EXT. DEPAN RUMAH MAKAN - PAGI
Mereka keluar dari Rumah Makan dan mereka menaiki Mobil yang terparkir di Parkiran.
INT. MOBIL - BERJALAN - PAGI
Yusuf mengendarai Mobil, disebelahnya, Cynthia melihat ke arah Jendela Mobil. Mereka tidak bicara satu sama lain.
CYNTHIA
Jadi apa yang bikin kita putus? Apa karena Agama?
Mendengarnya membuat ia melihat Cynthia. Tertawa kecil.
YUSUF
Kalau itu alasannya udah lama kita putus, Cynthia. Bukan itu masalah kita.
CYNTHIA
Oh, ya?
YUSUF
Oh, ya. Kita sama-sama dewasa buat bertahan walaupun beda Agama. Apalagi di sini.
CYNTHIA
Iya... aku ngerti.
YUSUF
Keluarga kita gak ada masalah sama itu. Kita sama-sama punya keluarga yang nikah beda Agama. Berapa banyak teman kamu yang saranin kamu buat putusin aku. Berapa banyak teman aku yang suruh aku cari pacar baru. Itu semua kita udah lewatin.
CYNTHIA
Sekarang mereka ketawa lihat kita putus.
YUSUF
Sialnya itu jadi kenyataan sekarang.
Mereka berdua tertawa bersama.
CYNTHIA
Banyak orang-orang pacaran beda Agama dan mereka mau nikah, terus mereka cari cara, di awal mereka semangat, tapi semakin lama, semangat mereka hilang terus mereka pisah. Apa kita termasuk yang kayak gitu?
YUSUF
Aku gak tahu kita masuk yang mana, tapi kasus kita bukan karena nikah.
CYNTHIA
Apa kita pernah bicara tentang nikah?
YUSUF
Pernah beberapa kali, gak ada masalah dengan itu. Tapi masalahnya bukan kita yang gak mau nikah, kamu tahu kenapa.
CYNTHIA
...Iya, aku tahu.
Ada jeda di antara mereka.
YUSUF
Kamu masih sering servis mobil?
CYNTHIA
Gak, aku suruh Dani kadang-kadang.
Yusuf tersenyum.
YUSUF
Biasanya aku yang servis Mobil ini.
CYNTHIA
Kamu ingat waktu kita pertama kali beli Mobil ini? Kita berdua pergi ke showroom Mobil. Kita kayak orang bodoh di sana, nentuin kita mau pilih yang mana. Kamu nemanin aku seharian, kamu ikut pusing, dan aku yang bego pilih warna putih dan sekarang aku nyesal.
YUSUF
Kamu ingat kamu bilang apa waktu itu? Kita pilih warna putih, karena nanti kamu mau ikut komunitas pecinta mobil warna putih --
CYNTHIA
Dan aku gak ikut komunitas itu sampai sekarang.
Mereka tertawa bersama.
CYNTHIA
Dasar bego. Cynhtia emang goblok orangnya.
YUSUF
Aku ingat waktu-waktu itu. Kamu udah punya uang dan kamu bisa lakuin apa aja yang kamu mau. Udah berapa kali aku bilang jangan pilih warna putih, kamu tetap pilih warna putih. Kayak kamu punya kuasa atas segalanya karena kamu punya uang.
CYNTHIA
Iya, aku ingat. Mungkin karena aku punya uang dan punya karir bagus. Mental aku lagi kuat-kuatnya. Kayak aku gak takut dengan apa-apa.
YUSUF
Kamu punya harta dan tahta, dengan umur kamu yang masih dua puluh lima tahun itu wajar. Jangan lupa, karena itu kamu jadi kurang ajar.
CYNTHIA
Pasti berat buat kamu.
YUSUF
Oh, ya. Harus aku akui, itu masa-masa berat buat aku. Aku belum punya pekerjaan tetap, sementara kamu udah punya semuanya.
CYNTHIA
Jujur sama aku, waktu itu kamu mau putus sama aku?
Yusuf melihat Cynthia. Ia tersemyum. Cynthia terkejut.
CYNTHIA
Kamu serius mau putus sama aku? Itu waktu kita udah jalan lima tahun. Dasar, kamu gak pernah kasih tahu aku.
YUSUF
Bukan putus, lebih kayak me time. Kamu tahu sendiri, teman-teman aku masih anggap Laki-laki itu harus lebih tinggi dari Perempuan dalam hal apapun, di tambah aku yang masih gak ngerti tentang hal-hal kayak gitu, dan aku percaya.
CYNTHIA
Kenapa kamu gak jadi putus sama aku?
YUSUF
Aku gak tahu, Cynthia. Itu masa-masa kamu jadi kurang ajar dan aku masih punya pendirian. Aku gak tahu apa karena pendirian aku atau aku yang pengecut ambil keputusan.
CYNTHIA
Itu yang bikin aku suka dari kamu. Pendirian kamu kuat sekalipun kamu sendiri takut.
Yusuf tersenyum mendengarnya.
CYNTHIA
Padahal kalau kita putus waktu, setidaknya masing-masing dari kita ada alasan, alasan aku karena aku sibuk kerja, jadi kurang ajar. Dan kamu bisa nyalahin aku semuanya.
YUSUF
Iya aku bisa cari perempuan yang sama-sama kayak aku, atau mungkin jauh lebih di bawah aku. Laki-laki suka cari perempuan yang di bawah dari mereka. Dan sayangnya aku gak lakuin itu.
Cynthia melihat Yusuf, tersenyum.
CYNTHIA
Aku minta maaf buat itu, serius, di pikir berapa kali pun, sama aja. Aku tetap kurang ajar.
Ada jeda di antara mereka.
YUSUF
Kamu besok kerja?
CYNTHIA
(menghela nafas)
Iya, Kerja, kerja dan kerja.
YUSUF
Kamu bisa cuti besok, temanin aku. Kita bisa jalan-jalan, kemanapun.
CYNTHIA
Bukannya kamu pulang besok?
YUSUF
Aku bisa re-schedule. Gak ada masalah.
Ada jeda di antara mereka.
CYNTHIA
Itu yang bikin aku gak suka. Kamu selalu gampangin masalah.
YUSUF
Ini cuma masalah tiket aku pulang Cynthia.
CYNTHIA
Bagi kamu mugkin gak masalah besar, tapi gimana dengan Orang Tua kamu. Mereka udah nungguin kamu pulang.
YUSUF
Aku baru ketemu mereka. Mereka juga bisa telepon aku, video call.
CYNHTIA
Kalau gak bisa gimana, gimana kalau kamu kenapa-kenapa, gak ada yang kasih tahu mereka.
YUSUF
Udah, Cynthia. Ini yang bikin aku gak suka dari kamu. Kenapa kamu selalu besar-besarin masalah.
CYNTHIA
Aku gak besar-besarin masalah, memang kenyataanya gitu, kamu yang gampangin masalah.
YUSUF
Aku pernah bilang sama kamu, aku gak gampangin masalah, aku cuma bilang, jangan terlalu mikirin masalah yang ada.
CYNTHIA
Dari cara kamu hadapin masalah, kamu gampangain masalah, Yusuf. Aku tahu kamu.
YUSUF
Oh, ya? Kamu tahu aku? Selama sepuluh tahun hubungan kita, di tambah tiga tahun setelah kita putus, kamu pikir kamu tahu aku? Kamu gak tahu aku, Cynthia. Jangan sok tahu kamu.
CYNTHIA
Aku tahu kamu Yusuf.
YUSUF
Gak, kamu gak tahu aku. Kalau kamu tahu aku, kamu gak minta putus setelah apa yang terjadi dengan kita selama sepuluh tahun. Kita pernah lewatin yang lebih parah dari itu dan kamu gak berani hadapin masalah kayak gini. Kamu mau tahu kenapa kita putus? Kamu yang selalu pikir berlebihan sama aku, di tambah teman-teman kamu itu. Aku gak pernah suka sama teman-teman kamu, itu alasan kenapa aku jarang ketemu sama teman-teman kamu. Lebih baik aku nghindar daripada ketemu mereka.
CYNTHIA
Kenapa kamu salahin teman-teman aku, mereka gak ada hubungannya dengan masalah kita.
YUSUF
Ada Cynthia. Ahhh Baby... kenapa kamu gak bisa lihat Cynthia, mereka kasih pengaruh buruk buat kamu. Aku tanya sekarang, apa aku pernah larang kamu buat ketemu mereka, gak kan. Selama ini aku selalu bebasin kamu, karena itu bukan hak aku buat larang kamu. Tapi kamu selalu iyain apa yang mereka bilang ke kamu. Coba kamu pikir, selama aku belajar di luar, setiap kali kita telpon atau video call, kamu selalu bilang, si ini bilang kalau kita gak bakal bertahan, si itu bilang yang sama. Perlu aku bilang udah berapa kali mereka suruh kita putus waktu aku belum dapat kerjaan? waktu aku belum ada penghasilan? udah berapa kali mereka jodohin kamu dengan orang lain di depan aku?
Cynthia hanya diam, tidak menjawab.
YUSUF
Berapa kali harus aku bilang jangan percaya sama mereka. Ini hubungan kita berdua, bukan mereka. Dan berapa kali kamu selalu bilang mereka hanya ingatin kamu, mereka buka ingatin kamu, Cynthia. Mereka memanipulasi kamu dan aku gak suka. Berapa kali teman-teman aku bilang, putus sama kamu, aku bisa bertahan sama kamu, itu karena apa? Karena aku percaya sama kamu, tapi apa? kamu gak percaya sama aku.
CYNTHIA
Aku minta maaf kalau aku gak percaya sama kamu, Oke? aku minta maaf. Aku gak juga gak tahu harus ngapain, aku bukan kamu yang bisa punya pendirian. Selama ini aku bisa bertahan karena kamu, kamu tahu teman-teman aku kayak gimana. Dan bukan salah aku kalau aku gak percaya kamu.
YUSUF
Kamu selalu gitu, Cynthia. Menghindar kalau ada setiap masalah, lari. Itu yang gak bisa aku terima.
CYNTHIA
Iya... aku tahu. Tapi kamu harus tahu, aku kayak gitu karena aku punya gangguan kecemasan, kamu harusnya tahu itu.
YUSUF
Kenapa kamu selalu nyalahin sesuatu kalau ada hubungannya dengan kita Cynthia.
CYNTHIA
Aku coba buat gak berlebihan, Yusuf. Aku minta maaf kalau gangguan kecemasan aku bikin kita putus. Tapi selama ini aku berusaha buat percaya kamu, Yusuf. Harusnya kamu tahu.
YUSUF
Aku tahu, Cynthia. Aku gak nyalahin gangguan kecemasan kamu. Aku pernah ajak kamu buat ikut aku, kita bisa jalani terapi buat kamu di sana. Jangan lupa itu, Cynthia. Tapi apa yang kamu bilang, kamu gak mau. Kamu bilang inilah, kamu bilang itulah, banyak alasan. Banyak yang mempengaruhi kamu, kamu hilang fokus.
CYNTHIA
Aku gak bisa ikut kamu gitu aja kesana, aku gak bisa tinggalin semua di sini.
YUSUF
Kenapa kamu gak bisa?
CYNTHIA
Kenapa kamu maksa aku buat ikut sama kamu?
YUSUF
Karena kamu pernah lakuin itu ke aku dan aku kayak orang bodoh mau aja disuruh sama kamu apapun itu.
CYNTHIA
Jadi kamu mau balas dendam sekarang. Kamu mau lakuin apa yang pernah aku lakuin ke kamu?
YUSUF
Kenapa gak?
CYNTHIA
Kamu bisa lebih baik dari pada itu Yusuf. Emang benar, aku gak tahu kamu.
Yusuf menghentikan Mobil, ia melihat ke arah luar. Sementara Cynthia melihat Yusuf, dingin.
YUSUF
Aku minta maaf, oke? Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu cara aku salah, aku mau kamu ikut aku, kita pernah bicariin ini sebelumnya dan kamu setuju.
CYNTHIA
Oke, oke, aku ngerti. Tapi aku gak bisa ikut kamu ke sana tanpa rencana, sekali lagi aku bukan kamu, kamu tahu apa yang kamu lakuin di sana, sedangkan aku, aku bahkan gak tahu aku mau apa di sana selain aku jalani terapi. Gak mungkin aku hanya andalin kamu, sementara aku hanya diam di rumah.
YUSUF
Kenapa kamu pikirnya gitu, Cynthia. Oh Baby... Kita udah jalan sepuluh tahun dan kamu masih punya pikiran kayak gitu, aku gak keberatan sama sekali, kalau itu ada hubungannya sama kamu, ini masalah kesehatan kamu. Kamu bisa ikut les bahasa, banyak yang bisa di lakuin di sana. Aku lebih suka kamu ikut sama aku daripada di sini, Cynthia. Kamu lebih aman sama aku daripada sama teman-teman kamu.
CYNTHIA
Ada apa kamu sama teman-teman aku?
YUSUF
Kamu sadar mereka bilang apa waktu kamu kasih tahu mereka soal gangguan kecemasan kamu?
Cynthia tidak menjawab, ia hanya diam.
YUSUF
"Lo nya aja yang berlebihan, Lo cuma stress, lo cuma banyak pikiran" Itu yang teman-teman kamu bilang. Aku masih ingat sampai sekarang.
Ada jeda di antara mereka.
YUSUF
Kalau kamu ikut sama aku, kita gak bakal putus kayak gini. Kamu bisa kasih tahu aku kalau kamu gak mau ikut, bukan menunda-nunda, bikin aku berharap kamu datang, tinggal sama aku.
CYNTHIA
Aku minta maaf, Oke. Aku benar-benar minta maaf.
YUSUF
Aku juga minta maaf.
Mereka dalam diam, Cynthia melihat ke arah Jendela, sementara Yusuf melihat ke depan. Dalam diam.
Mobil mereka berjalan kembali di jalan. Yusuf sesaat melihat Supermarket besar di sebelah Pintu Masuk Perumahan.
EXT. DEPAN RUMAH CYNTHIA - SIANG
Mobil Cynthia terparkir, Yusuf dan Cynthia keluar dari Mobil.
Yusuf memberikan Kunci Mobil kepada Cynthia. Dalam diam.
CYNTHIA
Dirumah gak ada orang. Mereka semua pergi ke Rumah Nenek.
YUSUF
Nenek sehat?
CYNTHIA
Dia masih sering tanyain kamu. Seluruh keluarga aku masih sering tanyain kamu.
YUSUF
Mereka tahu gak ada orang yang lebih baik dari aku buat kamu.
Mereka berdua tersenyum.
CYNTHIA
Apa kamu nyesal karena kita putus kayak gitu?
YUSUF
Iya... aku nyesal karena kenapa aku gak coba yakinin kamu lebih dari seharusnya. Aku nyesal karena aku gak ambil setiap kesempatan yang ada. Tapi syukur, kamu udah mendingan sekarang. Aku senang dengarnya. Itu lebih dari cukup buat aku.
CYNTHIA
Aku tahu kamu serius sama kata-kata kamu waktu kamu suruh aku ikut kamu. Dan aku bisa lebih baik daripada itu.
YUSUF
Itu masa lalu, Cynthia, jangan di bahas lagi, oke. Yang ada bikin kita berdua jadi gak nyaman. Aku gak mau bikin cemas kamu muncul lagi, itu gak baik buat kamu.
Cynthia tersenyum mendengarnya.
YUSUF
Oke, aku pulang. Hati-hati sendirian di rumah.
Cynthia melihat Yusuf, serius. Yusuf tersenyum.
CYNTHIA
Kamu bisa masakin aku telor dadar yang biasa kamu bikin?
Yusuf hanya diam.
CYNTHIA
Di rumah gak ada cabe, cuma telor.
Ada jeda di antara mereka.
YUSUF
Berarti kita harus belanja.
Mereka berdua tersenyum. Mereka berjalan, meninggalkan Mobil, menjauhi. Mereka terlihat berbicara satu sama lain, sesaat mereka berdua tersenyum, lepas.
FADE OUT.