Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
43. INT. DI DALAM BUS — CONTINUOUS
Pak Samudji melihat Tini yang menghadap ke luar jendela, ia menyadari bahwa Tini sedang melihat ke arah iring-iringan jenazah yang ada di jalanan tepi sawah. Pak Samudji tercengang dan kembali menyandarkan kepalanya ke kursi.
44. EXT. TEMPAT PEMAKAMAN UMUM — SIANG
Mbah Putri berjalan di areal pemakaman seorang diri, ia berpapasan dengan TUKANG GALI KUBUR (28) yang tengah melintas sembari membawa cangkul di pundaknya. Tukang gali kubur itu kaki dan tangannya kotor dengan tanah merah yang masih segar. Saat mereka berpapasan, Tukang Gali Kubur menyapa Mbah Putri.
Tukang gali kubur kembali berjalan ke arah Mbah Putri datang, sementara Mbah Putri melanjutkan menyusuri pemakaman ke arah sebaliknya dengan Tukang gali kubur.
Mbah Putri berhenti di makam Bambang sambil berdiri, ia hanya melamun sembari menatapi batu nisan yang terbuat dari kayu itu seorang diri di areal pemakaman yang sepi dan sunyi.
Hembusan angin menerpa anak rambutnya yang terurai sedikit.
Raut wajahnya yang penuh keriput mendongak ke langit.
45. INT. DI DALAM BUS — SIANG
Bus berjalan dengan cepat, Tini masih melamun menghadap ke luar jendela, sampai tiba-tiba suara ban pecah terdengar dari arah luar bus. Bus seketika bergoyang dan bergetar ketika masih berjalan dengan kecepatan lumayan kencang, para penumpang terkejut dan mulai panik. Anak perempuan yang ada di depan Tini terbangun dan menangis sambil memeluk ibunya.
Supir bus berusaha menstabilkan laju bus yang mulai miring dan menekan klakson beberapa kali, Ibu dari anak perempuan itu berusaha menenangkan anaknya dengan memeluk dan mengusap kepalanya. Ayam berkokok dengan tempo cepat, beberapa penumpang komat kamit beristighfar.
46. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — CONTINUOUS
Bus menepi ke kiri secara perlahan, beberapa kendaraan membunyikan klaksonnya dan mulai menghindari bus dengan mengambil lajur kanan sementara ban belakang bus yang pecah bergesekan dengan aspal dan mengeluarkan bunyi desingan.
47. INT. DI DALAM BUS — CONTINUOUS
Bus berhenti total. Reaksi penumpang beragam, ada yang membaca hamdalah, ada yang mengelap keringat di dahi, dan ada yang bersandar di kursi. Tini dan Pak Samudji juga terengahengah sembari menengok ke sekitar dengan ekspresi khawatir sekaligus penasaran.
Supir bus segera keluar dengan terburu-buru bersama Keneknya, sebagian penumpang pria bangkit dari tempat duduk dan mengikuti si Supir keluar.
48. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — CONTINUOUS
Supir dan Keneknya mengamati ban belakang bus yang pecah sembari berjongkok, mereka kemudian meraba-raba ban tersebut dan si Kenek mengecek ban lainnya sembari mengelilingi bus.
Tini dan Pak Samudji turun dari bus dan melihat kerumunan penumpang yang sedang protes ke Supir bus di dekat ban yang pecah. Pak Samudji ikut menghampirinya.
Pak Samudji melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 siang. Ia segera kembali menghampiri Tini
Wajah Pak Samudji terlihat gelisah, penumpang lain juga sama. Sebagian menggerutu. Supir bus memanggil keneknya.
Kenek mengangguk dan segera berlari mengecek bagasi. Pak Samudji kemudian menggulung lengan bajunya dan menghampiri supir yang tengah berjongkok di dekat ban.
Si Kenek kembali dengan membawa ban cadangan, Pak Samudji dan Supir bus kemudian segera mengambil ban tersebut beserta kotak penyimpanan alat-alat perkakas lalu mengganti ban dengan bekerja sama.
Supir mengambil kunci inggris, dan memerintahkan Kenek dan Pak Samudji untuk menahan ban yang akan diganti.
Tini yang hanya bisa mengamati Pak Samudji yang tengah membantu si Supir, tiba-tiba mendengar suara tangisan anak perempuan tadi, ia segera menoleh ke belakang dan melihat anak itu masih menangis di luar bus ditemani ibunya.
Tini lalu berjalan menghampiri anak tersebut, ia menunduk dan mengusap kepala anak perempuan itu.
Tini tersenyum ke anak itu, anak itu melihat wajah Tini dan perlahan mulai berhenti menangis.
49. INT. (FLASHBACK) RUMAH TINI — SIANG
Tini berjalan dengan cepat dari arah pintu menuju kamarnya, Surti menyusul di belakang Tini.
Tini tak menoleh ketika Surti memanggilnya, ia tetap berjalan ke kamarnya dengan wajah cemberut. Surti kembali memanggilnya dengan ekspresi sedih.
50. INT. (FLASHBACK) KAMAR TINI — CONTINUOUS
Tini langsung merebahkan badannya ke kasur, menghadap ke dinding dan tidak mau menatap Surti, Surti masuk ke kamar dan duduk di pinggir ranjang.
Surti mengusap kepala Tini dengan lembut, membelai rambutnya. Tini menahan tangisan.
Tini tak menggubris ucapan Surti, ia tak bisa menahan tangisannya, air matanya mengalir membasahi pipinya. Surti terus membelai rambutnya.
Tini menangis sesengukan, Surti mulai mendekat dan membisikan kata-kata di telinga Tini dengan pelan.
51. INT. (FLASHBACK) RUMAH TINI — MALAM
Lampu semprong menyinari ruangan yang remang-remang, Surti sedang mengemasi baju-bajunya ke dalam sebuah tas jinjing besar yang diletakkan di ruangan tengah. Mbah Putri duduk di kursi samping meja makan dan menatapi Surti.
Surti menjawab sembari terus mengemas pakaiannya
Mbah Putri menghela nafas panjang.
Ekspresi Surti berusaha untuk tetap tegar, ia memalingkan wajahnya sembari mendengar nasihat Mbah Putri
Semua pakaian Surti telah masuk di tas, Surti menutup resleting tas dan menoleh ke arah Mbah Putri
Surti menghampiri Mbah Putri ke tempat duduknya, ia duduk di lesehan di lantai, tepat di samping Mbah Putri.
Surti menghela nafas dan menyandarkan kepalanya di pangkuan ibunya yang mengenakan kain jarik. Mbah Putri mengusap kepala Surti, mereka berdua terdiam sejenak.
Mbah Putri menatapi wajah Surti yang murung, sembari tersenyum
Surti menengadahkan kepalanya menatap wajah Mbah Putri, mereka berdua terdiam, dan suara jangkrik saling bersahutan di keheningan malam.
52. INT. RUANG INTEROGASI — MALAM
Surti menatap pantulan wajahnya di kaca, ia tampak payah, wajahnya kuyu, ia kembali melihat ke arah surat yang ia telah tulis dengan tangan yang gemetar. Matanya mulai memerah ketika menatap kertas yang setengah halamannya telah terisi, ia menggigit bibirnya, lalu mengusap hidungnya yang mulai berair dengan punggung tangannya.
Surti kemudian kembali mengambil pensil dan lanjut menulis.