Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Charlotte Diana
charlottedeeana
565 Pengikut
Mengikuti
Cesilia Klarista Aprilia
c3siliaa
Ruwi Meita
kalanaga
purnomooke
purnomousman
iinmaulida801
iinmaulida801
dumadewi910
dumadewi910
Dedek
dedek2
Yuliani Sikumbang
yuliani22
Ibrahim Mulya
ibrahimmulya1
Drew Andre A. Martin
drewandreamartin
Kenia
keniasica
Iswandi
iswandi
Yuni hartati p.
yoenha11
muhammad ridho oktavino akihiro
ridhoo
Rizky Amalia
mimosapudica
Aerina No 7
dels07sss
Taksu Astungkara
kinarya6618
Theodora Felita E. P.
theocantik31
akari enemi
akari21
Silvia rifa azizah
silviarifa
Januard Benedictus
januardbenedictus
Margin
Aliurridha
Ini seperti memasak sup ayam. Mula-mula perlu menyiapkan kaldunya dulu sebagai inti. Setelah kaldunya jadi, saatnya menumis bawang putih. Dilanjut dengan memasukkan wortel, kentang, kol, daun bawang, seledri, dan biji pala. Bagian klimaksnya yaitu dengan koreksi rasa menggunakan garam serta gula. Terakhir sekaligus antiklimaksnya dengan menaburkan brambang goreng. Sayangnya, Margin lebih dari sekadar sup ayam. Plotnya diramu pelan-pelan di bab awal sampai pertengahan dengan bahasa yang tajam, tetapi santai. Di tiga perempat bagian cerita, menjadi titik krusial yang menjelaskan segalanya hingga ke bagian ending. Margin - sebuah catatan harian yang dikarang, tetapi meyakinkan!
Odik Teros
Yesno S
Setiap kata yang tertuang di sepanjang plot, menunjukkan bahwa penulis Odik Teros adalah seorang pujangga. Pujangga ini juga memiliki ciri khas dalam menyajikan tulisan, di mana kalimat yang dirangkai, terdengar memiliki intonasi yang mewarnai perjalanan kisah Pak Odik beserta istrinya. Pemilihan tema serta jalannya cerita yang down to earth pun, membuat pesan yang tersirat tetap masuk ke hati pembaca. Bahkan, terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dan terakhir, pesan moral dalam novel ini, mengingatkan pembaca bahwa Urip iku Urup. SEMANGAT!!
Tabu di Tanah Tuba
Ariyanto
Rasa penasaran saya ternyata lebih besar dari ketakutan saya utk membaca novel ini, sehingga akhirnya saya sanggup menyelesaikan proyek membaca Tabu di Tanah Tuba sampai bab terakhir. Ya, di 3 bab pertama, saya memang takut. Atau lebih tepatnya, tak sampai hati membaca kisah pilu bocah-bocah yang tertolak hanya karena mengidap HIV. Namun, tak dipungkiri, mereka memang ada. Nyata. Dan tak pantas diabaikan begitu saja. Baik, tantangan bagi setiap penulis dalam menulis cerita adalah menciptakan tokoh dengan karakter yang kuat. Dalam hal ini, Mas Ariyanto-menurut saya-berhasil membuat Wira menjadi tokoh yang sulit dilupakan. Karakternya begitu menonjol, tetapi tidak berlebihan (seperti halnya manusia, karakter Wira tidak 100% sempurna. Ada sisi kelemahannya). Didukung pula dengan plot cerita yang sederhana, tetapi dibenturkan dengan konflik yang lebih dari sekadar biasa. Over all, ini adalah contoh novel yang menginspirasi. Good luck kak Ariyanto.