Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Toko Tanah Bambang
Suka
Favorit
Bagikan
8. STROKE

FADE IN

69. INT. HOTEL VILLAIN — KAMAR PESERTA — PAGI

Hari ini adalah hari kedua BIMA mengikuti kelas bisnis. Panitia kembali mendatangi ruang tidur peserta dan memberikan pengumuman.

PANITIA/PRIA

Selamat pagi, Bapak/Ibu sekalian. Sudah mandi dan sarapan semuanya ya?


SELURUH PESERTA

Sudaaah..

PANITIA/PRIA 

Sesuai dengan rundown acara, untuk sesi pagi hari ini adalah sesi konsultasi individu. Jadi ini adalah kesempatan berharga untuk Bapak/Ibu mendapatkan arahan langsung dari mentor yang expert di bidangnya. Waktu yang dimiliki masing-masing peserta adalah 30 menit, jadi manfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan menyiapkan list pertanyaan strategis. Urutan konsultasi berdasarkan nomor registrasi ya, nanti akan dipanggil satu persatu oleh mbak Nila.
(Menunjuk NILA yang tak lain adalah si Mahasiswi A)

BIMA 

(Melambaikan tangan ke arah NILA)


MAHASISWI A/NILA

(Tersenyum riang dan membalas sapaan BIMA)


70. INT. RUANG KELAS BISNIS — PAGI

BIMA dan peserta lainnya sedang menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk konsultasi. BIMA tampak sangat bersemangat.

NILA tiba-tiba mendatangi BIMA.

NILA

Maaf, Mas Bima bisa keluar dulu? Ada yang cariin, mas.

BIMA

Eh, tapi ini bentar lagi giliran saya mba, gimana?

NILA

Ngga papa, Mas. Nanti bisa langsung maju aja di urutan selanjutnya. Katanya ini penting banget. Ayo, mas. 
(Berdiri, berjalan ke luar kelas)

BIMA 

(Mengikuti NILA dengan bingung)
Bono bukan sih, Mba? Yang waktu itu ada di toko juga? Kalo dia yang nyari sih ngga penting-penting amat biasanya.


NILA Hanya tersenyum dan dan terus berjalan sampai ke halaman gedung Villain.

Tampak BONO sedang duduk di kursi taman dengan menundukkan wajahnya.

BIMA

(menepuk pundak BONO)
Apa sih Bon? Ganggu aja

BONO

(Menatap wajah BIMA dan menangis)
Pulang Bim, Tante Linda..

BIMA

(Kaget, ekspresinya langsung berubah panik)
Kenapa Bon?

BONO

Langsung pulang aja Bim.
BIMA langsung berlari menuju kamar hotel dan mengambil ranselnya lalu Mengikuti BONO yang setengah berlari menuju parkiran. BIMA masa bodoh dengan konsultasi bisnisnya.


CUT TO:

71. EXT/INT. HALAMAN RUMAH KELUARGA BIMA — TERAS — RUANG TAMU — SIANG

Halaman rumah tampak sangat ramai, ada beberapa kendaraan yang terparkir, dan salah satunya adalah.. mobil BAYU.

BIMA menangis dan berlari masuk rumah, di ruang tamu sudah ada BAYU yang wajahnya sudah merah padam.

BAYU langsung menerjang BIMA dan memukulinya bertubi-tubi. RINA menjerit dan berusaha melereai.

BAYU

(Memukuli BIMA sambil menangis)
ANAK NGGA BERGUNA ! BEBAN ! IDIOT ! 

BIMA

(Diam, tidak melawan)

BAYU

NGGAK BISA KASIH UANG, NGGA BISA JAGAIN IBU ! BISANYA APA, HAH??
HABIS DARIMANA KAU?

BIMA

Ikut kelas bisnis, Mas.

BAYU

(Mendengus kasar)
Cah malesan ngono kok bisnis. Mblegedes.
Kau buka-buka toko daster itu juga paling cuma kedok biar ngga disuruh cari kerja kan? Biar ngga disuruh-suruh bos?
BIAR NGGA CAPE LEMBUUUUR TERUS, REVISI, PULANG MALEM, DIBODOH-BODOHKAN KALAU SALAH KERJANYA???
BEBAS YA KAU DARI TEKANAN ORANG LAIN???
(Mencengkeram kerah baju BIMA dan menangis)

BONO

(Menangis, tidak tega melihat BIMA)

Paklik Hasan (Adik LINDA, 47 tahun) datang melerai.

PAKLIK Hasan

(Menepis tangan BAYU)
Uwis, Yu!.
Iki Kabeh kersane Gusti Allah.
(menatap BIMA)
Rono Bim. Meng kamare ibumu.


BIMA dengan langkah terseok dan wajah babak-belur memasuki kamar Linda, masih menggendong ransel.

LINDA terbaring di atas kasur, wajahnya pucat, matanya lebam, bibirnya miring ke kiri.

BIMA menangis sejadi-jadinya melihat LINDA.

LINDA juga ikut menangis melihat BIMA yang dipukuli kakaknya.

BIMA

Kok bisa gini sih, Ma.. 
Kemarin pas mau berangkat juga nggak kenapa-kenapa.


LINDA

(tidak bisa menjawab, kesulitan menggerakkan mulut)


BIMA

(Kaget, berlari ke RINA)
Mama kenapa mba? Kok ngga bisa ngomong?


RINA

(Menahan tangis)
Stroke, Bim. Semalem jatuh.


BIMA masuk lagi ke kamar LINDA, menangis di tepi ranjang. LINDA menggapai tangan BIMA dan menggenggamnya.


CUT TO:

72. INT. RUMAH KELUARGA BIMA — KAMAR BIMA — MALAM

BIMA termenung di kamar sendirian. Kemudian mengambil mic karaoke LINDA dari dalam ranselnya. BIMA membuka baterainya, ternyata masih bisa dipakai, hanya longgar saja. BIMA menangis lagi. 

BIMA kemudian mengambil hpnya yang masih tertancap di charger. BIMA menemui ada 15 panggilan tak terjawab dari LINDA dan BONO. Lalu membaca beberapa pesan yang LINDA kirimkan.

MAMA:

“Bim, Mama agak pusing. Kayanya tensi Mama naik lagi deh.”

“Bim, kalo pas waktu istirahat bisa pulang sebentar ngga, beliin Mama obat penurun tensi? Udah nggak karuan nih”.

“Bima sayang? Sibuk ya?”

“Bima ...”


BIMA sesenggukan dan merasa sangat bersalah. Masih sambil menangis BIMA juga membaca pesan dari BONO.

BONO:

“Bim, buruan pulang. Tante LINDA pingsan di lantai.”

“Bim, gue panggil ambulance ya?”

“Gue kabarin mas Bayu Bim”

“Lo dimana sih, woi”


Tiba-tiba pintu kamar BIMA terketuk.

BONO

(Dari balik pintu)
Gue boleh masuk ngga, Bim?


BIMA

Masuk Bon.


BONO masuk dan duduk di tepi ranjang. 

BONO

Ngga usah segitunya ngerasa bersalah, Bim.
Kenapa gue bisa kesini dan bawa Tante Linda ke rumah sakit juga karena lu yang nyuruh gue anterin martabak. Coba kalo nggak, gue ngga akan kesini Bim. Dan besar kemungkinan Tante Linda akan lebih parah dari ini.

CUT TO:

72. INT. RUMAH KELUARGA BONO — KAMAR BONO — MALAM.

Bono kesal dan mengacak-acak maskernya, kemudian mengambil jaket dan kunci motor.

CUT TO:

73. EXT/INT. RUMAH KELUARGA BIMA — TERAS — DAPUR — DEPAN KAMAR MANDI — MALAM.

BONO mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Bono langsung masuk dan mencari LINDA. Ruang tamu kosong, dapur kosong, hanya ada telor Ceplok gosong di atas teflon dan spatula yang tergeletak di lantai. Bono panik dan mencari-cari LINDA hingga akhirnya menemukannya di depan pintu kamar mandi dalam kondisi pingsan.

BIMA

(Memeluk BONO)
Makasih Bon..

CUT TO:

74. INT. RUANG TAMU KELUARGA BIMA — PAGI.

BIMA dan BAYU duduk bersama dengan suasana yang sangat kaku.

BAYU meletakkan beberapa lembar kertas tagihan rumah sakit di atas meja.

BIMA menatap BAYU dengan ragu-ragu, kemudian mengambil kertas tagihan tersebut dan membacanya. BIMA membaca rentetan biaya hingga Paling bawah yang dicetak tebal: 17.006.850.

BAYU

Mas ngga bisa kalo harus bayar tagihan itu sendirian. Kemarin mas habis bayar uang masuk sekolah Cila.

BIMA

Ini.. belum dibayar mas?

BAYU

Udah. Sementara mas pinjam uang kantor dulu. Ada tenggat waktu seminggu untuk melunasi itu.

BIMA

(Termenung menatapi angka demi angka yang berderet)

BAYU

Kamu punya waktu sebulan untuk mengumpulkan setengah dari total tagihan.

BIMA

(Kaget)
Delapa...


BAYU

Sembilan juta. Itu belum termasuk biaya rawat jalan dan fisioterapi. Harusnya lebih dari itu.


BIMA

Aku dapet uang darimana, Mas?


BAYU

Aset baju di tokomu kayanya nominalnya lebih dari 9 juta deh.
Mas kasih waktu satu Minggu. Kalau kamu bisa mengumpulkan uang 9juta dalam waktu seminggu, mas dukung kamu untuk buka toko baju. Tapi kalo ngga, kamu jual murah semua aset bajumu, tutup toko, lalu cari pekerjaan.


BAYU meninggalkan BIMA di ruang tamu. BIMA menatap ujung kukunya dan tampak sedang berfikir keras.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar