Cuplikan Chapter ini
Hari itu hujan turun sejak pagi Jakarta seperti ingin menangis diam-diam Barton baru saja kembali dari Balikpapan Mantel yang terkena tetes hujan masih menempel di tubuhnya saat dia membuka pintu apartemen Sepi Tidak ada aroma masakan tidak ada suara televisi Hanya sunyi dan sisa aroma kopi pagi Nina dan Mbak Inem pasti sudah lelap dalam mimpi masing-masingBarton meletakkan koper di dekat pintu dan berjalan ke meja makan di mana beberapa dokumen dan catatan Nilam berserakan Ketik