Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Yang Hilang
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bab 6 Pengganggu

 

1. INT. RUMAH MEIRA, KAMAR MEIRA - PAGI

Cast: MEIRA, TITA (O.S)

MEIRA seketika terbangun dengan HP menempel di telinganya, ekspresinya kaget dan marah.

MEIRA

SIAPA YANG BERANI-BERANINYA NYEBAR BERITA ITU?!

tita (o.s)

Maaf, Bu. Saya juga belum tahu, tapi beritanya sudah tersiar di media.

MEIRA

ARGHHHH!

MEIRA berteriak kesal dan membanting HP-nya di tempat tidur. MEIRA tampak berpikir.

MEIRA (CONT’D) (V.O)

Aku harus tenang. Oke, pertama, berita tentang baker-ku yang positif covid ini jelas bakal menghancurkan penjualan.

(menarik napas)

Nggak pa-pa, yang terpenting orang-orang nggak tahu kalau aku berusaha nutupi kasus ini. Sekarang, aku harus nutup toko dulu buat sementara.

MEIRA mengambil ponselnya dan menghubungi TITA.

MEIRA (CONT’D)

Cari tahu beritanya bocor dari mana. Pastiin nggak ada yang tahu kalau aku berusaha nutupin masalah itu. Buat sementara, tutup semua toko kita, lakuin tes swab ke semua karyawan dan sediakan tempat isolasi. Dan…

(menarik napas dalam)

Pecat siapa pun yang bocorin masalah itu!

TITA (O.S)

Baik, Bu. Saya akan…

MEIRA menutup telepon tanpa menunggu balasan TITA, lalu dia pergi ke kamar mandi di kamar itu dan terdengar suara teriakan marah MEIRA dari sana.

MEIRA (O.S)

ARGHHH!!!

 

CUT TO:

 

2. INT. RUMAH MEIRA, TANGGA - PAGI

Cast: MEIRA

MEIRA baru saja mandi dan berhasil menenangkan emosinya ketika menuruni tangga dan mendengar suara berisik dari arah dapur.

MEIRA

(menggeram kesal)

Apa lagi sekarang?!

MEIRA bergegas menuruni tangga dan pergi ke dapur.

CUT TO:

 

3. int. rumah meira, dapur - pagi

Cast: MEIRA, MIA, DEO

MEIRA sudah tiba di dapur dan melihat DEO berdiri di depan kulkas, dengan pintu kulkas terbuka dan kotak-kotak makanan beku berserakan di bawahnya. MEIRA kontan melotot marah melihat itu.

MEIRA

Apa-apaan ini?!

(menghampiri DEO)

Kamu ngapain lagi, Deo?!

DEO mundur dengan kedua tangan di balik punggungnya. Lalu, MIA yang baru datang berlari melewati MEIRA dan langsung berlutut di depan DEO, menghadap MEIRA.

MIA

Maaf, Ma…

MEIRA mengernyit, tampak terganggu karena MIA berlutut di depannya.

MEIRA

Jelasin, apa yang terjadi di sini? Deo, kenapa kamu ngacak-ngacak kulkas?

MIA masaih menatap MEIRA was-was dan tidak mau menepi.

MEIRA (CONT’D)

Aku nggak akan mukul dia, jadi suruh dia jawab pertanyaanku.

MIA akhirnya menepi dan menatap DEO.

MIA

Deo, jawab Mama. Kamu ngapain berantakin kulkas? Kamu lapar? Tadi kan, kamu bilang, mau makan bareng Mama.

DEO tak menjawab dan menunduk. MIA mengguncang lengan DEO frustrasi.

MIA (CONT’D)

Deo! Jawab Mama dan jangan bikin Mama marah lagi! Kamu mau ngapain sampai berantakin kulkas?

DEO masih tak mau menjawab. MIA tampak putus asa.

MIA (CONT’D)

Deo, kalau kamu nggak mau jawab, nanti Mama nggak mau lagi tinggal sama kamu.

MEIRA tampak terkejut mendengar itu.

MEIRA (V.O)

Dia ngomong apa, sih? Kapan aku ngomong gitu?

Namun, akhirnya DEO menatap MIA dan memberikan jawaban.

DEO

Kucing…

MEIRA

Apa? Kucing apa?

(V.O)

Boro-boro ngurus kucing, ngurus dua anak aja kepalaku rasanya mau pecah.

DEO

Kucingnya lapar…

MIA

Kucing siapa?

DEO tak menjawab dan menunjuk ke arah luar. MEIRA menghela napas, MIA menatap MEIRA khawatir.

 

MIA (CONT’D)

Maaf, Ma. Biar aku beresin ini…

MEIRA menggeleng dan mengibaskan tangan.

MEIRA

Kalian pergi sana. Aku malas lihat kalian di sini.

MIA mengangguk, lalu buru-buru mengajak DEO pergi. Ketika kedua anak itu melewati MEIRA, MEIRA akhirnya bisa melihat apa yang disembunyikan kedua tangan DEO di balik punggungnya. Tampak beberapa potong sosis digenggam erat tangan kecil itu. MEIRA menghela napas dan geleng-geleng kepala.

MEIRA (CONT’D)

Anak-anak selalu aja merepotkan.

MEIRA lantas membereskan kulkas dan menyiapkan sarapan. MEIRA awalnya hanya mengambil sebutir telur untuk drinya sendiri, tapi kemudian dia mengambul dua butir telur lagi. Begitu pun dengan sosis dan yang lainnya. MEIRA menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga anak-anak.

CUT TO:

 

4. int. rumah meira, ruang tengah - pagi

Cast: MEIRA, DEO (O.S)

MEIRA celingukan mencari DEO dan MIA, tapi mereka tak ada di mana pun. MEIRA membuka pintu kamar mereka, tapi mereka juga tak ada di sana. MEIRA berkacak pinggang kesal.

MEIRA

Ke mana lagi tuh anak-anak? Awas aja kalau mereka bikin masalah lagi.

 

Saat itulah, terdengar suara teriakan DEO dari luar.

DEO (O.S)

Jangan, Om!

MEIRA menoleh kaget ke pintu depan.

MEIRA

Deo?

 

MEIRA langsung panik berlari ke pintu depan.

CUT TO:

 

5. ext. teras rumah meira - pagi

Cast: MEIRA, MIA, DEO, SATYA

MEIRA terkejut melihat tangan DEO dipegangi seorang pria bermasker dengan rambut gondrong, SATYA (35). MEIRA yang panik segera menyambar pot bunga terdekat dari pintu depan dan berlari ke arah SATYA. 

MEIRA

Lepasin anakku!

MEIRA mengayunkan pot ke arah SATYA dan menghantam punggung SATYA. Seketika, SATYA melepaskan DEO dan mundur.

MEIRA (CONT’D)

Dasar Penculik! Berani-beraninya kamu mau nyulik anakku!

MEIRA melemparkan pot ke arah SATYA yang berhasil menghindar. Tapi, MEIRA tidak menyerah dan langsung menjambak rambut gondrong SATYA, membuat SATYA berteriak kesakitan.

SATYA

Arghhh! Aku bukan penculik!

MEIRA

Masih berani ngelak kamu?! Aku lihat sendiri kamu mau bawa anakku!

MEIRA menjambak rambut SATYA semakin keras, sampai MIA menarik tangan MEIRA dengan ekspresi kaget dan panik.

MIA

Ma, Om ini bukan penculik!

DEO

(merengek)

Kucing…

MEIRA, SATYA dan MIA menoleh bersamaan pada DEO yang kemudian menangis keras.

DEO (CONT’D)

Kucingnya lari… Huaaa…

MIA seketika berlutut di samping DEO dan menenangkannya.

MIA

Deo, jangan nangis, ya, nanti kucingnya pasti balik lagi…

DEO

Dia belum makan… huaaa…

Sambil menangis, tangan DEO menunjuk ke lantai teras dan MEIRA akhirnya melihat sosis yang dipotong kecil-kecil tergeletak di lantai.

DEO (CONT’D)

Kuciiing… huaaa…

MEIRA mulai panik, sementara SATYA berusaha membujuk DEO meski rambutnya masih dijambak MEIRA.

SATYA

Nanti Om bawa ke sini lagi kucingnya, cup cup…

MEIRA menoleh pada SATYA ketika merasakan tepukan tangan SATYA di punggung tangannya.

SATYA (CONT’D)

Tapi, ini tolong lepasin dulu, Mbak…

MEIRA tersadar dan segera melepaskan jambakannya. Tapi, MEIRA menatap SATYA tajam.

MEIRA

Kamu siapa? Gimana kamu bisa masuk ke sini? Kamu lompatin pagar rumahku?

SATYA

(menahan kesal)

Aku cuma mau ambil kucingku. Dia selalu kabur ke sini karena anak Mbak kasih dia makan.

MEIRA

(melotot kesal)

Nggak usah sok kenal panggil Mbak segala! Lagian, kamu itu mukanya kayak penculik anak! Mana pakai masker lagi!

SATYA menarik napas dan mengembuskannya perlahan, berusaha sabar.

SATYA

Makanya, sekali-sekali nyapa tetangga. Aku ini tetanggamu, tahu!

MEIRA tampak kaget, lalu menoleh ke rumah sebelah yang terbatas tembok.

MEIRA

Oh… Ya, salah siapa mukanya mencurigakan…

SATYA mendesis kesal, sementara DEO menarik-narik jaket yang dipakai SATYA dan merengek.

DEO

Om… kuciiing…

SATYA

(menghela napas)

Kamu jangan ngasih dia makan terus, dong. Jadinya dia kabur ke sini terus gara-gara kamu.

MEIRA

(tak terima)

Kamu jangan marahin anakku, ya! Udah, bawa aja kucingnya ke sini!

SATYA

(kesal)

Itu kucingku, tahu!

MEIRA

Aku tahu! Makanya, bawa ke sini kucingnya. Aku beli kucing itu!

MEIRA berkacang pinggang kesal. MIA menarik-narik lengan MEIRA dengan ekspresi cemas.

MIA

Ma… biar aku yang ngomong sama omnya, ya?

MEIRA menoleh pada MIA.

MEIRA

Emangnya kenapa? Kamu mau ngomong apa sama dia?

MIA

Habisnya, kalau Mama yang ngomong, Omnya takut…

SATYA

(tak terima)

Siapa yang takut?!

MEIRA

(kesal)

Jangan bentak anakku!

MIA akhirnya berdiri di depan MEIRA dan mengulurkan tangan pada SATYA.

MIA

Om, kenalin, aku Mia.

(menunjuk DEO)

Ini adikku, Deo.

(menoleh pada MEIRA)

Dan ini Mama.

 

SATYA menyambut uluran tangan MIA.

SATYA

Aku Satya, tetangga sebelah rumah.

(menatap MEIRA menantang)

Dan pemilik kucing yang tadi di sini.

MEIRA mendengus sinis, sementara MIA tersenyum ramah.

 

MIA

Jadi, Om, kucing Om itu baru kemarin main ke sini dan dikasih makan sama Deo.

(beat)

Makanya, tolong izinin kucing Om main ke sini lagi, ya? Nggak kita apa-apain kok, kucingnya.

(menoleh pada MEIRA sekilas)

Nggak akan dibeli Mama juga.

MEIRA mendengus pelan dan SATYA tersenyum geli.

SATYA

Untung kamu nggak kayak mamamu.

MEIRA

(melotot galak)

Apa? Jangan sembarangan ngomong kamu ya!

(menoleh pada MIA dan DEO)

Kalian juga jangan sembarangan ngobrol sama orang asing! Kalau diculik gimana?!

 

SATYA

Jangan sembarangan nuduh, ya! Aku bukan penculik!

 

MEIRA

Ya udah, biasa aja kalau bukan.

 

SATYA

Kamu yang dari tadi nuduh seenaknya.

 

MEIRA

Itu karena kamu masuk rumah orang sembarangan!

 

DEO mencebik dan merengek.

DEO

Mama… kuciiing…

MEIRA menghela napas melihat itu, lalu menatap SATYA.

MEIRA

Bawa kucingmu ke sini. Aku akan bayar berapa pun…

SATYA

Kucing itu nggak dijual!

 

MIA kemudian berdiri di antara MEIRA dan SATYA, memelas.

MIA

Om Satya, boleh ya, kita main sama kucing Om?

MEIRA

(melotot kesal pada MIA)

Nanti aku beliin kucing yang lebih bagus! Sekarang, kalian berdua masuk! Jangan pernah lagi ngobrol sama orang ini!

MEIRA menarik MIA dan DEO masuk ke rumah. MEIRA dan SATYA saling menatap penuh permusuhan, lalu MEIRA membanting pintu menutup. SATYA geleng-geleng kepala dan akan pergi, tapi kemudian melihat potongan sosis di lantai teras dan menghela napas berat.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar