Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Yang Hilang
Suka
Favorit
Bagikan
7. Bab 7 Hati yang Hangat

 

1. INT. RUMAH MEIRA, RUANG MAKAN - PAGI

Cast: MEIRA, MIA, DEO

 

DEO tampak menutup bibirnya rapat dan menolak untuk makan, sementara MIA terus membujuknya di sebelahnya.

 

MIA

Deo, ayo makan dulu. Nanti kalau Deo makan, kucingnya pasti ke sini lagi.

 

DEO menggeleng dengan bibir cemberut.

 

DEO

Kucingnya pasti nggak mau main ke sini lagi…

 

MIA

Kata siapa? Nanti pasti ke sini lagi, soalnya kucingnya pengen main sama Deo.

 

DEO

(menggeleng tak percaya)

Kucingnya nggak berani ke sini lagi, Kak. Kucingnya takut sama Mama.

 

MEIRA yang sedari tadi hanya diam, mendengus tak percaya. Dia menatap DEO kesal, sementara MIA meringis minta maaf pada MEIRA.

 

MIA

Maaf, Ma…

 

MEIRA mengabaikan itu dan melanjutkan sarapannya.

 

DEO

Makanya Deo nggak mau bilang ke Mama. Kalau Mama tahu, Mama marah, kan… Trus, kucingnya nggak boleh main ke sini lagi.

 

DEO memberengut kecewa. MEIRA menghela napas dan menatap DEO.

 

MEIRA

Nanti aku beliin kucing yang lebih bagus.

 

DEO

(pamer)

Kucingku tadi lucu.

 

MEIRA

Itu bukan kucingmu, Deo.

 

DEO merengut dan memalingkan wajah dari MEIRA.

 

DEO

Gara-gara Mama, kucingku jadi takut…

 

MEIRA kembali menghela napas.

 

MEIRA

Nanti aku beliin kucing itu.

 

DEO kembali menatap MEIRA dengan mata berbinar.

 

DEO

Beneran, Ma? Janji ya, Ma?

 

MEIRA

Iya. Jadi, buruan makan sarapanmu. Habisin semuanya.

 

DEO mengangguk kuat dan akhirnya mau memakan sarapannya. Malah MEIRA yang berhenti makan dan menatap DEO.

 

MEIRA (CONT’D)

Tapi ingat, lain kali kalau kamu berani sembunyi-sembunyi main sama kucing atau makhluk lain, apa pun itu, tanpa sepengetahuanku, aku beneran akan marah.

 

DEO hanya manggut-manggut, tanpa benar-benar mengerti.

 

DEO

Pokoknya, Mama udah janji beliin aku kucing itu, ya?

 

MEIRA menghela napas kesal, tak sabar.

 

MEIRA

Iya, iya! Awas aja kamu nggak habisin makanmu!

(V.O)

Dasar bocah merepotkan!

 

CUT TO:

 

2. EXT. TERAS RUMAH SATYA - PAGI

Cast: MEIRA, MIA, DEO, SATYA

 

MEIRA mengetuk pintu rumah SATYA, sementara MIA dan DEO di kanan-kirinya, menunggu antusias. Pintu terbuka dan muncul SATYA yang tanpa masker. Pria itu menyipitkan mata penuh permusuhan dengan MEIRA. MEIRA tersenyum seramah mungkin.

 

MEIRA

Aku mau beli kucingmu.

 

SATYA menyipitkan mata kesal.

 

SATYA

Aku nggak jual kucing.

 

MEIRA

Jual aja biar urusan kita cepat selesai.

 

SATYA

Nggak akan pernah!

 

MEIRA

(tak sabar)

Jual! Aku beli berapa pun harganya!

 

SATYA sudah akan menutup pintu, tapi MEIRA menyelipkan tangannya. SATYA berusaha mendorong tangan MEIRA ketika terdengar suara kucing mengeong dari dalam rumahnya. DEO tampak bersemangat dan berseru senang.

 

DEO

Wah… Kuciiing!

 

DEO berlari menerobos masuk ke rumah SATYA melewati kaki SATYA. SATYA tampak kebingungan dan MEIRA memanfaatkan itu dan mendorong SATYA minggir.

 

MEIRA

Permisi, aku mau ambil anakku di dalam.

 

MEIRA langsung masuk ke rumah itu, diikuti MIA, sementara SATYA mendesis kesal.

 

CUT TO:

 

3. INT. RUMAH SATYA, RUANG TENGAH - PAGI

Cast: SATYA, MEIRA, MIA, DEO

 

DEO tampak membuka kandang kucing hingga kucingnya keluar. DEO langsung menggendongnya. MIA menegur DEO.

 

MIA

Deo, jangan sembarangan keluarin kucingnya. Kamu harus minta ijin dulu ke Om Satya.

 

DEO menoleh pada SATYA yang baru sampai ke ruang tengah, lalu mendekati SATYA sambil menggendong kucingnya. Seketika, SATYA bersin-bersin dan mundur. Melihat itu, MEIRA langsung menarik MIA dan DEO menjauh dari SATYA.

 

MEIRA

Kamu pasien covid, ya?! Makanya, dari kemarin kamu pakai masker terus, kan?!

 

SATYA menatap MEIRA kesal.

 

SATYA

Aku alergi bulu kucing, tahu!

 

SATYA pergi sebentar, lalu kembali lagi sudah memakai masker. MEIRA melongo menatap pria itu.

 

MEIRA

Kamu alergi kucing, trus kenapa kamu melihara kucing?

 

SATYA

Ya, kasihan kalau dia tinggal di jalanan!

 

Perdebatan MEIRA dan SATYA dipecahkan suara bahagia DEO.

 

DEO

Ma, di sini banyak mainan kucing! Deo mau pindah ke rumah ini aja!

 

DEO lantas bermain dengan kucing dengan mainan bola-bola kecil. MEIRA menoleh pada SATYA.

 

MEIRA

Kalau gitu, aku beli rumahmu sekalian kucingnya.

 

SATYA tampak luar biasa kesal, lalu menarik MEIRA ke pintu depan dan mendorong MEIRA keluar dari rumahnya. MIA melongok melihat itu dan meringis.

 

CUT TO:

 

4. EXT. TERAS RUMAH SATYA - PAGI

Cast: MEIRA, SATYA, MIA

 

MEIRA yang baru didorong keluar berbalik dan menatap SATYA yang tampak emosi.

 

SATYA

Rumah ataupun kucing, nggak ada yang dijual!

 

SATYA membanting pintunya di depan wajah MEIRA. MEIRA mendesis kesal dan sudah akan menggedor pintu, tapi menurunkan tangannya.

 

MEIRA (V.O)

Deo kayaknya masih asyik main sama kucingnya… aku tunggu di sini aja, deh. Paling juga bentar lagi dia mau pulang.

 

MEIRA akhirnya duduk di teras rumah SATYA. Tak lama, MIA keluar dari rumah SATYA.

 

MIA

Ma, aku udah waktunya absen sekolah online, tapi Deo belum mau pulang. Mama tungguin Deo di sini ya, Ma?

 

MEIRA belum menjawab dan MIA sudah buru-buru pergi. MEIRA akhirnya hanya bisa menghela napas dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

 

MEIRA

Emang dasar anak-anak tuh super merepotkan! Aku harus segera dapat pengasuh buat mereka. Kalau nggak, biar Tita aja sekalian! Lagian, dia kan sekarang…

 

Omelan MEIRA berhenti ketika membaca artikel berita tentang toko rotinya.

 

Positif Covid, Sweet May Menutup Seluruh Cabangnya.

 

MEIRA melamun teringat bagaimana dia berjuang dengan toko rotinya.

 

FLASHBACK TO:

 

5. INT. RUMAH MEIRA REMAJA – SIANG [FLASHBACK]

Cast: MEIRA REMAJA, IBU MEIRA

 

MEIRA REMAJA melihat ibunya yang baru pulang dengan keringat membasahi keningnya dan keranjang roti yang terisi sebagian.

 

MEIRA REMAJA

Ibu habis keliling antar roti?

 

IBU MEIRA mengangguk sambil mengusap keringat di pelipisnya.

 

MEIRA REMAJA (CONT’D)

Kok, masih banyak rotinya?

 

IBU MEIRA menatap roti di keranjang.

 

IBU MEIRA

Ini roti sisa yang nggak laku. Belakangan banyak baliknya. Mungkin orang-orang udah bosan, ya?

 

IBU MEIRA kemudian tersenyum pada MEIRA REMAJA. Tatapan MEIRA REMAJA tertuju pada sisa roti di keranjang itu.

 

IBU MEIRA (CONT’D)

Oh iya, kamu tadi gimana ujiannya?

 

MEIRA REMAJA

Nggak gimana-gimana.

 

IBU MEIRA

Kamu udah mikirin, mau kuliah di mana setelah lulus nanti?

 

MEIRA REMAJA menatap roti sisa di keranjang dan menggeleng.

 

MEIRA REMAJA

Aku nggak mau kuliah, Bu.

 

IBU MEIRA menatap MEIRA REMAJA dengan kaget.

 

IBU MEIRA

Kenapa? Kamu takut Ibu nggak bisa biayain kamu?

 

MEIRA REMAJA menatap ibunya penuh tekad.

 

MEIRA REMAJA

Setelah lulus nanti, aku mau kerja di toko roti dan belajar bikin roti, belajar pemasarannya juga, trus aku mau bikin toko roti yang punya banyak cabang.

(beat)

Jadi, nanti bukan aku yang keliling jualan roti, tapi orang-orang yang datang nyari roti buatanku. 

 

IBU MEIRA awalnya tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum.

 

IBU MEIRA

Apa pun yang pengen kamu lakuin, Ibu akan selalu dukung dan doain kamu, Nak.

 

CUT TO:

 

6. MONTAGES

Cast: MEIRA

 

  1. MEIRA tampak kelelahan bikin adonan roti, tapi dia nggak berhenti. Sesekali MEIRA mengelap keringat dengan lengan bajunya.

 

  1. MEIRA tampak dimarahin atasannya, dituding-tuding, adonan dibanting di depan MEIRA.

 

  1. MEIRA menunggu roti yang sedang dioven sampai terkantuk-kantuk, tampak jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi.  

 

CUT TO:

 

7. INT. TOKO ROTI MEIRA - PAGI [FLASHBACK]

Cast: MEIRA, IBU MEIRA

 

MEIRA dan IBU MEIRA berdiri di toko roti MEIRA. IBU MEIRA menatap plang nama Sweet May dengan heran.

 

IBU MEIRA

Mei, kenapa namanya Sweet May?

 

MEIRA

Ibu kenapa kasih aku nama Meira?

 

IBU MEIRA

Karena kamu lahirnya bulan Mei.

 

MEIRA

Ya, sama. Toko ini opening-nya kan bulan Mei.

 

IBU MEIRA tertawa mendengarnya, lalu menepuk pundak MEIRA bangga.

 

IBU MEIRA

Ibu senang, kamu akhirnya bisa wujudin impianmu.

 

MEIRA

Makanya, sekarang Ibu nggak usah jualan roti lagi. Masa Ibu mau saingan sama aku?

 

IBU MEIRA hanya tersenyum geli menanggapinya.

 

CUT TO:

 

8. INT. RUMAH IBU MEIRA - SORE [FLASHBACK]

Cast: MEIRA, IBU MEIRA

 

IBU MEIRA tampak baru pulang dan langsung duduk selonjor di kursi ruang tamu, kelelahan. MEIRA muncul dan kesal melihat ibunya membawa keranjang roti yang masih sisa beberapa.

 

MEIRA

Ibu habis keliling antar roti lagi?

 

IBU MEIRA

Iya, Mei. Alhamdulillah, balikannya cuma dikit.

 

IBU MEIRA tampak senang, tapi MEIRA justru semakin kesal.

 

MEIRA

Ibu tuh, ngapain sih, masih keliling jualan roti?

 

IBU MEIRA

Jangan gitu, Mei. Kasihan langganan Ibu. Mereka nanyain terus kalau Ibu nggak titip roti ke warung sama toko mereka.

 

MEIRA

Ya, itu urusan mereka! Emangnya Ibu dapet apa? Duitnya juga nggak seberapa, kan? Lagian, aku kan udah kasih Ibu duit. Apa duit yang aku kasih kurang? Nanti aku tambahin! Jadi, nggak usah lah, keliling-keliling jual roti kayak gitu!

 

IBU MEIRA tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum sedih.

 

IBU MEIRA

Maaf, ya, kamu pasti malu karena ibu jualan roti keliling gini, tapi…

 

MEIRA

Ah, udahlah! Percuma ngomong sama Ibu, tuh!

 

MEIRA berbalik dan tangannya tampak mengusap matanya, sementara IBU MEIRA hanya bisa menatap MEIRA dengan sedih.

 

CUT TO:

 

9. INT. RUMAH MEIRA - PAGI [FLASHBACK]

Cast: MEIRA, IBU MEIRA

 

IBU MEIRA menatap rumah MEIRA itu dengan mata berbinar bahagia, bangga.

 

IBU MEIRA

Alhamdulillah, Mei, Ibu bangga sama kamu. Kamu akhirnya bisa bikin toko roti dengan banyak cabang, dan sekarang kamu sudah bisa beli rumah bagus gini.

 

MEIRA menoleh pada ibunya.

 

MEIRA

Minggu depan kita pindah ke rumah ini, ya, Bu.

 

IBU MEIRA menatap MEIRA kaget.

 

IBU MEIRA

Sama ibu juga?

 

MEIRA

Iya dong. Lagian, aku beli rumah besar ini kan…

 

IBU MEIRA

(menyela)

Mei, Ibu mau tetap tinggal di rumah Ibu aja. Ibu lebih nyaman di sana.

 

MEIRA mengernyit tak suka menatap ibunya.

 

MEIRA

Kenapa?

 

IBU MEIRA

Ibu nggak mau ngerepotin kamu. Kamu udah berusaha keras selama ini buat ngewujudin impianmu. Kamu nggak perlu repot ngurusin Ibu dan fokus aja sama hidupmu.

 

MEIRA menatap ibunya kesal.

 

MEIRA

Terserah Ibu aja, deh!

 

MEIRA berbalik dan pergi.

 

CUT TO:

 

10.   INT. KORIDOR RUMAH SAKIT, DEPAN KAMAR RAWAT IBU MEIRA - MALAM [FLASHBACK]

Cast: MEIRA, TITA (V.O)

 

MEIRA berlari dari ujung koridor dan berhenti di depan kamar rawat ibunya. MEIRA menarik napas dalam, berusaha mengatur napas. Wajahnya tampak khawatir.

 

TITA (V.O)

Kata tetangga Bu Maya, Bu Maya tiba-tiba pingsan, jadi langsung dibawa ke rumah sakit, Bu.

 

MEIRA memejamkan mata dan menarik napas dalam, tangannya mengusap air mata yang jatuh dari sudut matanya, lalu dia memasang wajah dingin dan masuk ke kamar rawat ibunya. Tampak dari dalam kamar, IBU MEIRA tersenyum pada MEIRA.

 

MEIRA

Ibu tuh, ngerepotin banget, sih! Udah dibilangin nggak usah keliling jualan roti, masih ngeyel, sih!

 

CUT BACK TO:

 

11.   EXT. TERAS RUMAH SATYA - PAGI

Cast: MEIRA, SATYA

 

MEIRA menghela napas dan mengusap sudut matanya yang basah. Ia kembali menatap layar ponsel yang menampakkan artikel Sweet May.

 

MEIRA

Apa yang udah aku kejar selama ini? Pada akhirnya, aku kehilangan semuanya. Tahu gini, harusnya aku nyerah sejak awal aja…

 

MEIRA tersenyum getir. Hingga kemudian tampak SATYA yang sudah berdiri di belakang MEIRA.

 

SATYA

Jangan sembarangan ngomong mau nyerah kalau nggak mau menyesal.

 

MEIRA menoleh kaget, langsung berdiri ketika melihat SATYA.

 

MEIRA

Kamu ngapain di situ? Mata-matain aku, ya?

 

SATYA

Ini rumahku, tahu!

 

MEIRA berdehem, lalu melongok ke dalam rumah.

 

SATYA (CONT’D)

Deo masih asyik main sama kucing di dalam. Jadi, kamu pulang aja. Nanti kalau dia udah puas main, aku antar dia pulang.

 

MEIRA agak kaget mendengar kata-kata SATYA, tapi kemudian malah jadi canggung.

 

MEIRA

O-oh… itu, gitu juga nggak pa-pa.

 

SATYA dan MEIRA masih berdiri di teras sambil saling menatap, MEIRA jadi makin canggung.

 

MEIRA (CONT’D)

Ya udah, kalau gitu.

 

MEIRA langsung berbalik dan pergi begitu saja. SATYA mendengus geli melihat itu.

 

SATYA

Dasar cewek aneh.

(mengerutkan kening heran)

Tapi… aku baru tahu kalau dia punya anak.

 

SATYA masih tampak heran ketika berbalik dan masuk ke rumahnya.

 

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar