Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sri, tok!
Suka
Favorit
Bagikan
4. Kejujuran Bagus di Malam Pertama

Episode 4

Sc. 17 INT. KAMAR BAGUS - MALAM

BAGUS

(Mengetuk pintu kamar mandi) Sri, udah belum mandinya? Saya juga mau membersihkan diri.

SRI

(Segera berdiri dan merapikan hijab) Sampun, Mas ... ini dah mau keluar! (Memejamkan mata kuat. Mulut komat-kamit membaca do’a)

BAGUS

Sri!

SRI

(Buru-buru membuka pintu dan kaget melihat bagus berdiri di depan pintu. Sebelah siku tangannya bersandar pada salah satu sisi) Maaf, sudah membuat Mas menunggu lama. (Menunduk)

BAGUS

(Hanya menatap yang membuat Sri jadi salah tingkah.) Kamu sengaja lama-lama di dalem? Mau ngajak mandi bareng?

SRI

Astagfirullah ... Mas kok bisa mikir gitu? Ndak sama sekali Mas.

BAGUS

(Terkekeh) Becanda, serius amat. Siap-siap gih mau shalat Isya. (Nyelonong masuk ke kamar mandi, tapi sri masih mematung di depannya) kenapa belum keluar? Yakin nggak mau mandi bareng?

Sri cepat-cepat keluar kamar mandi yang membuat Bagus semakin keras tertawa. Setelah Sri keluar Bagus langsung menutup pintunya.

SRI ( O.S)

Mas Bagus apa-apaan sih? Siapa juga yang mau mandi bareng? (Memegang kedua pipi yang bersemu)

Beberapa menit kemudian. Sri sudah bersiap untuk shalat. Bagus keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk yang membuat Sri risih.

BAGUS

Kenapa dengan kamu?

SRI

Ndak, Mas. Saya Cuma belum terbiasa lihat laki-laki tanpa pakaian. (Menunduk dan menutup muka.)

BAGUS

Oh ... Maaf aku lupa kalau udah punya istri. Jadi jamaah shalatnya?

SRI

Nggih.

BAGUS

Tunggu bentar aku pake baju (membuka lemari)

Sri terpekik kecil saat Bagus membuka handuknya yang membuat pria itu geleng kepala sambil tertawa.

BAGUS

Aku udah pake celana, tenang aja. Kayak mau diperkosa.

SRI

(Perlahan membuka wajah dan berusaha bersikap biasa saja.) Ehem! Hem! Maaf, aku reflek Mas.

BAGUS

Ya, Bagus kalau gitu. Berarti kamu tidak terbiasa lihat pria tanpa busana. Kalau kamu ndak kaget malah aku yang kaget. (Memposisikan diri sebagai imam.) Dah, ayo kita mulai shalatnya. (Hening) Allahuakbar!

CUT TO

Sc. 18 INT. RUMAH BAGUS - MALAM

(Ruang Keluarga) Sementara Bagus dan Sri shalat Isya di kamar yang lainnya berkumpul di ruang keluarga. Anin sibuk memainkan ponselnya, begitu juga Flora (P/7) anaknya. Kiki sibuk mengangkat telepon dari berbagai media dengan wajah kesal. Karyo dan Daro sibuk menonton berita di televisi. Nur Fatmawati baru saja keluar untuk bergabung dengan muka yang masih basah bekas air wudhu.

NUR FATMAWATI

(Berhenti di dekat Karyo dan Daro) Kalian berdua sudah shlat Isya, Le?

KARYO DAN DARO

(Menoleh bersamaan kemudian menggeleng)

NUR FATMAWATI

Ya, sudah gek ndang shalat dulu.

Mereka berdua langsung beranjak untuk shalat. Setelahnya Bu Nur Fatmawati mendekati cucunya.

SOUND EFFECT (Aplikasi joget)

NUR FATMAWATI

Kamu itu main apa sih, Nduk? Lha kok joget-joget gitu. Mending dengerin lantunan ayat suci Alquran dari pada musik ndak jelas gitu.

FLORA

Ah, oma nggak gaul. Ini tuh lagi viral oma, temen-temen aku main semua. (Sambil bernyanyi-nyanyi dan bergoyang)

NUR FATMAWATI

(Geleng kepala, prihatin) Gini nih kalau ndak bener ngurus anak.

ANIN (O.S)

(Mendadak menoleh mendengar ucapan mertua) Apa-apaan. Apa Ibu nyindir aku nggak becus ngurus anak?

CUT TO

(Kamar Bagus) Nampak pengantin baru baru selesai menjalankan shalat Isya.

BAGUS

Assalamualaikum warohmatullahi, Assalamualaikum warohmatullahi.

Menoleh ke kanan, lalu ke kiri yang diikuti oleh Sri. Berdo’a sesaat, lalu mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah. Bagus menoleh ke belakang dan menyodorkan tangannya pada Istri.

BAGUS

 (Sambil bersalaman) Sri ....

SRI

Dalem, Mas.

BAGUS

Mulai hari ini kita sudah resmi menjadi suami istri. Jujur, Mas sebenarnya belum siap menerimamu menjadi istri. Bukan apa-apa, maaf sebelumnya. Sebenarnya ... kamu itu bukan type Mas

SRI

(Mengangguk samar, lalu memaksakan diri tersenyum) Saya paham, Mas.

BAGUS

Untuk sementara, biarlah kita jalani apa adanya. Kita sama-sama berusaha mengenali satu sama lain terlebih dahulu. Kamu jalani kewajibanmu sebagai istri dan Mas jalani kewajiban Mas sebagai suami. Jujur, rasanya Mas tidak menyangka kalau kini telah menemukan tulang rusuk. Kamu tau mengapa di sebut tulang rusuk, bukan tulang punggung?

SRI

Ndak tahu, Mas.

BAGUS (COND’T)

Karena tulang rusuk dekat dengan hati, sehingga istri harus sering didampingi, diingatkan dan diperhatikan, bukan tulang punggung untuk menanggung semua beban. Meskipun belum ada rasa cinta dan kasih sayang diantara kita, tapi aku akan tetap menjadi imam yang baik untukmu. Kamu berhak mendapatkannya Sri, karena kini kamu itu sudah resmi menjadi makmumku. Maaf karena aku sempat ...

SRI

Mas saya ndak apa-apa. Mas ndak perlu minta maaf (Masih menunduk dalam)

BAGUS

Terima kasih ya. Sekarang ... kamu boleh turun lebih dulu. Bersosialisasi lah yang baik dengan keluarga besarku. Keluarga barumu.

SRI

Nggih, Mas. (Berdiri sambil melepas mukena dan merapikan tempat, lalu turun ke bawah)

Setelah Sri berlalu Bagus memilih duduk di kursi kerja untuk melanjutkan pekerjaan kantor yang tertunda.

CUT TO

Sc, 18 INT. RUMAH BAGUS-RUANG MAKAN - PAGI

Semua orang sudah duduk di kursi meja makan kecuali Bagus. Nampak Sri sedang sibuk menyiapkan sarapan, sementara Mbak Anin dan Kiki asik dengn ponselnya. Ibu yang melihat semua itu menggelengkan kepala.

NUR FATMAWATI

Bangun jam berapa kamu tadi, Nduk? (Semua menoleh, tapi tatapan Ibu tertuju pada Anin)

Anin.

Saya, Bu? Saya ... Bangun jam 7.

NUR FATMAWATI

Ndak, shalat subuh? ( Menatap tajam)

Karyo yang mendengar pertanyaan ibunya langsung mengalihkan pembicaraan. Sementara Anin hanya diam, kembali memainkan ponselnya.

KARYO

Bu, itukan tentang kepribadiannya. Nggak perlulah ditanya-tanya gitu.

NUR FATMAWATI

Ibu tanya dia, bukan kamu! (Melotot)

Dengan wajah kesal Karyo kembali meminum segelas kopi susu dihadapannya.

NUR FATMAWATI

(Beralih menatap Kiki) Kalau kamu Nduk, bangun berapa?

Kiki

Jam 3 subuh, Bu. Aku langsung shalat. (Menjawab penuh percaya diri)

Nampak Mbok Jur beberapa kali menyikut Sri yang sedang menggoreng gemblong. Wanita peruh baya itu menahan tawa mendengar menuturan Kiki.

NUR FATMAWATI

(Langsung menatap Daro yang sinis) Apa kamu juga bangun jam 3 subuh, Le? Buat shalat berjamaah bersama istrimu.

KIKI

Jelas dong, Bu. Iyakan, Mas?

DARO

Ehh, iya, Bu. Kami shalat tahajjud dulu. (Menatap Kiki memberi kode dengan tatapan mata)

KIKI

Ahhh Iya. Maksud aku shalat tahajjud dulu, baru shalat subuh. (Gugup)

NUR FATMAWATI

Nduk, udah masak gemblongnya? (Mengacuhkan jawaban Kiki, menoleh ke arah Sri)

SRI

Bentar lagi, Bu ...

Bagus turun sudah rapi dengan menggendong ransel di punggung.

BAGUS

Pagi semuanya (Tersenyum, lalu duduk)

NUR FATMAWATI

Kenapa, Le. Kok terlambat turunnya?

BAGUS

Ada kerjaan dikit, Bu.

Nur Fatmawati hanya mengangguk. Sri mengangkat gemblong dan menyusunkan di meja makan, kemudian duduk bersebelahan dengan Mbok Jur.

KIKI

Cocok banget jadi pembantu (Ucapnya lirih sambil mengambil roti dan mengolesnya dengan selai nanas)

ANIN

SrI, tolong dong ambilin roti!

SRI

(Hanya menatap. Karena roti berada tepat di hadapan Anin dan jauh dari jangkauan tangannya) Boleh, Mbak, tapi posisi rotinya lebih deket sama Mbak.

ANIN

Mau nolongin, nggak? (Suara sedikit meninggi)

SRI

(Menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara perlahan) Baik, Mbak.

Sri baru saja akan beranjak dari duduknya, tapi suara Bagus menghentikannya.

BAGUS

Duduk! Aku suamimu. Tidak ada yang berhak memerintahmu selain aku atau Ibu. (Menunduk dengan muka merah)

SRI

Tapi, mas ....

BAGUS

Aku bilang duduk ya duduk. (Bicara penuh penekanan sambil menatap tajam)

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar