Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Toko Tanah Bambang
Suka
Favorit
Bagikan
2. Pengusaha vs Karyawan

FADE IN

9. EXT JALANAN MENUJU TOKO – PAGI.

Kondisi jalanan yang padat. Koprades selalu menjadi juara umum dalam memenangkan marka jalan. selip kanan-kiri, klakson berkali-kali dan berhenti tiba-tiba untuk angkut penumpang.


Juara kedua adalah emak-emak yang mengantarkan anak-anak TK berangkat sekolah. Kadang tidak hanya anaknya saja, tapi sekalian angkut anak-anak tetangga, jadilah satu motor untuk 5 orang. Tidak dengan klakson, emak-emak memiliki produksi suara yang lebih menggelegar saat kena senggol kendaraan lain. Padahal, dia sendiri yang keliru menyalakan sein.


Juara ketiga adalah tukang ojek online yang suka balik arah tiba-tiba dan memiliki skill khusus saat di perempatan, yaitu saat hendak lurus dan terjebak lampu merah mereka akan ikut belok kiri jalan terus, kemudian putar balik kanan dan belok kiri lagi. Jadilah dia berhasil untuk menembus jalan lurus tanpa harus lama menunggu lampu merah.


BONO dan BIMA tidak ikut pertandingan. Mereka berkendara dengan kecepatan rata-rata. Penampilan mereka terlihat sangat kasual, menggunakan motor vespa antik yang mengkilap, helm bogo dengan konsep vintage, sepatu sneakers, kaos oblong dan outer. Merasa tampan dan menjadi pusat perhatian dengan mode slowmotion dan estetik.

BIMA (v.o)

Aku BIMA. Anak bungsu kesayangan mamaku.
Karna memang hanya aku satu-satunya anak bungsu di keluarga kami.
Tapi, jika dibandingkan dengan kakakku, Bayu, Sepertinya memang tetep aku juga deh yang paling disayang.



CUT TO:


10. INT. RUMAH KELUARGA BIMA — RUANG TAMU — PAGI.


LINDA

(Videocall dengan Bayu)
Anakku yang paling ngganteng, yang tersayang, mau berangkat kerja ya? udah sarapan?


CUT TO:

11. EXT. DEPAN TOKO TANAH BAMBANG — PAGI

BIMA (v.o)

Aku adalah pengusaha muda yang berjiwa bebas. Merdeka, menjadi tuan yang berdiri di atas kaki sendiri. Dan ini perusahaan kecilku.



Zoom in banner ruko bertuliskan “TOKO TANAH BAMBANG

Tersedia Aneka Pakaian Wanita, harga mulai dari 35.000".



Di bawah banner tampak BIMA dan BONO yang sedang kesusahan membuka pintu toko yang berat dan gancet.

Ibu-ibu penjual bubur bayi di seberang jalan melihat mereka berdua dengan tatapan iba.


INTERCUT TO:

12. INT. BASEMENT - GEDUNG PERUSAHAAN BAYU — PAGI

BIMA (v.o)

Berbeda dengan kakakku, mas Bayu, yang masih saja menjadi budak coorporate ibu kota.



Bayu memarkirkan mobilnya di basement kemudian berjalan dengan percaya diri, dengan style khas karyawan Ibu kota yang berpakaian necis: mengenakan kemeja panjang, celana PDH panjang, tas gendong berisi laptop, nametag yang melingkar di leher dan tangan kanan yang menenteng kopi mahal. Kemudian saat melewati pintu masuk, satpam membukakan pintu dan menyapa ‘Pagi, Mas Bayu’.

INTERCUT TO:

13. INT. TOKO TANAH BAMBANG — PAGI


BIMA (v.o)

Aku bisa mengatur sendiri kapan waktunya aku bekerja Dan kapan waktunya liburan, tanpa menunggu tanggal merah.


BIMA dan BONO membuka karung besar berisi baju-baju baru yang belum digantung.

BONO

Belum setrikaan nih dari sananya, kayaknya malem ini kita bakalan lembur deh.


INTERCUT TO:



14. INT. RUANG KERJA BAYU — PAGI

BAYU selesai mengerjakan tugas laporannya, kemudian ia melirik jarum jam tangannya dan melihat teman-temannya. Dia yang tampak bingung mau ngapain lagi, akhirnya nonton streaming serial anime.

Tiba-tiba datang KEPALA DIVISI menepuk pundaknya dari belakang.

BAYU kaget, tapi tidak menutup layar laptopnya.

KEPALA DIVISI BAYU

(Mengulurkan brosur wisata)
Family Gatering minggu besok ke Anyer, Bay. Ajakin anak-istri ya.

BAYU

(Mengangkat jempolnya)
Oke, Siap laksanakan.

INTERCUT TO:


15. INT. TOKO TANAH BAMBANG — SIANG


BIMA (v.o)

Pengusaha itu bisa makan kapan aja tanpa harus nunggu jam Istirahat.

BIMA merapikan baju yang sudah disetrika dengan malas

BIMA

Makan yuk, Bon. Dah pargoy nih.


BIMA memutar telapak tangannya di atas perutnya, yang artinya cacing di perutnya sudah bergejolak.


BONO

(Dengan muka lelah)
Ntar, nanggung nih. Masih banyak.


INTERCUT TO:


16. INT. PANTRY KANTOR BAYU — PAGI


BAYU bersiul sambil memilah snack apa yang akan ia ambil secara gratis, kemudian menyeduh kopi menggunakan mesin kopi dengan gaya ASMR.

Lalu OB Kantor datang.

OB KANTOR

(dengan suara medok)
Mas Bay, tadi ada titipan makanan dari OnlineSend. saya taruh di meja yaa...


BAYU

Ok, Thanks yaa..


INTERCUT TO:


17. INT. RUANG KERJA BAYU — SORE


BIMA (v.o)
Dan yang jelas, pengusaha bisa mendapatkan penghasilan tak terbatas, dan nggak akan pernah ada tanggal tuanya.



Zoom in kalender di meja kerja Bayu yang menunjukkan bahwa sekarang sudah memasuki tanggal 27 Maret alias tanggal tua.

BAYU Membuka ponselnya, ada notifikasi uang masuk. Kemudian ia melihat sekeliling, teman-temannya terlihat seperti mendapatkan notifikasi yang sama.


KEPALA DIVISI tiba-tiba muncul dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu.


KEPALA DIVISI

Udah dapet notif semua kan?
(Beat)
Itu bonus dari bos, karena penjualan kita minggu ini melesat !!Good joob untuk kalian.



BAYU dan teman lainnya bersorak kegirangan. Suasana riuh dan penuh kegembiraan


INTERCUT TO:


18. EXT. HALAMAN TOKO TANAH BAMBANG — PETANG


BIMA dan BONO selesai menutup pagar dan kemudian menggerak-gerakkan pundak, terlihat kelelahan, tiba-tiba terdengar suara ‘bip.. bip.. bip..’


Keduannya menatap ke arah yang sama. ‘METERAN LISTRIK’.

Kemudian menghela napas panjang.


CUT TO:

19. EXT. PINGGIR JALAN — MALAM


BONO menepikan motor di depan penjual martabak. BIMA segera turun dengan sigap dan memesan martabak manis toping coklat kacang.


BONO

Ngga abis duitmu, Bim?


BIMA

(masih menatap deretan harga martabak)
Yaa, kalo nyenengin orang tua kan nanti rejekinya jadi deres.
(Beat)


Ya nggak bang?
(menoleh ke arah penjual martabak)



PENJUAL MARTABAK

Woo jelas.


(menuang adonan martabak)
Dulu, saya, waktu tinggal berdua aja sama istri,emang lebih santai, tapi rejeki saya segitu-gitu aja. Sehari hari cuma dapat penghasilan pas-pasan.Kadang kalo lagi sepi, cuma bisa bawa pulang 20ribu.
(Beat)
Tapi sejak kami memutuskan untuk merawat mertua saya yang sakit-sakitan hingga akhir hayatnya,rezeki dari Allah semakin tak terbendung. DAHSYAT MAS !


BONO memperhatikan si penjual dari atas sampe bawah, menunjukkan ekspresi tidak percaya karena si Penjual Martabak terlihat masih seperti biasa. Tidak ada dahsyat-dahsyatnya.

BONO


Terus? Dahsyatnya dimana?
(menatap sinis)


PENJUAL MARTABAK tibatiba memencet remote mobil Pajero Sport di seberang jalan, kemudian tersenyum malumalu.

BIMA dan BONO kincep dan menatap mobil Pajero Sport dengan takjub.


BIMA

(Berapi api)
Mantep ya bang. Lonjakan omsetnya sampe berapa persen itu?


PENJUAL MARTABAK

Yaa... ngga melonjak juga mas.


BIMA

Lah terus?



PENJUAL MARTABAK

Hehe. Ya dari Mertua saya itu. Dahsyat kan mas?


BONO

OOOH WARISAN...
(menatap ke arah BIMA)

BIMA tersenyum getir


CUT TO:


20. INT. RUMAH KELUARGA BIMA — RUANG TAMU — MALAM


LINDA sedang menonton sinetron favortinya.


BIMA masuk sambil menenteng keresek berisi martabak.


BIMA

Assalaamualaikum

BIMA meletakkan martabak di meja dekat LINDA kemudian

Menyalami tangannya dan ikut duduk menonton tv.

BIMA (CONT'D)



Masih belum ketemu itu ma, yang kemarin diculik?


LINDA

Waalaaikumussalaam..
Halah, paling artisnya lagi cuti. Jadi dibikin ngilang dulu.


LINDA melihat ke arah martabak, kemudian membuka bungkusnya.

LINDA (CONT'D)


Kamu kalo beliin mama martabak terus, Kapan uangmu kumpul to Biiim...


BIMA

Justru, Bima ini lagi ikhtiar ma, nyenengin mama terus, biar rejekinya makin dahsyat!

BIMA terkekeh mengingat percakapannya tadi dengan penjual Martabak.

BIMA (CONT'D)


Eh, Mama masih suka Martabak kan? Kalo udah bosen bilang aja, biar besok aku bawain yang lain.


LINDA mengambil sepotong martabak yang paling besar.

LINDA


Ya ngga lah, Mama kok bosen sama martabak. Sehari 3x makan martabak juga kuat. Ini tuh makanan yang menurut mama ngga pernah ada bosennya. Kesukaan Papah kamu juga tuh.


LINDA hampir menggigit martabak, tibatiba urung karna

Mendengar teleon berdering.

LINDA (CONT'D)



Dari masmu, Bim.


LINDA segera mengangkat videocall whatsapp dari BAYU dengan tangan kirinya.


LINDA

Assalaamu’alaikum


BAYU

Waalaikumussalaam.. sehat, Bu?


LINDA

Sehat, Alhamdulillah. Kamu sehat nak?


BAYU

Alhamdulillah, bu.

LINDA

Eh, Cila mana?


BAYU

Udah tidur, Bu. Kecapean tadi ada les tambahan.


LINDA

Halah, wong udah pinter kok yo les terus. Jangan terlalu dipaksa untuk sempurna Yu.


BAYU

Cila sendiri yang minta les tambahan loh, Bu.
Kemaren jengkel, katanya nilai Matematika dia ada yang nyaingi.


LINDA

Wooo... Bayu tenan ki. Muirip.
Kamu dulu kan gitu, kalo ada yang nyaingi nilaimu, semaleman kamu akan belajaar terus,ngga bisa diganggu. Kalo diganggu marah.


BAYU

(Terkekeh)


LINDA

Rina udah tidur juga?

BAYU agak lama keluar layar, lalu kembali lagi.

BAYU

Ngga, lagi di kamar mandi.
(Beat)


O Iya, Bayu punya sesuatu buat Ibu.


LINDA

Loh, apa??
(tersenyum sumringah)


BAYU menunjukkan box blender


LINDA meletakkan martabak yang sedari tadi dipegangnya,

karna ingin fokus melihat apa yang dipegang Bayu.



LINDA

(terpekik girang, hingga sedikit meneteskan air mata)
Kamu beliin blender yang Ibu pengin itu, Yu? Alhamdulillah.. anak lanangku.. Terimakasih...



Zoom in potongan martabak yang diletakkan kembali dan belum tergigit sama sekali.

BIMA hanya melihat LINDA yang sedang bahagia dan martabak yang dibelinya secara bergantian. Tampak ada rasa sedih di matanya.


BAYU

Udah makan malam Bu?


LINDA

Ini loh, lagi mau makan martabak, dibeliin Bima. Padahal Ibu dah bilang, nggausah tiap hari beliin Ibu oleh-oleh terus, biar uangnya ditabung.


BIMA terlihat pura-pura tidak mendengar dan masih bermain handphone.


BAYU

Halah, ngga papa kali Bu. Bahkan seharusnya dia bisa lebih dari itu,ngga martabak doang.


LINDA

(Melirik ke arah BIMA, terlihat tidak nyaman)
Ya.. nanti kan ada masanya Yu, adekmu lagi berjuang. Doakan bisa sukses kaya kamu, Ya.
(dengan suara lebih pelan)


BAYU

(dengan suara keras)


Bayu doain biar dia lebih realistis, Bu.
Dia itu mabok kebanyakan nonton cerita pengusaha-pengusaha sukses di luaran sana. Masih belum ngerti dia sama dunia yang sesungguhnya. Dikira gampang apa? Buang buang waktu, coba usaha ini itu, tapi dianya juga masih gitu-gitu aja.
Udah 26 tahun tapi masih jadi beban keluarga ...

LINDA kelabakan mencoba mengecilkan volume handphone.


BIMA bangkit dari tempat duduk.


LINDA

(Menatap Bima canggung)
Loh, Bim. Ini martabaknya belum jadi dimakan?


BIMA

(Berjalan menuju kamar tanpa menoleh lagi)
Besok aja, Ma. Malem ini mau tidur cepet.

LINDA menatap Martabak yang masih utuh dengan raut wajah sendu.


21. INT. RUMAH KELUARGA BIMA — KAMAR BIMA — MALAM


BIMA melepas sepatunya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ditatapnya poster-poster yang ada di kamarnya.

Tatapannya seakan lebih jauh dari sekedar membaca isi poster-poster itu.

BIMA meraih ponselnya dan menelepon BONO.

BIMA

Bon,kayanya toko daster kita ngga ada kemajuan deh.Besok ngga usah berangkat dulu ya.
Daripada ngabisin bensin.

Telpon dimatikan tanpa mendengar jawaban BONO.

BIMA menutup matanya dan terlelap. Bahkan dia sampai lupa belum ganti baju, mandi, dan makan malam.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar