Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sri, tok!
Suka
Favorit
Bagikan
2. Rencana Perjodohan

EPISODE 2

Sc. 8 EXT/INT. HALAMAN RUMAH BAGUS - PAGI/SIANG

SRI

(Mencoba bersikap biasa saja, bicara tergagap) Ja ... jadi, Mas Bagus, bolehkah saya bertemu dengan Bude Nur Fatmawati? (Memeluk kantung kresek berisi pakaian dan barang-barang sambil menunduk dalam)

BAGUS

Kalau boleh tahu ada perlu apa sama Ibu saya?

SRI

Sa ... saya, hanya ingin menyampaikan amanat dari almarhumah Ibu saya.

BAGUS

Almarhumah Ibu Halimah?

SRI

(Langsung mendongak, kaget) Loh kok Mas bisa tahu nama Ibu saya?

BAGUS

Kamu sendiri tadi yang bilang.

SRI

(Menyeringai) Oh, maaf lupa (Memaksakan diri tertawa)

BAGUS

(Hanya menatap tanpa exspresi) Oke, tunggu. Aku panggilkan Ibu. (Hendak pergi, tapi berbalik lagi) Oh, iya nama kamu siapa?

SRI

Sri, Mas.

BAGUS

Sri? Okey, nama kepanjangannya?

SRI

Em... Sri, tok! Mas ...

BAGUS

(Exspresi wajah heran) Sri, tok?

SRI

Emm ... (Mengangguk sambil bergumam)

BAGUS

Namamu aja aneh, banget.

SRI

Dari sononya, Mas.

Bagus langsung berlalu pergi meninggalkan Sri menuju ke dalam untuk memanggil ibunya. Sri berbalik dan membelakangi pintu.

SRI (V.O)

Semoga Bude Nur percaya padaku. Amin! (Menyemangati diri sendiri) Eh, tapi bagaimana dengan pria itu? Bagaimana kalau dia tahu aku adalah si pencopet dompetnya? (Bahunya lemas, semangatnya yang tadi datang tiba-tiba menghilang)

CUT TO

INT. RUANG MAKAN

Bagus Berjalan mendekati ibunya yang sedang merangkai bunga di meja makan, kemudian memeluk lehernya dari belakang

BAGUS

Bunganya cantik, sama kayak yang merangkai.

NUR FATMAWATI

(P/60) Dih, kamu itu ya, iso wae buat ibumu yang udah tua ini kembali muda. Udah bangun to, Le? Ibu lihat tadi kamu pules banget tidur di ruang tamu. Gimana, udah kelar mengurus semuanya? (Masih sibuk merangkai bunga)

BAGUS

(Melepas pelukan dan duduk di samping Ibu) Tinggal dikit lagi, aku minta tolong si Ani urus sisanya, Bu. Eh, ada orang cari Ibu loh di depan.

NUR FATMAWATI

Mosok? Siapa? (Menghentikan aktifitas dan menoleh ke arah anaknya)

Bagus hanya Mengangkat kedua bahu sesaat, dengan wajah memberi isyarat tidak tahu. Kemudian mereka menuju ruang tamu.

NUR FATMAWATI

(Sampai di depan pintu bersama Bagus, lalu mengamati sesaat sosok gadis yang berdiri membelakangi mereka) Ada apa ya, Nduk?

SRI

(Langsung berbalik dan menyalami tangan Nur Fatmawati) Salam kenal, Bude. Kulo putrane Bu Halimah. (Mengeluarkan amplop coklat dari dalam kantung, lalu mengulurkannya pada sahabat sang Ibu) Meniko titipan Ibu kangge njenengan. (Menunduk sopan)

NUR FATMAWATI, BAGUS

(Saling pandang)

BAGUS

Dilihat dulu saja, Bu. (Berbisik)

NUR FATMAWATI

(Menerima amplop dan membacanya. Ekor matanya berpindah cepat ke kiri dan kanan) Jadi Halimah, sudah meninggal? (Mata berkaca-kaca)

SRI

(Hanya mengangguk dengan wajah sedih)

NUR FATMAWATI

Innalillahiwainnailaihi rojiun ... (Mendekati Sri dengan wajah sedih sambil hendak memeluk) Rene, Nduk! Aku pengganti ibumu ...

Sri mendekat, kemudian memeluk Nur Fatmawati. Mereka berpelukan seraya menangis.

BAGUS

(Menepuk-nepuk bahu ibunya) Yang sabar yang sabar ...

FADE OUT/FADE IN

FLASH BACK

Sc. 09 INT. KAMAR RUMAH SAKIT - MALAM

(6 tahun yang lalu) Semua keluarga Purnomo berkumpul di ruang kamar rumah sakit. Bagus, Karyo dan Daro juga Bu Fatmawati, sedangkan Pak Purnomo terbaring lemah menggunakan alat bantu pernapasan.

PAK PURNOMO

Bapak merasa umur Bapak ndak lama lagi. (Bicara sangat pelan, dengan wajah pucat)

NUR FATMAWATI

Bapak, ndak boleh bilang gitu. Kita ihtiar, Bapak harus sembuh. (Menangis, duduk di sisi ranjang)

BAGUS

Pak, jangan khawatir. Kami semua sudah dewasa, kami pasti bisa menjaga Ibu. Bapak, fokus sama kesehatan Bapak saja. (Memijat kaki Pak Purnomo)

KARYO

Apa yang dikatakan Bagus benar, Pak. Bapak fokus jaga kesehatan saja. (Berdiri di sisi ibunya)

DARO

(Jalan mendekat, lalu memegang pundak Pak Purnomo) Sembuh ya, Pak.

PAK PURNOMO

(Tersenyum) Alhamdulillah, anak Bapak sudah dewasa semua. Terima kasih selama ini sudah merawat Bapak dengan sangat ... baik. (Menatap anaknya satu-satu). Bapak punya usaha properti, penginapan dan tekstil. Kalian semua pasti sudah paham akan itu. Tentunya, Bapak ingin kalian semua yang meneruskan usaha itu supaya tidak perlu bekerja di luaran. Jadi ... siapa di antara kalian yang mau meneruskan usaha properti Bapak? (Beat.)

KARYO

Saya, Pak. Kebetulan saya sering bantu Bapak di sana, jadi sedikit banyak saya sudah paham mengenai bisnis ini.

PAK PURNOMO

Baik, kalau begitu usaha properti ini Bapak percayakan sama kamu ya, Le. Terima kasih. Sekarang, yang mau mengelola usaha tekstil punya Bapak siapa?

DARO

Saya, Pak. InshaAllah saya bisa memajukan usaha ini.

PAK PURNOMO

Terima kasih ya, Ro. Jadi usaha ini Bapak percayakan padamu. (Menoleh ke arah Bagus) Gus ... (Melambaikan tangan, memberi isyarat supaya Bagus lebih mendekat)

BAGUS

(Jalan mendekat) Nggih, Pak?

PAK PURNOMO

Tolong tinggalkan kami berdua, Bapak ingin bicara sama Bagus empat mata.

Semua meninggalkan Pak Purnomo dan Bagus di ruangan. Bagus duduk di kursi dekat ranjang.

BAGUS

(Memegang tangan Pak Purnomo) Ada apa, Pak?

PAK PURNOMO

Bapak tahu, kamu pasti orangnya. Kamu yang tidak peduli dengan harta benda yang Bapak punya. Kamu harapan Bapak satu-satunya, Gus. Maafkan Bapak karena kamu kebagian usaha penginapan. Usaha yang jalan di tempat, yang paling buruk di antara usaha yang lainnya.

BAGUS

Bapak, jangan pikirkan itu. Bagus nggak mau semua itu, Pak. Yang penting Bapak dan Ibu sehat. Bisa selalu ada di samping Bagus dalam keadaan susah atau pun senang. Bapak sehat, ya! (Mencium tangan Pak Purnomo penuh rasa haru)

PAK PURNOMO

Bapak titip Ibu ...

BAGUS

Bapak ... (Menangis, masih menunduk mencium tangan Pak Purnomo) jangan bilang gitu. Bapak ndak akan ke mana-mana, Bapak akan selalu sama-sama kita di sini.

Setelah cukup lama Bagus mendongak dan mendapati Pak Purnomo sudah memejam. Bagus panik, ia berteriak memanggil semua orang. Seluruh keluarga masuk dan berusaha membangunkan, namun saat seorang perawat datang dan memeriksa, ia mengatakan kalau Pak Purnomo telah tiada. Semua orang menangis.

BAGUS

Bapakkk!! (Menjerit histeris)

FLASH BACK CUT TO

Sc. 10 INT. RUMAH BAGUS - PAGI/SIANG

(Kamar Bagus) Bagus nampak sibuk memakai kemeja, jam tangan dan sepatu, lalu berdiri di depan cermin. Menyisir rambut dan menyemprot parfum.

BAGUS (V.O)

Kenapa semakin hari aku semakin tampan? (Membenahi rambut, lalu tertawa sendiri) Halah! (Mengibaskan tangan di depan muka sambil menggelengkan kepala)

Berjalan ke meja kerja dan memakai ranselnya. Ponsel berdering, Bagus segera mengambil ponsel dari saku dan menempelkannya ke telinga.

BAGUS

Halo, Assalamualaikum ...

CUT TO

Sc. 11 INT. RUANG MAKAN

Mbok Jur (P/45) nampak sibuk menata makanan di meja. Sri sibuk membolak-balik gorengan di wajan (membelakangi meja makan), sedangkan Ibu duduk di salah satu kursi. Bagus akan pergi bekerja, mampir ke meja makan untuk sarapan.

BAGUS

Pagi, Ibu ... (Memeluk sambil mencium puncak kepala ibunya)

NUR FATMAWATI

Pagi, Le. Udah rapi aja.

BAGUS

Ada meeting, Bu.

Bagus duduk di dekat ibunya dan mengajak ngobrol. Setelahnya mereka nampak seru membicarakan sesuatu.

SRI (V.O)

(Sesekali melirik Bagus) Ternyata mas mas yang tak jambret itu cakep juga (Tersenyum kecil) Astagfirullah! Sri, cukup namamu saja yang pendek, jangan pikiranmu! Cuma lihat cowok guanteng aja kesem-sem. Inget kamu yang jambret dompetnya! (Memukul-mukul kepala seraya memejam dan sesekali membenahi hijab)

MBOK JUR

Kenapa to Mbak? Sakit kepala?

SRI

Ndak kok, Mbok. (Mengangkat gorengan dan meletakkannya di meja, lalu ia hanya berdiri memperhatikan Bu Nur Fatmawati.)

NUR FATMAWATI

Duduk loh, Nduk! Lha kok malah bengong.

SRI

Nggih, Bu. (Duduk berseberangan meja dengan Bagus)

BAGUS

(Sibuk mengambil makanan di meja, lalu meminum tehnya) Gimana tidurnya semalem, nyenyak? (Menatap Sri)

SRI

(Gugup dan salah tingkah) Eh, Alhamdulillah, nyenyak, Mas.

BAGUS

(Mangut-mangut) Syukurlah (Mulai makan)

Setelah itu Bagus kembali terlibat obrolan dengan ibunya, sementara Sri dengan sangat hati-hati menuang teh ke gelas, lalu meminumnya. Sesekali ia menatap Bagus sambil menahan senyuman.

CUT TO

Sc. 12 INT. HOTEL/RUANGAN KHUSUS DIREKTUR - SIANG

Bagus menatap laptopnya dengan seksama, kemudian berdecak kesal. Mengangkat gagang telepon dan menekan tombol untuk menelepon seseorang.

BAGUS

Halo, Assalamualaikum.

INTERCUT

MANAGER HOTEL

Wa’alaikum salam, Den.

BAGUS

Pak, kenapa ada tunggakan pajak?

MANAGER HOTEL

Hari ini akan di selesaikan, Den.

BAGUS

Saya nggak suka hal-hal yang seperti ini.

MANAGER HOTEL

Maaf, Den.

BAGUS

Lain kali tolong lebih diperhatikan masalah seperti ini.

MANAGER HOTEL

Nggih, Den.

BAGUS

Oke, aku tutup. Aku tunggu laporannya. Assalamu’alaikum.

MANAGER HOTEL

Saya pastikan hari ini selesai, Den. Wa’alaikumsalam ...

Bagus meletakkan gagang telepon dan kembali sibuk dengan laptopnya masih dengan wajah kesal.

CUT TO

Sc. 13 INT. RUMAH BAGUS/TAMAN BELAKANG - SORE

Sri dan Ibu Nur Fatmawati sedang duduk di taman, nampak serius membicarakan sesuatu.

SRI

Apa, Bu? Menikah? Sama Mas Bagus? (Syok)

NUR FATMAWATI

Iya, Nduk. Dulu ibu sama ibumu itu memang sudah sepakat akan menikahkan anak kami suatu hari nanti. Berhubung anak Ibu yang lain, Karyo dan Daro sudah menikah, jadi satu-satunya orang yang akan menjadi suamimu itu adalah Bagus. Apa kamu keberatan?

Sri diam saja. hatinya gundah. Dia tidak menerima, juga tidak menolak.

NUR FATMAWATI 

Ya sudah kalau keberatan. (Hendak berdiri dari kursi.)

SRI

I ... Ibu. Apa saya terlihat seperti akan menolak?

NUR FATMAWATI 

(Kembali duduk. Menatap Sri lama) Jadi, kamu menerima?

SRI

Masalahnya ... Mas Bagusnya mau ndak sama saya,Bu. (Menunduk)

NUR FATMAWATI 

Oalah ... (Terkekeh) Kalau itu serahkan sama Ibu.

CUT TO

FADE OUT/FADE IN

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar