Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Episode 3
Sc. 14 INT. RUMAH BAGUS/ RUANG KELUARGA
Bagus duduk memegang kepala dengan kedua tangan. Sedangkan Sri duduk di sisi Nur Fatmawati nampak ketakutan.
BAGUS
(Melepas tangan dari kepala dan menatap Ibunya) Bu, ndak bisa begini. Aku berhak memilih calon istriku sendiri. Ayolah ... (Memelas).
NUR FATMAWATI
Ibu paham ini berat buatmu, Le. Tapi percyalah Sri pasti bisa jadi istri yang baik untukmu kelak. (Menoleh ke arah Sri, memegang tangannya) Nduk, kamu tahu? Ibumu itu sangat berjasa sama Ibu ini. Dulu, saat remaja ...
CUT TO FLASH BACK
(Bayangan masa lalu Nur Fatmawati dan Halimah)
NUR FATMAWATI (O.S)
Saat remaja kami sangat dekat. Ke manapun kami selalu bedua. Ibumu itu sabar dan pengertian banget, Nduk. Hingga suatu ketika saya membutuhkan donor ginjal karena penyakit yang saya derita. Hal yang tak pernah saya duga, ibumu dengan suka rela mendonorkan miliknya untuk saya (Terisak). Kemudian kami terpisah saat ibumu pindah ke Jawa Timur dan saya menikah. Belum sempat saya mengucapkan banyak terima kasih dan membalas jasanya kini ibumu sudah berpulang.
FLASH BACK CUT TO
SRI
Ibu ... saya yakin ibu saya melakukannya tidak berharap balasan. Beliau hanya ingin membantu orang-orang yang ia sayang dan melihatnya kembali sehat. Jadi, Ibu tidak perlu merasa seperti itu, ya ...
NUR FATMAWATI
Tetap saja, Nduk. Tetap saja itu adalah hutang budi saya terhadap ibumu. Kalau tidak ada ibumu entah bagaimana hidup saya sekarang. (Menoleh ke arah Bagus) Ibu paham ini berat untukmu, Le. Ibu paham ... tapi kalau tidak ada ibunya Sri saat itu mungkin ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini. (Menangis)
SRI
Ibu ... sudah. Ndak usah nangis lagi. Jangan dipikirkan masalah itu. ibu sudah mau menampung saya di sini saja saya sudah sangat berterima kasih.
NUR FATMAWATI
Baru kali ini Ibu meminta sesuatu padamu, Le ... apa pernah selama ini Ibu meminta ini dan itu?
BAGUS
Bagus sangat berterima kasih untuk jasa yang sudah dilakukan Ibunya Sri kepada Ibu. Tapi, ndak bisa gini loh, Bu. Mosok aku harus menikah sama gadis ... ini?(Menatap Sri dengan tatapan risih). Apa kata dunia, Bu?
Sri memperhatikan dirinya sendiri, lalu secara diam-diam mencium aroma tubuhnya sendiri.
SRI (V.O)
Apa aku terlalu memalukan jika dijadikan istri? (Bertatapan dengan Bagus, lalu mengalihkan pandangan) sepertinya dia memang terlalu sempurna untukku. (Menelan ludah)
NUR FATMAWATI
Apa Ibu pernah mengajarkanmu melihat orang lain hanya dari sisi luar dan penampilanya saja? (Menghapus air mata dan melotot pada anaknya)
BAGUS
Ndak pernah.
NUR FATMAWATI
Di mata Tuhan kita itu sama, Le. Kamu, Ibu dan semua orang akan kembali ke dalam tanah. Ditanam di sana sampai jadi bangkai dan tulang belulang suatu saat nanti. Derajat kita itu sama di mata Gusti Allah. Hanya amalan yang membedakannya. Ibu ndak suka ya kamu sombong seperti itu. (Menatap tajam anaknya.)
BAGUS
Nyuwun Sewu, Bu. Maksud Bagus ndak seperti itu ... (Berusaha menenangkan dan berpindah duduk mendekati ibunya) jadi begini, Ibu sabar dulu, dengar dulu baik-baik penjelasan ini.
NUR FATMAWATI
Penjelasan opo? ( Sedikit Membentak)
BAGUS
Gini loh, Bu. (Memegang tangan Ibunya)
INTER CUT
BAGUS (O.S)
(Tayangan tentang Anin P/33). Coba kita lihat Mbak Anin istrinya Mas Karyo. Dia salah satu direktur di salah satu perusahaan kosmetik. Cantik, populer, berwibawa.
(Tayangan tentang Kiki, P/ 27) Mbak Kiki. Siapa yang tidak kenal Mbak Kiki sih, Bu. Presenter ternama di salah satu infotainment gosip di televisi. Cantik, sikapnya lembut, wangi, dan jangan ditanyalah soal penampilan.
Terus, aku? (Bayangan tentang Sri) Sejak dia datang saja aku lihat penampilannya tuh nggak banget. Mulai dari pakaian dan yang lainnya.
SOUND KASET KUSUT
BACK TO
BAGUS
Bu, Masa aku cuma menikah sama wanita seperti ini, sih, Bu? (Menatap Sri, risih)
NUR FATMAWATI
Memangnya kenapa sama Sri?
BAGUS
Dari namanya aja aneh, Bu. Waktu aku tanya namanya dia jawab Sri, tok! Nanti kalau para karyawan nanya : Siapa Den nama istrinya? Masak aku jawab Sri ... tok! Ya ampun, Bu. Isinn!!
NUR FATWATI
Lah, emangnya kenapa kalau namanya Sri, tok? Ada yang salah? Nanti kalau karyawanmu ada yang tanya bilang aja, Sri saja, nggak pake nama panjang! (Ketus)
SRI
Ibu sudahlah, saya ndak apa-apa, Bu. Mas Bagus bener, saya memang ndak pantes sama dia.
BAGUS
Tuh, Sri aja ndak keberatan kok, Bu.
NUR FATMAWATI
(Melepas tangan Bagus) Sekarang Ibu tanya sama kamu waktu Masmu Karyo maupun Daro sakit siapa yang ngurus?
BAGUS
(Berpikir lama) Mbok, Jur ...
NUR FATMAWATI
Lha terus gunanya dua kakak iparmu itu buat apa? Kalau yang ngurus suaminya selalu orang lain?! Ndak ada gunanya cantik, wangi dan populer itu kalau ndak bisa jadi istri yang baik. Kebahagiaan seorang suami ndak bisa diukur dari hal semacam itu, Le. Coba sekarang kamu pikirkan, selama ibu berumah tangga sama Bapak, pernah Ibu meninggikan suara Ibu di depannya?(Menggeleng lemah) ndak pernah! Catet! Terus kamu lihat kalau kedua kakak iparmu lagi nginep di sini. Bagaimana perlakuan mereka pada suaminya? Udah kayak singa yang mau nerkam suami sendiri.
Bagus terdiam, lalu mengembuskan napas berat.
BAGUS
(Menoleh ke arah Sri) Umurmu berapa?
SRI
Kalih Doso, Mas ... (20 tahun)
CUT TO
FADE OUT/FADE IN
Sc. 15 INT. MASJID AGUNG - PAGI MENJELANG SIANG
Semua sanak saudara dan keluarga sudah berkumpul di dalam masjid. Sri dan Bagus mengenakan pakaian khas Jawa berwarna putih duduk di hadapan penghulu. Wali hakim sudah siap menikahkan mereka.
Sesekali dua wanita cantik saling berbisik diantara yang lainnya. Seorang anak kecil sibuk memainkan ponsel di dekat mereka.
ANIN
Calonnya Bagus, gimana menurutmu?
KIKI
Biasa aja. Agak kampungan ya, Mbak. (Sesekali membenahi sanggul)
ANIN
Kamu mau punya keluarga gitu?
KIKI
Ndak maulah. Tapi mau gimana lagi? Pernikahan ini aja mendadak kan? Nggak ngundang wartawan juga. Jangan-jangan (Lebih mendekat ke telinga Anin) itu wanita sudah hamil duluan.
ANIN
(Wajah kaget) Kamu ada benernya juga. Ndak mungkin seorang Bagus Cahyo Purnomo mau sama perempuan kek begitu. Mana asal usulnya ndak jelas. Mosok satu pun keluarga ndak punya.
Mereka langsung diam saat pembawa acara mengatakan bahwa acara akan segera dimulai. Karyo dan Daro duduk di depan ikut menjadi saksi pernikahan adik bungsunya. Nur Fatmawati yang duduk tak jauh dari pengantin tersenyum bahagia. Acara ijab kabul berjalan dengan khusuk dan lancar. Setelahnya sesi pemotretan.
FOTOGRAFER
Bisa lebih deketan dikit duduknya? (Memberi arahan bersiap membidik camera)
BAGUS DAN SRI bergeser sedikit agak mendekat satu sama lain, tapi jarak mereka masih dua meter)
FOTOGRAFER
Masih kurang deket! (Tangan memberi isyarat)
BAGUS DAN SRI(Bergerser sedikit lagi)
Fotografer menarik napas panjang, lalu meninggalkan kameranya untuk mendekati pengantin. Ia meminta dua sejoli itu lebih berdekatan lagi. Sri dan Bagus akhirnya mau duduk berdampingan. Fotografer kembali ke tempat semula.
FOTOGRAFER
Buku nikahnya tunjukin di depan dada sambil senyum lebar! Ayo, siap ... tiga, dua, satu!
KAMERA (O.S)
(Pengantin dengan terpaksa tersenyum sambil menunjukkan buku nikah ke kamera) CEKREK!!
CUT TO
Sc. 16 INT. RUMAH BAGUS - MALAM
(Kamar) Sri duduk di ujung ranjang menghadap pintu yang terbuka masih memakai pakaian pengantin. Bagus memasuki kamar. Melepas peci dan meletakkan ke nakas.
BAGUS
Mandi sana! Kok malah duduk melamun.
SRI
Nggih, Mas. (Langsung berjalan cepat ke kamar mandi) Ahh, lupa bawa baju! (Tepuk kening. Keluar kamar mandi menuju lemari. Kembali ke kamar mandi setelah ambil handuk dan baju)
BAGUS
Ih, apaan sih? Repot banget (Berkata lirih sambil memperhatikan tingkah laku Sri, kemudian mengempaskan tubuh ke ranjang.
SOUND DERING PONSEL.
Bagus menoleh ke nakas dan mengambil ponselnya. Mengerutkan kening karena nomor tidak dikenal tertera di layar, lalu mengangkatnya.
BAGUS
Ya, halo. Assalamu’alaikum ...
INTERCUT
PEGAWAI MINI MARKET
Wa’alaikumsalam, Pak. Saya dari mini market di mana saat itu Bapak kejambretan.
BAGUS
Oh, dari mini market yang di Jawa Timur, ya?
PEGAWAI MINI MARKET
Iya, Pak. Jadi vidionya sudah bisa dilihat.
BAGUS
(Segera duduk) Jadi vidio penjambretan waktu itu udah bisa dilihat?
(Dalam kamar mandi) Sri nampak kaget karena mendengar suara Bagus menelepon (Beat) ia yang baru selesai mandi dan sudah memakai pakaian lengkap segera menempelkan telinga ke pintu.
BAGUS
Baik, besok saya ke sana. Terima kasih infonya, ya. Assalamu’alaikum.
Meletakkan ponsel ke nakas dan berbaring lagi. Sri yang ada di dalam kamar mandi khawatir dan cemas. Ia hanya mondar-mandir di sana tidak berani keluar.
SRI (V.O)
(Dalam kamar mandi) ya Allah bagaimana ini? (Mondar-mandir cemas) baru juga menikah. Apa kami harus berpisah secepat ini?(gigit kuku tangan, cemas) ya Allah, bukannya aku sudah berjanji akan mengembalikan dompet beserta isinya suatu hari nanti? Ah, Lindungi hamba ya Allah ... (Berjongkok sambil menyembunyikan wajah di antara lengan)
CUT TO