Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sweet Taste of Demise
Suka
Favorit
Bagikan
6. Meraba Diri - Ivan Sagita (1988)

EXT. MANSION KELUARGA KARIM - TAMAN — SIANG

Layar Gelap.

NANTA (O.S.)

Tya... Aku ajak Tirta juga ya ke acara ultah kamu. Boleh?


CUT TO:


It’s a Dark Day by The Reverend Horton Heat starts playing.

Langit biru, tengah hari. Terlihat matahari dilingkari sebuah halo. Banyak awan melayang di sekitar matahari, namun tidak ada yang berada di dalam lingkaran halo.

Terlihat dari sangat dekat mata TIRTA melirik santai ke kiri-kanan, melihat-lihat. Semak-semak bunga mawar mengelilingi area. ANITYA, NANTA, dan Tirta sedang mendekati orang tua Anitya. Anitya menarik pelan salah satu tangan Nanta, berjalan agak di depan. Tirta berjalan sejajar di sebelah kanan Nanta. Di sekitar terlihat juga beberapa tamu tersebar di taman, berbincang-bincang dan menikmati kudapan. (Semua tamu adalah teman dekat Anitya)

(Anitya menggunakan dress semi-formal motif bunga mawar dan kalung dengan square ring perak menggantung elegan di tulang selangkanya. Rambut Anitya berwarna nyaris putih dengan sedikit rona merah muda masih dalam gaya wolf-cut.

Tirta menggunakan kemeja hitam dengan garis-garis putih (tidak mengancing dua kancing atas), tali pinggang double grommet, ranting celana, dan gelang kawat durinya. Rambut Tirta diikat kebelakang.

Nanta menggunakan long coat gelap, ankle pants abu gelap, dan crew neck abu-abu.)


ANITYA

(menoleh ke Nanta, senyum lebar, gigi terlihat)

Ma, kenalin ini Nanta.


Tangan Anitya memegang cincin di kalung saat mengenalkan Nanta.


ANITYA

(menoleh ke Tirta, senyum lebar, terkulum)

Ini sahabatnya Nanta. Tirta.


BU MALIKA

Oh jadi ini yang namanya Nanta?


BU MALIKA menoleh, menatap ke PAK SAMAD. Pak Samad balas menatap, mengangguk tanpa ekspresi, sebuah konfirmasi.


NANTA

(menyalami Bu Malika)

Iya tante. Kenalin saya Anan Tarika. Nanta.


Tirta ikut bersalam, menyalami Bu Malika juga Pak Samad.


TIRTA

(menyalami Bu Malika, senyum sopan)

Tirta Sarvarudra, Tante.

(menyalami Pak Samad)

Tirta, Om. Salam kenal.


BU MALIKA

(senyum ramah)

Baik-baik yaa sama Anitya.


PAK SAMAD

(serius)

Jaga dia ya Nanta. Saya ga masalah kalau harta habis semua. Asal keluarga saya baik-baik aja.


Nanta dan Tirta saling menatap satu sama lain.


PAK SAMAD

Kalian tau kenapa?


Nanta

Ga tau, Om

TIRTA

Ga tau, Om.


Wajah Pak Samad rileks, senyum lebar mengembang


PAK SAMAD

Karena, harta yang paling berharga adalah...


Tiba-tiba, seorang perempuan dan laki-laki mendekat ke Pak Samad dan Bu Malika, Anitya juga mendekat.


PAK SAMAD

Keluarga!

BU MALIKA

Keluarga!

ANITYA

Keluarga!

DEKA

Keluarga!

ARIYA

Keluarga!


Kelima orang itu tertawa dan tersenyum lebar ke satu sama lain. Ekspresi Tirta dan Nanta setengah bingung, lalu ikut membalas senyum. Nanta dan Tirta kembali menatap satu sama lain, mata mereka ikut tersenyum.


ANITYA

(mengacak-acak rambut Deka)

Kenalin ini adek aku Deka.

(memeluk tangan Ariya )

Ini kakak aku Ariya, dia jarang banget pulang nih.


Nanta dan Tirta bersalaman dengan ARIYA dan DEKA. Mereka bertujuh terlihat berbincang-bincang kecil untuk sementara waktu. Nanta terlihat mengangguk-angguk mendengar Bu Malika dan Pak Samad. Deka berceloteh riang ke Anitya. Tirta dan Ariya terlihat antusias berbincang.


FADE TO:


INT. MANSION KELUARGA KARIM — SORE

ANITYA sedang memberikan tur dalam rumah ke TIRTA, NANTA, dan tiga orang temannya. Mereka melewati lorong-lorong dan ruangan yang pernah Anitya tunjukkan ke Nanta.

Setiap ruangan terhiasi berbagai hiasan berharga. Tirta terlihat menelaah setiap benda-benda itu dengan gelagat santai acuh tak acuh. Nanta tak jarang menangkap lirikan Tirta yang tak berekspresi.


DISSOLVE TO:


Di sepanjang sebuah lorong tak jauh dari area tangga, tertempel banyak foto. Foto-foto anggota keluarga Karim, dalam berbagai ukuran, bersama-sama dan sendiri.

Tirta membaca satu per satu plakat nama dan tahun diambilnya foto, di bawah masing-masing frame.


Pak Samad sedang melempar frisbee.

"SAMAD KARIM (1990)"


Deka di sebuah gym tersenyum melepas handwrap.

"DEKA ANGGA KARIM (2020)"


Nanta juga ikut menelaah foto-foto yang lain.


Bu Malika melewati garis finish marathon.

"MALIKA KARIM (1991)"


Ariya riang di atas panggung acara konser di suatu basement.

"ARIYA KARINA KARIM (2016)"


Anitya bersandar di tembok bunga mawar penuh duri.

"ANITYA LUPITA KARIM (2019)"

DISSOLVE TO:


INT. MANSION KELUARGA KARIM - KAMAR ANITYA — SORE

ANITYA terlihat berdiri dengan dua orang temannya di salah satu rak buku, berbicara, memegang buku East of Eden. NANTA dan TIRTA memutar ruangan melihat-lihat, ekspresi Nanta masih setengah terpukau melihat kamar nuansa mawar ini.

Anitya dan kedua temannya beranjak ke area teras kamar. Nanta dan Tirta ikut mengekor di belakang, namun langkah Nanta berhenti di depan sofa. Matanya menangkap sesuatu.

Tirta terus berjalan, namun berhenti sebelum melewati pintu jendela kaca. Ia berbalik mendekati Nanta dan berhenti di depan sofa yang sama. Matanya juga menangkap sesuatu.

Sebuah brankas kecil di bawah meja. Mata Nanta dan Tirta melekat ke benda itu. Tanpa berkomunikasi, badan mereka berdua refleks duduk bersandar di sofa serempak, tidak mengalihkan pandangan.


ANITYA

Nan. Tir.


NANTA

Iya?

TIRTA

Iya?


Anitya berdiri di pintu mengestur dengan tangan mengajak mereka berdua ikut ke teras. Kepala Tirta dan Nanta menoleh serempak melihat panggilan Anitya.

Mereka bergerak bangun (lagi-lagi) serempak dan berjalan sejajar ke arah teras. Dari dekat terlihat wajah Anitya tersenyum. Kepalanya lalu bergerak setengah menoleh.


CUT TO:


EXT. MANSION KELUARGA KARIM - TAMAN — MALAM

20 api lilin di atas kue dua tingkat bertema bunga mawar terhembus lenyap. Orang-orang yang duduk di meja-meja bertepuk-tangan meriah.

ANITYA tersenyum lebar. Matanya menatap ke arah Nanta yang duduk. TIRTA duduk di sebelah kiri NANTA, ia melirik ke Nanta tanpa menoleh. Seakaan tahu, Nanta balas melirik ke Tirta. Tanpa Nanta dan Tirta ketahui, seluruh anggota keluarga Karim menatap ke arah Nanta saat bertepuk tangan, semua tamu lain menatap ke arah Anitya.


DISSOLVE TO:


INT. ICE SKATING PARK — SIANG

Wajah DUGA, setengah melamun memandang seseorang. ANITYA menoleh ke Duga. Wajah Anitya mendekat melayang, Duga masih melamun.


ANITYA

Sini.


Anitya menawarkan tangannya, Duga menoleh ke tangan itu. Terlihat kaki Anitya dan Duga memakai sepatu Ice Skating.


ANITYA

Ga usah takut jatuh.


Duga menawarkan sebelah tangan dan membiarkan lengannya ditarik oleh Anitya, menyusuri area tengah. Area skating tidak terlihat begitu ramai.

Duga masih terjebak wujud menawan Anitya di matanya. Ia memperhatikan rambut hitam Anitya, ujungnya yang merah muda bergoyang halus membelai tengkuk. Senyum tipis muncul.


DUGA

(lirih, hampir tak terdengar)

Aku udah jatuh dari lama.


Anitya berbalik, menghadap Duga. Duga cepat-cepat mengubah ekspresi menjadi sok tenang. Anitya menggunakan jaket denim biru oversized pudar, rok hitam high waist, dan sebuah kaus hitam merch band lokal yang Duga tidak ingat pernah mendengar di mana. Duga menggunakan pullover hoodie biru gelap.


ANITYA

(mengangkat tangan)

Coba tangannya.


Duga mengangkat sebelah tangan meniru Anitya.

Anitya perlahan-lahan mendekatkan tangannya ke tangan Duga. Sangat perlahan. Mata Duga membuka lebar. Jari-jari lentik Anitya sudah hampir menyentuh jari Duga, terhenti di udara. Sebuah ludah tertelan turun di leher Duga. Ujung jari mereka bersentuhan.

Duga tidak bisa melepaskan pandangan, tangannya kaku. Duga tidak berani melihat mata Anitya. Setelah sekian detik tak bergerak, jari-jari Anitya mulai menyelip ke sela-sela jari Duga. Perlahan. Perlahan. Perlahan. Hingga telapak tangan mereka bertemu, dan jari-jari sepenuhnya bersilangan.

Tangan Anitya berhenti, tidak lagi bergerak. Duga tidak tahu harus berbuat apa, ia semakin tidak berani menatap Anitya. Tangan Anitya terus diam. Menunggu. Duga mengumpulkan keberanian, sebuah ludah kental ia telan.

Duga mengatupkan jarinya dan seakan tahu jari-jari Anitya juga bergerak demikian. Tangan mereka sudah sepenuhnya bertautan.

Duga menatap Anitya. Anitya ternyata sudah menatapnya duluan. Senyum manis mengembang di wajah Anitya. Mata Duga berbinar.

Anitya lalu juga menggengam tangan Duga yang lain, sekarang dua pasang tangan bertautan. Anitya mengarahkan tangan ke dekat pinggang masih saling menggengam.

Tanpa aba-aba, dan sambil terus menatap, Anitya menggerakkan langkahnya di atas es. Maju. Kiri.. Kanan... Mundur. Kanan.. Kiri... Badan Duga hanya menurut, mengikuti Anitya.

Mereka berdua berdansa waltz tanpa kata. Dan pengunjung lain di sana hanya orang-orangan salju semata.


EXT. SEBUAH BUKIT — MALAM

Man You're Wrong by Demob Happy starts playing

Kerlipan sinar bintang terpantulkan di mata DUGA. Desiran suara serangga menemani. Duga sedang melirik ke ANITYA di sampingnya. Mereka berdua bersandar di bagian depan mobil Mida tepat di bawah naungan lampu jalan.

Tangan Anitya di atas kap mobil, menopang badannya, ia fokus ke suatu area di langit, rasi bintang cancer. Duga melirik ke tangan Anitya di dekatnya, lalu melihat ke arah pandang Anitya.

Jari kelingking Duga perlahan mendekati jari Anitya. Mendekat, memanjang, meraih. Dalam satu gerak sigap nan halus, Duga mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Anitya. Anitya menoleh, Duga tidak langsung menoleh. Anitya menatap Duga penuh tanya. Duga menatap Anitya. Anitya menyadari maksud Duga, ia mulai mendekatkan wajahnya ke Duga. Duga mulai mendekatkan wajahnya juga, memenjamkan mata perlahan. Kilasan imaji muncul di kepala Duga. Jari Anitya yang lentik, matanya yang bersih dan memukau, ujung-ujung rambutnya yang tersapu angin, dan bibirnya yang lembut.

Chorus from Man You're Wrong by Demob Happy starts playing

Sebuah tangan memenuhi pandangan Duga. Tangan Anitya.


ANITYA

(tersenyum)

Kecepatan Duga. Tunggu, ga lama lagi ya.

Ekspresi Duga sedikit kaget. Matanya terbuka lebar, mulutnya setengah terbuka. Anitya lanjut melihat langit. Rasi bintang cancer berpendar lemah.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar