Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Braindito
braindito
305 Pengikut
Mengikuti
Radea Muhamad Zulfikar
radeamz
maryam syarif
bintusyarief
bibinnah
binnah
nanda aulia
aulyaya09
devi nur puspitasari
devinur
Binar Bestari
binarpn30
Tiara
tiaralit
Rahma Miranda
nanda1998
Nency
yuna2205
L Mathias Royyan
mathiasroyyan
gamblangmas
masgamblang
KimDokjaf
kimdokjaf
Chintya Yusmawati
chintyay16
rahmatullaharyanih
rahmatullaharyanih
calista ive
vclctnshp
Paul
paulsoemardi
karungg
karungg
Nia
zeniatiur
Serasa Sarasa
divaszain
Azzam
asembeleketehem
21 RASA BAKSO PAK BOWO
tuhu
Punya perut yang kuat? Tidak gampang mual? Sudah terbiasa membaca ulah bermacam-macam psikopat? Kemungkinan besar, novel ini pas buatmu. Tentang Wibowo dan Lusi yang membuka warung mi ayam dan bakso berbahan utama daging manusia.

Latar belakang kedua tokoh protagonisnya (sekaligus antagonis) pelan-pelan dikuak. Wibowo digerakkan oleh dendam masa lalunya, sementara Lusi dipengaruhi oleh bakat skizofrenia. Orang sakit menikah dengan orang sakit, klop!

Beberapa penggambaran pembunuhan dan mutilasinya tergambar eksplisit. Alurnya intens. Pemilihan kata-katanya simpel, sehingga mudah dicerna dan cepat dibaca. Tahu-tahu, ceritanya sudah habis saja.
Mawar Derana, Arum Lara
Anisha Dayu
Mengangkat tema balas dendam, ambisi yang terpendam, dan batin yang lebam, novel ini punya kekuatan emosi, selain juga kedalaman tokoh-tokohnya yang penuh kontradiksi.

Tokoh-tokohnya penuh warna. Aku tertarik dengan karakter Arum. Pusat narasi ada di dia, menurutku. Sosok antihero yang penuh manipulasi, tetapi tidak sepenuhnya bisa kita benci. Ada juga Pieter Adriaansz Vrolijk yang penuh rahasia, juga Rosalie Catharina Boelens yang traumatik.

Buat yang suka dengan drama-drama yang gelap, tokoh-tokoh yang tidak sempurna, dan latar Hindia Belanda, "Mawar Derana, Arum Lara" bisa jadi bacaan yang pas.
Wedding in Pandemic
Tinta Teje
Novel bergenre slice of life ini terasa nuansa Jawa Tengahnya. Isinya seperti melemparku kembali ke masa kelam pandemi beberapa tahun silam. Saat itu, jangankan sebagai mempelai (seperti Teje dan Namira) atau panitia (seperti Paklik Farhan, Bu Farida dan Zaki), aku cuma datang sebagai tamu undangan saja prosedurnya ribet banget! Good job-lah buat penulis. Detail-detail keribetan itu tersampaikan dengan baik di 22 babnya. Meskipun, untuk menjadi novel drama, harusnya alurnya bisa lebih didramatisasi.
Mantikei dan Sang Panglima Rangkong Gading
Foggy FF
Membaca ini, aku rasanya tambah wawasan. Pertama, tentang kosakata-kosakata bahasa Indonesia yang asing (bagiku aja, sih), yang dirangkai dengan lincah. Kedua, tentang hutan Kalimantan. Mantap! Enggak tahu kenapa, tiba-tiba inget novel Kembang Gunung Purei karya mendiang Lan Fang yang juga kental unsur Dayaknya.