sudah sangat mencondong begitu juga ANI yang menahan FATMA. RAFI mencoba menahan amarahnya.

  

FRANS
Kalau tidak Apa??? Kau ingin melemparkan makananmu itu lagi seperti kemarin?!

 

JACK ingin melerai tetapi kebingungan. MAWAR hanya diam pasrah. FATMA dan FRANS terus berseteru.

 

MAWAR (V.O.)
Seketika makan siang ini menjadi medan perang.

 

Terdengar suara yang keras dan menggelegar dari RAFI.

 

RAFI
CUUUUUKUUUUUUUUUUP! DIAM KALIAN!

 

Seketika ruang makan hening. FATMA dan FRANS duduk tetapi masih saling menatap dengan penuh benci.

 

ANI
Inilah yang Aku takutkan. Perpecahan. Daripada Kalian saling menuduh, lebih baik Kita mendengarkan Detektif Jack dahulu.
 
JACK
Terima kasih lagi Ibu Ani. Jadi hanya Frans yang melihat Fatma sedangkan Fatma tidak melihat Frans. (Berjalan sambil berpikir)
 
FRANS
Iya Aku melihatnya sekilas saja. Pasti dialah yang memasukkan sianida itu saat Aku mengalihkan pandanganku detektif!
 
RAFI
DIAM FRANS! CUKUP!
 
JACK
Apakah Kau melihat Yudhi yang berbicara dengan Fatma, Frans?
 
FRANS
Aku hanya melihat Fatma Detektif.
 
JACK
Di mana Yudhi?
 
RERE
Sepertinya Ia makan di luar Detektif.
 
JACK
Hmmm baiklah.

 

JACK terus berjalan, sesekali melihat ke arah atas. MAWAR memperhatikan JACK.

 

MAWAR (V.O.)
Sepertinya kesimpulan yang Jack temukan tadi sudah terpatahkan lagi oleh suatu hal.
 
JACK
(Kembali duduk) Cukup. Itu saja dariku.

 

ANI hendak mengambil alih tetapi tiba-tiba LARAS berbicara.

 

LARAS
Maaf detektif, Nyonya Ani, dan semuanya. Izinkan Aku untuk menyatakan sesuatu di depan semuanya.

 

Semuanya menatap ke arah LARAS.

 

ANI
Ya. Tidak apa-apa Laras. Detektif, sudah tidak ada lagi yang ingin Kau sampaikan?

  

JACK menggelengkan kepalanya. ANI menganggukkan kepalanya pada LARAS, mempersilahkan LARAS. LARAS menegapkan posisi duduknya, meneguhkan dirinya.

 

LARAS
Terimakasih Nyonya. (Jeda) Aku minta maaf. (Mulai menangis) Aku minta maaf karena minuman yang Aku buat itu, nyawa Bapak Adhipun menghilang.

  

ANI mengelus-elus punggung LARAS dan menenangkannya.

 

LARAS (cont’d)
(Semakin menangis) Aku bersumpah, Aku tidak akan pernah menaruh sianida itu untuk meracuni Bapak Adhi. Yang Aku sesalkan hanyalah mengapa Aku sempat-sempatnya meninggalkan minuman pembuka itu.

  

LARAS melepaskan tangisnya. LARAS bersender pada ANI dan mencoba meredam tangisnya itu.

 

FRANS
HAH! Air mata palsu!

  

FRANS pergi meninggalkan ruang makan. Semuanya hanya terdiam. ANI membawa LARAS keluar dari ruang makan juga.

 

RANI
(Pada Mawar) Ia hanya butuh waktu, seperti Kita.

 

MAWAR memperhatikan JACK yang sedang berpikir keras sampai kedua alisnya saling mendekat.


CUT TO:

97.  INT. PERSIMPANGAN LORONG KAMAR LANTAI SATU – KONTINU

RANI, MAWAR, dan JACK berjalan dari ruang makan kecil, berhenti di persimpangan lorong kamar lantai satu.

 

RANI
Jadi apa yang akan Kau lakukan selanjutnya Jack? Sepertinya Aku akan menuju rumah sakit dahulu untuk melihat kondisi Ayahku sekaligus menemani Ani mengurus berkas-berkas kematian Adhi.
 
JACK
Hmm benang dari kasus ini masih lumayan kusut. Aku mungkin butuh suatu tempat yang tenang, yang bisa memberiku waktu untuk menguntai satu-persatu benang kusut itu.
 
RANI
Ohh oke. (Berpikir) Kau bisa pergi ke atas rooftop. Angin sepoi-sepoi dan pemandangan dari tempat itu biasanya selalu membuatku menjadi tenang dalam kondisi sekacau apapun.
 
JACK
Terimakasih sarannya. Aku penasaran juga dengan rooftop rumah.
 
RANI
Oiya Mawar, Kau ikut saja menemaniku ya ke rumah sakit hehe!
 
MAWAR
Mmm, ya tidak masalah.

 

JACK kemudian hendak pergi.

 

RANI
Tunggu Jack!

  

JACK dan MAWAR berbalik badan.

 

RANI (cont’d)
Aku juga ingin ke rooftop dahulu untuk merokok sebelum berangkat. Kita naik bersama, tapi bisakah Kalian menungguku dahulu sebentar? Aku ingin mengambil tas kecilku dan mengganti bajuku sebentar dulu di kamar biar nanti Aku bisa langsung berangkat.
 
MAWAR
Ohh kalau Aku sudah cukup berpakaian seperti ini saja.
 
JACK
Ya tidak apa-apa Kami tunggu.
 
RANI
Oke!

 

RANI berlari ke kamarnya. JACK dan MAWAR berdiri menunggu di ujung luar lorong kamar lantai satu. Dahi JACK terlihat mengerut kencang.

 

MAWAR
Ahahaha senyum percaya dirimu sebelum makan siang tadi sudah sirna dan digantikan dengan muka penuh pikiran.
 
JACK
Benang kusut yang ada di dalam pikiranku membuatku sedikit gusar Mawar. Anak-anak Bapak Surya, mereka semua, Yudhi, Rere, atau yang lainnya bisa saja bekerjasama dan dengan mudah menaruh sianida itu di cangkir Adhi.

 

CUT TO:

98.  INT. DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

YUDHI mengobrol dengan FATMA, saling mengkode untuk memasukkan sianida ke cangkir ADHI. Saat semua orang lengah, YUDHI dengan cepat masuk ke kabinet khusus, menaburkan sianida tersebut, FATMA tetap di daun pintu kabinet khusus memantau keadaan. YUDHI keluar dengan cepat dan masuk ke toilet.

 

JACK (V.O.)
Saat Yudhi mengobrol dengan Fatma, semua orang mengira Yudhi masuk ke toilet padahal Yudhi bisa saja mengendap-endap masuk ke kabinet khusus itu dan bekerjasama dengan Fatma untuk menutupinya.

 

CUT TO:

99.  INT. SETAPAK TANAH KOSONG BELAKANG DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

RERE keluar dari jendela kamarnya. FRANS sudah menunggu, memantau dapur dari setapak tanah kosong belakang dapur. RERE yang mempunyai kunci duplikat pintu belakang dapur masuk menyelinap menaburkan sianida di cangkir ADHI.

 

JACK (V.O.)
Kemudian juga Rere yang bisa saja bekerjasama dengan Frans. Rere keluar dari jendela kamarnya, menyelinap melalui pintu belakang dapur dengan kunci duplikat, dan menaburkan sianida tersebut. Sedangkan Frans menjadi pemantau keadaan kalau-kalau ada orang yang mendekat ke kabinet tersebut, Ia dapat mengalihkan perhatian.

 

CUT TO:

100. INT. PERSIMPANGAN LORONG KAMAR LANTAI SATU – SIANG (PRESENT)

JACK mengusap-usap kedua telapak tangannya dengan cepat, tensi JACK meninggi.


JACK
Awalnya Aku pikir pembunuhan ini tidak terencana dan pelakunya hanya seorang diri. Namun, dari kesaksian-kesaksian mereka semua,

 

Intonasi JACK semakin cepat dan meninggi juga.

 

JACK (cont’d)
Jika pelakunya hanya satu orang itu sangat mustahil untuk dilakukan di saat banyak orang juga yang sedang berada di sekitar dapur! Mengelingi dapur! Lalu Akupun berpikir bahwa pelakunya lebih dari satu, bisa saja dua orang yang bekerjasama, atau bahkan semua dari mereka.
 
MAWAR
Tenang Jack! Kau harus tenang.

 

Suara JACK memelan. Kali ini JACK berbicara dengan penekanan.

 

JACK (cont’d)
Namun, tidak satupun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka semua itu bekerjasama! Bahkan Fatma dan Frans saling menghujat! (Memegang kepalanya) Aku tahu mereka benar-benar berseteru! Bukan hanya acting belaka!

 

MAWAR menengok kanan kiri dan untungnya tidak ada siapapun.

 

MAWAR
Kita masih harus mencari suatu barang bukti Jack!
 
JACK (cont’d)
Ya Mawar. Yang Kita butuhkan hanyalah satu barang bukti atau satu petunjuk saja sehingga hal itu bisa menjadi layaknya jarum yang dapat menarik satu ujung benang dari kumpulan benang kusut supaya gumpalan kusut itu menjadi teruntai kembali.

 

RANI keluar dari kamarnya.

 

RANI
Oke Aku sudah selesai!
 
MAWAR
Oke.

 

JACK sekilas melirik tajam ke kamar SI KEMBAR. RANI yang sedang melihat JACK jadi memperhatikan JACK yang melihat kamar SI KEMBAR. RANI ikutan mengalihkan pandangannya pada kamar SI KEMBAR.

 

RANI
Ohh tunggu lagi. Aku baru mengingatnya!

 

RANI masuk ke dalam kamar SI KEMBAR yang tidak terkunci disusul oleh JACK dan MAWAR.


CUT TO:

101. INT. KAMAR SI KEMBAR – KONTINU

RANI, JACK, dan MAWAR masuk. Pintu kamar SI KEMBAR tetap terbuka. RANI menuju meja rias SI KEMBAR. Meja itu berukuran sedang, di sekelilingnya terdapat tempelan kartun barbie dan karakter-karakter lucu semacamnya. RANI mencari-cari sesuatu. RANI menemukan satu set perias wajah berukuran kecil lengkap dengan peralatan kosmetiknya.


RANI
Si kembar meminjam peralatan kosmetik kecilku kemarin untuk bermain dandan-dandanan, atau mungkin mereka sudah belajar berdandan? Ahaha. Anak-anak sekarang sudah cepat sekali dewasa.

 

JACK dan MAWAR diam berdiri memperhatikan kamar SI KEMBAR.


RANI (cont’d)
Ya beginilah kamar dari gadis-gadis yang sedang menuju masa remajanya.

 

Terlihat seisi kamar LARA dan LIRIH yang rapih. Kasur LARA dan LIRIH memiliki spray berwarna pink dengan gambar kartun salah satu princess disney yakni Rapunzel di dalamnya, juga walpaper yang ada di dinding memiliki nuansa yang feminim.

 

RANI (cont’d)
Hmm waktu terasa begitu cepat sekali. (Sedih)

 

Suara obrolan RANI dan MAWAR menjadi background suara saat JACK menganalisa kamar SI KEMBAR. JACK melangkahkan kakinya pelan, menyimak seluruh sudut ruangan dengan matanya bagaikan elang. JACK melihat ke arah koleksi rak sepatu milik LARA dan LIRIH. JACK mendekat ke rak tersebut.

 

RANI (cont’d)(O.S.)
Padahal rasanya baru kemarin Lara dan Lirih masih sangat kecil dan imut. Mereka tidak henti-hentinya berlarian ke sana ke mari di rumah yang besar ini.

MAWAR
Tidak terasa ya. Aku juga merasa baru saja Kita lulus bersama dari kuliah, padahal itu sudah lebih dari lima tahun yang lalu.

 

RANI berjalan ke lemari pakaian SI KEMBAR. JACK terlihat mengamati sepatu-sepatu milik SI KEMBAR. Terdapat beberapa dua pasang sepatu yang sama persis. JACK memegang sepatu-sepatu tersebut. RANI membuka lemari pakaian SI KEMBAR. RANI menemukan dua pasang pakaian pesta yang ukurannya kecil.


RANI
Lihat ini Mawar! Kecil, imut, dan lucu sekali. Pakaian ini adalah pakaian pesta favorit mereka ketika mereka belum sebesar sekarang.

MAWAR
Wah Aku lihat barang-barang mereka ini, dari baju, sepatu, tas, mainan, semuanya ada dua ahaha dan sama persis!

 

MAWAR mengambil pakaian pesta itu dari tangan RANI. JACK menaruh kembali sepatu SI KEMBAR, berjalan menuju kasur LARA dan LIRIH. JACK mendudukinya, menggoyang-goyangkan badannya untuk merasakan keempukan kasur tersebut.


MAWAR (cont’d)(O.S.)
Inikah memang rasanya menjadi anak kembar? Semua barang ada dua dan sepasang! Rasanya jadi Aku ingin juga mempunyai saudara kembar.

RANI
Ya begitulah mereka. Jika tidak dibelikan dua sekaligus, pasti ada kecemburuan sosial ahaha.


JACK berdiri dari kasur, berjalan menuju sisi dinding kamar bagian dalam yang berada di seberang pintu masuk kamar SI KEMBAR. JACK berdiri saja menghadap ke dinding itu, menatapi dinding tersebut.


MAWAR (cont’d)(O.S.)
Oiya Aku belum sempat berfoto bersama mereka. Ingatkan Aku untuk berfoto bersama mereka dulu ya saat mereka pulang nanti!

RANI
(Berpikir sejenak) Jadi Kau memperpanjang waktumu di Kota ini ya? Padahal seharusnya besok pagi Kau akan kembali pergi ke Kota asalmukan?

MAWAR
Ya, Aku harus menghadiri pemakaman Kakakmu juga. Lagipula jadwalkupun sedikit melenceng dari rencana, jadi ya fleksibel saja.

 

RANI hanya mengangguk. RANI menatap ke JACK yang masih di berdiri menghadap ke dinding seperti patung.


RANI
Ohhh detektif maaf Kami keasyikan mengobrol dan lupa denganmu.


JACK membalikkan badannya, tersenyum sambil mengangguk. Terdengar suara ketukan pintu tiga kali yang lumayan keras. “TOKKK TOOOKKK TOOOKKK!!!”. RERE yang hendak menuju kamarnya mampir di depan daun pintu kamar si kembar.


RERE
Jadi Kalian mengadakan room tour sepertinya ya. Bagaimana Detektif? Sudah menemukan suatu bukti atau analisakah?


Ekspresi JACK terlihat gembira dan senang.


JACK
Mmm ya. Mungkin Aku perlu merangkainya dahulu.


MAWAR memicingkan matanya, sedikit memiringkan kepalanya.


MAWAR (V.O.)
Seriuskah? Padahal tadi Ia terlihat benar-benar putus asa.

RERE
(Menghela napas) Rani kemari!


RANI menghampiri RERE. RERE membisikan sesuatu kepada RANI. JACK fokus melihat RERE dan RANI. Setelahnya RANI menjauh dari RERE beberapa langkah dengan muka yang tertunduk.


RERE
Baiklah Jack, Aku ingin lanjut tidur lagi. Semoga Kau menemukan pelakunya and have fun Detektif!

 

RERE tersenyum licik. RANI masih tertunduk. RERE berjalan menuju kamarnya.


RANI
Yasudah yuk Kita ke rooftop saja!

 

RANI, MAWAR, dan JACK meninggalkan kamar SI KEMBAR, berjalan menjauh dari lorong kamar lantai satu. RERE yang sudah sampai di kamarnya berhenti di daun pintu kamarnya dan melihat JACK, RANI, dan MAWAR dengan mata penuh kekesalan. Tangan REREpun mengepal kuat serta giginya yang menggeretak juga.

 

RERE
Rani sialan!


CUT TO:

102. EXT. ROOFTOP – KONTINU

Terlihat langit biru cerah dengan asap rokok RANI yang bertebrangan. RANI menghisap rokoknya dengan santai dan duduk dengan MAWAR dan JACK di tempat duduk berpayung. Rooftop rumah mansion Keluarga Surya diisi dengan ruangan terbuka untuk bersantai yang bernuansa hijau, banyak ditanami tumbuhan hidroponik. Di sekelilingnya terdapat pembatas berupa tembok yang tingginya di atas perut sedikit. RANI selalu melirik ke suatu area belakang rooftop.


MAWAR
Aku tidak pernah melihatmu semasa kuliah dahulu merokok Rani. Jadi, sejak kapan Kau kuat merokok seperti ini?


JACK berdiri dari kursinya.

 

RANI
Percayalah padaku Mawar, saat kuliah Aku sudah merokok. Namun, hanya sesekali saja untuk melepas penat dan tidak pernah langsung di depanmu. Aku takut Kau langsung memandangku buruk.


JACK berjalan santai mengelilingi area rooftop. HP RANI berbunyi. RANI membaca chat dari ANI.

 

ANI (Chat)
Maaf Rani, Kita berangkat pukul tiga saja ya. Ada hal yang harus Aku lakukan sebentar.


RANI mengunci HPnya kembali, melirik lagi area belakang rooftop. Terlihat jam di HPnya masih pukul dua lima belas.


RANI
Haduh Kak Ani jadi berangkat jam tiga nanti. (Menggoyangkan kerah bajunya) Kalau tahu begitu Aku tidak usah langsung berganti baju tadi.


RANI melihat JACK masih mengitari rooftop, berjalan menundukkan kepalanya. JACK terus berpikir.


RANI
Rasanya juga siang ini lumayan panas ya. Kalian perlu minuman segarkah?

MAWAR
Kedengarannya enak!

RANI
Oke baiklah. Aku ke bawah dahulu untuk menyuruh Laras membuatkan jus segar. Mawar sudah pasti jus jeruk, Kau Jack?


JACK masih berjalan menundukkan kepalanya dan tidak menjawab.


RANI
JACK?!

JACK
Ohh ya. Sama dengan Mawar.

RANI
Baiklah.


RANI meninggalkan rooftop. MAWAR langsung memperhatikan JACK yang mulai menggigiti kukunya lagi.


MAWAR
Kelihatannya Kau sudah menemukan titik terang Jack!

JACK
(Tersenyum tipis dan mengangguk) Ya. Meskipun baru secercah cahaya kecil saja. (Berbalik mendekat ke arah Mawar) Dari awal Aku sebenarnya sudah mengetahui fakta aneh itu Mawar!

MAWAR
Fakta aneh?

JACK
Ya ya, fakta aneh!

MAWAR
Fakta aneh apa?

JACK
Aku tidak seharusnya dikaburkan dengan fakta-fakta baru yang muncul dan mengaburkan fakta utama itu.

MAWAR (V.O.)
(Tersenyum pasrah) Jack mulai memasuki fase penyusunan puzzle dan asyik sendiri.

JACK
Terkadang terlalu banyak informasi, terlalu banyak hal yang masuk, membuat diri Kita jadi meninggalkan hal yang teramat penting yang seharusnya diutamakan!

MAWAR (V.O.)
Walaupun beribu kali Aku bertanya, pasti tetap Ia hiraukan, Aku sih sudah terbiasa.

JACK
Beri Aku sedikit waktu lagi untuk menarik ujung benang yang menjadi masalahnya.

MAWAR
Yaa take your time Jack! Kau pasti bisa, Aku percaya padamu.

JACK
Namun, waktu terus berjalan Mawar. Aku terus memikirkan, si pelaku yang mungkin berada di antara Anak-anak Bapak Surya itu bagaimanapun caranya harus berada di waktu juga tempat yang tepat agar pembunuhan itu berhasil akan tetapi itu membutuhkan suatu kebetulan yang luar biasa!

MAWAR
(Menaruh jari telunjuk di bibirnya dan berpikir sejenak) Menurutku Kita juga harus (Menengok kanan kiri dan memelankan suaranya) mencurigai Laras Jack! Tidak hanya Anak Bapak Surya saja!

JACK
Aku mengerti tetapi jika penyelidikan ini sudah mencapai jalan buntu, satu-satunya hal yang Aku takutkan adalah pihak kepolisian memakai cara lama dan menangkap Laras, karena Ia adalah satu-satunya tersangka yang benar-benar melakukan kontak dengan minuman pembuka tersebut. Bisa saja Laras memang pelakunya, bisa saja bukan. Yang Aku perlukan saat ini hanyalah mengetahui mana yang memang sejatinya adalah kebenaran dan mana yang merupakan kebohongan sejati.

MAWAR
Jadi intinya Kita harus menemukan setidaknya satu bukti saja yang cukup kuat.

JACK
(Jack mengangguk) Bantu Aku Mawar sebisamu, seperti sebelum-sebelumnya.


MAWAR dan JACK bertatap mata, saling meyakinkan satu sama lain, tersenyum percaya diri.

Terlihat beberapa ekor burung terbang dari suatu pohon rindang dekat rumah mansion Keluarga Surya. JACK berdiri di area belakang rooftop, menghadap ke kebun belakang. JACK menguap serta memijat-mijat bagian batang hidungnya.

Di sana terdapat banyak bunga di dalam vas ukuran sedang. RANI dan LARAS muncul membawa jus-jus dan sepiring biskuit.


RANI
Minuman sudah sampai! Mawar dan Jack jus jeruk, sementara Aku jus sirsak. Ahh segar sekali kelihatannya.

MAWAR
Terimakasih Rani.

RANI
Mari Detektif!

JACK
(Menoleh ke tempat duduk berpayung) Pemandangannya dari sini ternyata sangat indah!


Di saat yang bersamaan, pandangan LARAS yang tajam tidak sengaja bertemu dengan pandangan JACK.


JACK
Aku akan meminumnya nanti. (Kembali memandang kebun belakang)


LARAS hendak kembali turun. LARAS melihat JACK lagi, JACK menoleh juga. Tatapan mereka bertemu untuk yang kedua kalinya. Tiba-tiba LARAS memegang kepalanya seperti kesakitan dan terdapat suatu flash dalam ingatannya. LARAS langsung cepat-cepat berlari turun, JACK heran melihat hal itu. JACK kembali menikmati pemandangan dan menaruh tangannya di tembok pembatas rooftop.


RANI
(Masih di tempat duduk berpayung) Spot itu memang adalah spot terbagus di rooftop rumah. Kita bisa melihat pepohonan rindang sekaligus kebun belakang rumah.


JACK merespon mengangguk. Tangan JACK yang memegangi dan meraba-raba tembok pembatas rooftop merasakan ada suatu hal yang ganjal, JACK melihat ke tembok pembatas tersebut. Tiba-tiba RANI dan MAWAR sudah berada di samping JACK. MAWAR memberikan jus pada JACK.


JACK
Thank you.

RANI
Bahkan kalau langitnya bersih, Kita dapat melihat gunung juga di arah sana.


JACK memegang segelas jus jeruk dengan tangan kanannya. MAWAR melihat-lihat pemandangan dengan antusias. JACK menaruh minumannya di atas tembok pembatas rooftop, kembali mengamatinya, dan menemukan suatu bagian tembok yang terdapat tambalan semen akibat suatu retakan.


MAWAR
Ohhh di sebelah bawah sana itu teras belakang rumah ya. Kelihatan agak berbeda kalau dari atas.


MAWAR mengalihkan pandangannya menuju bagian yang berada tepat di bawah tempat sekarang mereka berdiri.


MAWAR
Tempat apa di bawah itu? Perasaan kemarin saat Kita duduk menikmati pagi di teras belakang rumah Aku tidak melihatnya. Kelihatannya agak eksentrik.


Terlihat suatu tanah berumput hijau berukuran kecil yang di kelilingi bunga-bunga berbagai warna membentuk lingkaran yang rapih, kebanyakan tumbuhannya adalah melati.


RANI
(Berbicara pelan) Oiya itu adalah tempat bunga-bunga kesukaan dari almarhum Ibuku. Memang Kalau dilihat dari bawah hanya seperti koleksi tumbuhan bunga saja. Namun, jika Kau melihatnya dari atas, itu akan membentuk lingkaran sempurna rapih. Hmm rasanya Aku jadi rindu dengannya lagi.


RANI sedih. JACK yang tadi berada di samping mereka kini sudah menghilang.


MAWAR
Ehhh kemana Jack? Aku tidak melihatnya pergi.
 
RANI
Oiya ke mana Dia?
 
MAWAR
Mungkin Dia pergi ke toilet. Ia memang kadang suka menghilang seperti itu.

 

JACK sudah berada di bawah mendekat ke tanah kecil berumput hijau tadi.


MAWAR
EH? Kau sudah di bawah Jack? Apa yang Kau lakukan?
 
JACK
Rasanya Aku lumayan mengantuk. Bolehkah Aku sejenak meminjam tempat ini untuk beristirahat? Sepertinya tempat ini lumayan sejuk, tenteram, dan mumpung masih tertutup bayangan rumah juga.

 

RANI menatap aneh ke arah MAWAR.

 

RANI
Beristirahat?
 
MAWAR
Ehehe Kau tahu Dia tidak tidur semalaman. Salah satu kebiasaannya saat mengerjakan kasus adalah Ia akan melakukan power napping jika menemukan tempat yang tepat tanpa harus bersentuhan dengan kasur. Palingan Jack akan duduk bersila di atas tanah setapak itu dan memejamkan matanya.
 
RANI
Ouh begitukah?
 
JACK
Maaf Rani. Tapi bolehkah Aku meminjam, mungkin suatu bantal yang berukuran lumayan besar dan empuk yang dapat Aku duduki di sini?
 
MAWAR
(Pada Rani)Seperti yang Aku katakan.
 
RANI
Ohh tunggu sebentar.

 

RANI pergi ke dalam.

 

MAWAR
Jadi Kau akan power nap di situ?
 
JACK
Ya Mawar. Aku harus mengistirahatkan diriku sejenak agar bisa tetap berpikir jernih. Secercah cahaya terang itu semakin menyilaukan sekarang!


CUT TO:

103. INT. RUANG TENGAH LANTAI DUA – KONTINU

RANI mencari-cari bantal yang pas untuk JACK. RANI menemukannya di pojok ruangan. Bantal itu berbentuk persegi, lumayan besar, tebal, dan empuk. Kemudian datang ANI.


ANI
Kau sudah siap Rani? Kita berangkat sekarang kalau begitu.
 
RANI
Ohh baik Kak. Sebentar Aku membawa bantal ini dulu ke rooftop.

 

RANI langsung berlari sedangkan ANI diam mematung keheranan.

 

CUT TO:

104. EXT. ROOFTOP – KONTINU


RANI
Ini Jack! Maaf Aku lemparkan dari atas saja ya hehe.


Bantal jatuh ke bawah dan langsung di tangkap oleh JACK.

 

JACK
Terima kasih Rani!

 

JACK memasang posisi, kemudian duduk dengan gaya meditasi untuk melaksanakan power napnya.

 

RANI
Oiya detektif. Ibu Ani sudah siap untuk berangkat. Jadi Aku dan Mawar izin untuk pergi dahulu detektif.
 
JACK
Ya. Hati-hati!
 
MAWAR
Selamat beristirahat Jack!

 

MAWAR dan RANI meninggalkan rooftop. JACK berdiam dengan tenang dan mata tertutup di atas bantal layaknya matras.

 

CUT TO:

105. INT. MOBIL – SIANG

ANI duduk di depan. RANI dan MAWAR di belakang.

 

ANI
Jadi sampai kapan rencananya Kau akan di kota ini Mawar?

MAWAR
Mmm mungkin lusa. Setelah pemakaman Bapak Adhi selesai, rencananya Aku akan langsung menuju tempat penelitianku.

RANI
Ohiya? Tidak apa-apa jika Kau ingin tetap menginap di rumahku Mawar.
 
MAWAR
Hehehe terima kasih Rani. Aku sudah cukup banyak merepotkan.
 
ANI
Ya Mawar siapa tahu Kau berubah pikiran lagi ehehe.


CUT TO:

106. INT. LOBI RUMAH SAKIT – SIANG

ANI, MAWAR dan RANI berjalan masuk. Tiba-tiba terdapat telepon dari HP ANI. ANI mengangkatnya. Wajah ANI berubah menjadi sangat sedih seketika dan HPnya lepas dari genggamannya, jatuh retak, hancur menghantam lantai.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar