[1] Nyilir: berangin-angin, mencari angin
[2] Simbah, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg, gantung siwur, gropak senthe, debog bosok, hingga galih asem: urutan sebutan dalam garis keturunan masyarakat Jawa. Simbah (kakek & nenek), buyut (moyang ke-2), canggah (moyang ke-3), wareng (moyang ke-4), udheg-udheg (moyang ke-5), gantung siwur (moyang ke-6), gropak senthe (moyang ke-7), debog bosok (moyang ke-8), galih asem (moyang ke-9)
[3] Panewu: sebutan untuk camat
[4] Jagabaya: pembantu lurah bidang pemerintahan dan keamanan
[5] Kamituwa: jabatan setara dengan kepala dusun saat ini
[6] Manungsa linuwih: manusia yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain
[7] Suwuk: metode pengobatan tradisional masyarakat Jawa yang menggunakan mantra dan rapalan doa-doa
[8] Ngengleng: setengah gila
[9] Tamba: obat
[10] Nglakoni tirakat: menjalani tirakat
[11] Puasa mutih: puasa yang dilakukan dengan cara hanya mengonsumsi nasi putih dan air putih, tanpa lauk pauk atau bumbu
[12] Puasa ngrowot: puasa yang dilakukan dengan tidak makan makanan berbahan dasar beras. Sebagai gantinya, dikonsumsi makanan yang berasal dari umbi-umbian, buah, dan sayuran.
[13] Thinthir: lampu minyak tanah
[14] Ayem tentrem: nyaman dan tenteram
[15] Sing kakung sing gemati, sing putri sing ngabekti: yang laki-laki (suami) yang penuh kasih dan sayang, yang perempuan (istri) yang berbakti
[16] Kulo nuwun: permisi
[17] Kowe: kamu
[18] Matur nuwun: terima kasih
[19] Mrene, Wo. Aja meneng wae neng kana: ke sini, Wo. Jangan diam terus di sana
[20] Njanur gunung. Ana apa ta, Wo?: tumben. Ada apa ya, Wo?
[21] Tumindak ala marang liyan: berperilaku buruk kepada orang lain
[22] Le: panggilan untuk anak laki-laki
[23] Pitutur: nasihat
[24] Muga-muga: semoga
[25] Sakabehe: semuanya