Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Yang Muda Yang Meninggal
Suka
Favorit
Bagikan
10. Bagian 10

106. INT. RUANG KELUARGA RUMAH MARSHA - PAGI

Bianca datang membawakan barang-barang Marsha yang ada di apartemennya.

IBU

Bi, makasih loh, udah bantu Ibu kemarin.

BIANCA

Sama-sama, Bu, aku seneng kok bisa bantuin Ibu. Waktu aku kecil kan Ibu yang sering bantuin aku.

Marsha keluar dari kamar dan langsung bergabung.

MARSHA

Udah lengkap semua Bi, tangkyu!

BIANCA

Lo nggak ada kerjaan hari ini?

MARSHA

Ada ntar siang, gue kebagian shift sore.

CUT TO:

107. EXT. MOBIL ASTI - SIANG

Asti sudah parkir, dia mengecek jadwal kuliahnya. Jatah bolosnya sudah habis. Kalau dia bolos lagi hari ini, dia harus mengulang satu mata kuliah itu. Asti menyalakan mobilnya kembali dan tancap gas meninggalkan kampus.

108. EXT. MOBIL BIANCA MELAJU DI JALAN - SIANG

Bianca lagi nyetir sendirian. Ponselnya yang memutar musik berhenti karena ada telepon masuk.

BIANCA

Ya, Pak?

AYAH

Kolega saya mengabari, Asti bolos lagi katanya. Jatah bolos dia udah abis. Dia harus ngulang.

BIANCA

Lalu?

AYAH

Cepat atau lambat, ibunya bakal tahu dan pasti marah besar. Saya minta tolong, tolong temani Asti ya.

BIANCA

Nggak perlu diminta juga saya pasti nemenin dia Pak. Kan emang bukan Bapak Ibunya yang hapus airmata Asti waktu dia nangis.

Bianca menutup telepon itu sepihak.

CUT TO:

109. INT. SINGGASANA - MALAM

Bapak menonton kegiatan Marsha sehari-hari.

BAPAK

Lihat, itulah anakku, si tangguh dan cekatan!

Layar itu menampilkan Marsha yang sedang mendandani salah satu pemain sinetron.

BIDADARI 1

Akhirnya ya, dia bisa juga damai sama Ibunya.

BAPAK

Ya pastilah, mereka ibu dan anak. Konflik sedikit biasa lah. Kebetulan aku mengenal keduanya, aku yakin mereka bakal damai sih.

BIDADARI 2

Kenapa kamu nggak pernah marah Beb? Nilai dia di sekolah kan selalu jelek.

BAPAK

Karena dia selalu jadi orang pertama yang nolongin temen sekolahnya waktu lagi susah. Itu jauh dari cukup daripada angka-angka yang ditulis di atas kertas. Itu yang dia bawa pulang dari sekolah ke rumah, dan aku bangga sama dia.

CUT TO:

110. INT. RUANG TENGAH APARTEMEN BIANCA

Bianca yang lagi asyik nonton film menoleh waktu mendengar ada suara orang masuk. Dia melihat Asti berdiri menenteng koper.

ASTI

Aku mau tinggal di sini.

BIANCA

Lo diusir nyokap?

ASTI

Nggak, aku pergi sebelum diusir.

BIANCA

Oke, lo milih deh mau kamar yang mana.

ASTI

Eh Bi, kamu beneran mau sekolahin aku kan? Kalau iya, aku mau ngajuin cuti kuliah besok.

Bianca langsung berdiri dan menghampiri Asti.

BIANCA

Tenang, gue udah survey dulu kok. Tapi nanti kita harus buka cafe bareng.

ASTI

Iya siap.

CUT TO:

111. INT. KAMAR ORANG TUA ASTI - MALAM

Ayah duduk selonjoran di kasur. Sementara Bunda mondar-mandir sambil pegang HP.

BUNDA

Ayah lihat, kan? Ini nih akibatnya kalau Asti gaul sama anak-anak berandalan!

AYAH

Berandalan siapa, sih? Setahu Ayah teman dekat Asti cuma dua orang kok. Bianca dan Marsha.

BUNDA

Ya mereka-mereka itu.

AYAH

Mereka anak baik, Bunda, nggak boleh seenaknya menghakimi orang.

BUNDA

BAIK APANYA? ASTI SEKARANG UDAH BERANI PERGI DARI RUMAH! NGGAK MUNGKIN DIA BEGITU KALAU NGGAK DIHASUT!

AYAH

Bun, udahlah.. tenang dulu.

BUNDA

TENANG AYAH BILANG? ASTI DIAM-DIAM BOLOS SAMPAI NGGAK BISA IKUT UAS! SEKARANG DIA PERGI DARI RUMAH BAWA KOPER! AYAH MASIH BISA BILANG TENANG?

AYAH

Bunda nggak mikirin kenapa Asti milih buat pergi?

BUNDA

YA APALAGI KALAU BUKAN KARENA ANAK-ANAK RUSAK ITU!

AYAH

Bun, anak-anak rusak itu yang pelukin anak kita waktu dia nangis... karena disakitin Bundanya.

BUNDA

Disakitin Bundanya? Oh, aku jahat, gitu? Kamu tahu, aku tegas sama dia demi masa depan dia! Kamu bilang itu nyakitin?

AYAH

Bunda, Asti nggak pernah mau jadi dokter. Dari kecil, dia suka masak. Dia mau jadi chef. Dan yang kamu perjuangkan itu bukan masa depan dia, tapi obsesi kamu.

BUNDA

Kamu apa-apaan sih? Gimana masa depan dia nanti kalau cuma jadi tukang masak! Berapa banyak orang bakal remehin dia karena pekerjaannya cuma kotor-kotoran di dapur.

Ayah berdiri, dia menghampiri Bunda dan menarik Bunda ke pelukannya.

AYAH

Ayah minta maaf, Bun. Ayah minta maaf karena dulu nggak selalu belain kamu waktu kamu diremehkan keluarga Ayah. Ayah minta maaf karena nggak pasang badan waktu keluarga Ayah membandingkan profesi kamu yang dokter gigi dengan profesi kebanyakan orang di kelaurga Ayah yang semuanya dokter spesialis.

Ayah menghapus airmata di pipi Bunda.

AYAH

Ayah minta maaf. Ayah nggak tahu kalau peristiwa-peristiwa itu membekas begitu dalam buat kamu. Sekarang tolong, tolong bebaskan anak kita dari ambisi kamu. Kejadian di masa lalu itu salah Ayah, bukan Asti.

Bunda memeluk Ayah, tangisnya tumpah di sana.

AYAH

Tolong, biarin Asti menata hidupnya sendiri, ya. Jangan biarin mimpinya mati lagi.

CUT TO:

DUA TAHUN KEMUDIAN

112. EXT. TAMAN AREA RESEPSI - MALAM

Bianca terlihat sibuk mengecek meja-meja untuk tamu. Dia memegang walkie-talkie di tangannya

BIANCA

Asti masuk, Asti masuk

ASTI

Ya, Bi kenapa?

BIANCA

Makanan siap?

ASTI

Siap.

INT. RUANGAN MEMPELAI PEREMPUAN - MALAM

Marsha fokus merias Ibu, adik-adiknya mendampingi di samping kiri-kanan Ibu.

ADIK 1

Wow. Ibu cantik malam ini.

ADIK 2

Kakak Marsha jempol!

Marsha tersenyum kecil sambil tetap merias Ibu. Setelah selesai, Marsha dan Ibu beradu tatap.

IBU

Terima kasih, Kakak.

MARSHA

Terima kasih, Ibu.

113. EXT. TAMAN AREA RESEPSI - MALAM

Tamu-tamu undangan yang jumlahnya nggak sampai 100 sudah duduk di meja yang sudah disediakan. Ayah dan Bunda duduk semeja dengan Abang dan Ade. Papa dan Mama semeja dengan Abang. Bianca sibuk mondari-mandir, memastikan semuanya seperti seharusnya. Begitu juga Asti yang ikut sibuk mengantar hidangan pembuka untuk para tamu. Malam itu, Asti memakai baju putih kebanggaannya.

ADE

Kakak kelihatan keren banget ya, malam ini. Aku baru pertama kali lihat kakak kerja.

Ayah tersenyum kecil, matanya nggak lepas dari Asti. Asti sampai ke meja yang ditempati keluarganya.

ASTI

Selamat malam, silakan dinikmati hidangan pembukanya.

BUNDA

Terima kasih, Chef.

MAS

Ini dijamin enak, kan?

ASTI

Kalau nggak enak yang salah lidahmu, Mas.

Ayah dan Ade mencoba hidangan duluan.

AYAH

Wah, ini sih the best.

ADE

Ade suka yang ini.

ASTI

Saya tinggal dulu ya Bapak, Ibu, Mas, Ade, kalau ada perlu apa-apa... silakan dipendam saja, saya agak sibuk soalnya.

Bunda mencubit lengan Asti, semua yang ada di meja itu tertawa.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar