28. EXT.Sisi pinggir Waduk Cengklik - Sore
Sebuah kuburan dari batu dengan tancapan nisan dari kayu dengan tulisan “Rumah Bahagia Tompel” berada di sisi pinggir waduk Cengklik. Itu merupakan tempat pertama kali mereka bertemu, dimana Minto menolong Tompel dari jeratan tanaman rambat dan mengobatinya. Minto terlihat murung dan bersedih sambil mengusap-usap nisan kuburan Tompel. Minto masih belum bisa menghilangkan air matanya. Dia telah kehilangan sahabat terbaiknya, dia telah kehilangan teman curhatnya, dan sudah tidak ada sahabat lagi. Ibu Djenar dan Sumarsih melihat keadaannya semakin sedih.
IBU DJENAR
(mengusap air mata di pipinya) Saya merasa bersalah tidak membawa Tompel ikut ke Solo. Saya baru tahu kalau keadaannya seperti ini.
SUMARSIH
Ini bukan salah siapa-siapa, Djenar. Ini memang sudah digariskan dari yang di Atas. Siapa yang menyangka kalau keadannya akan seperti ini.
IBU DJENAR
(melihat ke arah Minto) Melihat keadaan Minto sekarang, Saya jadi berpikir bagaimana kalau ibu sama Tandiyo mulai sekarang tinggal bersama Saya saja?
SUMARSIH
(tersenyum) Saya nggak mau merepotkan ibu. Biarkan saja Saya di sini bersama Tandiyo.
IBU DJENAR
(tersenyum kembali) Sama sekali tidak merepotkan bu. Malah Saya butuh bantuan ibu dan Tandiyo untuk menyemangati Minto kembali. Lagipula, saya kewalahan mengurus restoran saya yang lain. Barangkali ibu sama Tandiyo mau membantu Saya ikut menjadi pengelola.
TANDIYO
Bu, Ibu Djenar ada benarnya. Sekalian aku kan juga nunggu wisuda di UNS. Minto juga kasihan bu.
SUMARSIH
(menghela nafas) Demi Minto saya terima tawaran ibu Djenar. Saya dibimbing ya bu untuk bisa membantu mengelola usaha ibu.
IBU DJENAR
(tersenyum bahagia) Ibu tenang saja, semuanya akan saya ajarkan. Kalian kan sudah menjadi bagian dari keluarga saya. Walaupun saya ibu kandungnya, tapi kalianlah yang lebih mengenal Minto, dan Saya juga butuh bantuan untuk mengenal Minto lebih jauh. Dan Tandiyo, kamu sekarang saya angkat juga menjadi anak saya sendiri.
Sumarsih dan Tandiyo tersenyum bahagia. Lalu Sumarsih menyuruh Minto untuk pulang dan kembali ke Solo bersama-sama, Sumarsih meminta Minto untuk ikhlas dengan kepergian Tompel.
29. INT.Kamar asrama sekolah Internasional Solo – Malam
Suasana sunyi dan gelap seperti biasa menyelimuti kamar asrma. Semua murid terlelap karena sudah jam malam. Minto pun sudah terlelap karena kelelahan dan masih menyimpan rasa sedih. Tiba-tiba dia mendengar sayup-sayup suara. Dia membuka matanya perlahan-lahan, ternyata dia mendengar suara gonggongan anjing. Minto mengenal suara itu, lalu dia berlari menuju arah suara itu. Lalu dia berhenti di lapangan tengah sekolah karena suara itu berasal dari sana. Dia terkejut karena dia melihat Tompel yang bersinar sangat indah. Minto senang melihatnya, dan dia menitikan air mata bahagia. Minto hanya melihatnya dari jauh, dan ajaibnya, Minto bisa berbicara dan mengucapkan pesan terakhir.
TOMPEL (VOICE OVER)
Sahabatku, aku senang bisa bertemu lagi denganmu sekarang. Mungkin aku hanya seekor anjing yang tidak bisa membalas perkataanmu, tapi aku senang punya teman bermain selama hidupku. Aku hanya punya satu kesempatan untuk bertemu denganmu sekarang. Aku hanya mengucapkan terima kasih karena selain menjadi sahabatku, kamu telah merawatku dengan baik. Maafkan aku karena tidak bisa lama menunggu kamu untuk pulang. Aku hanya ingin berpesan, ini adalah pesan terakhirku, meskipun aku sudah tidak ada di dunia ini kamu harus bisa menjalankan hidupmu dengan baik. Mempunyai banyak teman, mengenal cinta dengan sesamamu, dan menjadi manusia hebat. Jadilah manusia yang baik, karena kebaikannmu selama ini sudah membuat dirimu beruntung. Maafkan aku sudah membuatmu sedih, tapi aku akan selalu ada di hati kamu, sahabatku. Sekarang Aku harus pergi, semoga kamu bisa tetap menjadi manusia yang sempurna di mata orang terdekatmu. Selamat tinggal, sahabatku.
Sebuah sinar putih dari langit muncul dan Tompel terangkat pelan-pelan. Wajah Tompel terlihat bahagia, dia menjulurkan lidahnya terus. Lalu sinar itu menghilang secara perlahan. Minto tersenyum bahagia dan melambaikan tangannya ke arah langit.
MINTO
Selamat jalan, sahabatku.
(fade out)
30. EXT. Sisi pinggir waduk cengklik – Siang
(blank screen)
(VOICE OVER)
Itu kisahku dengan sahabatku bernama Tompel. Seekor sahabat yang setia. Dia rela menungguku pulang sampai akhir hayatnya. Sedih, tapi memang sudah harus berjalan seperti ini. Karena sudah takdir kalau kata ibu angkatku, Sumarsih. (End VO)
(Fade in)
10 tahun kemudian, Minto mengunjungi kuburan Tompel yang masih terus terawat. Minto sekarang sudah berumur 18 tahun dan baru masuk kuliah. Dia tumbuh menjadi pemuda tampan yang juga pintar. Dia mengusap-usap nisan “Rumah Bahagia Tompel” sambil tersenyum. Lalu meletakkan ikan wader mentah di atas kuburannya.
NINA REMAJA
(melihat keadaan waduk yang indah) Seru juga ya kampungmu, betah kali ya aku kalau disini tinggalnya.
MINTO REMAJA
(tertawa) Kamu bisa aja, Nin. Lebih asik Solo kali.
NINA REMAJA
Yang namanya kota pasti sudah ada polusi sama pemandangan gedung, ini sih pemandangannya seru. Jadi ini rumah terakhir sahabatmu? Sayang ya aku nggak bisa lihat sebelum dia bahagia di atas sana.
MINTO REMAJA
(tersenyum) Iya, aku selalu merawatnya. Supaya dia juga bisa nyaman di rumah terakhirnya. Udah 10 tahun ini aku rawat sendiri.
NINA REMAJA
Pasti dia sahabat yang baik ya Min, sampai kamu sayang banget sama dia.
MINTO REMAJA
Persahabatan itu tidak mengenal spesies apapun, Nin. Kalau kamu perhatikan berita-berita di dunia, banyak juga manusia bersahabat dengan hewan. Bahkan ada juga yang bersahabat dengan tanaman.
NINA REMAJA
(tertawa) Jadi aku masih nggak dianggap sahabatmu nih?
MINTO REMAJA
(mengerenyitkan dahi) Hmmm ... berubah dulu jadi anjing, baru kamu anggap jadi sahabatku (tertawa). Bercanda kali. (lalu merangkul Nina dengan mesra)
NINA REMAJA
(ikut tertawa) Dasar kamu ya. Ayo sudah semakin siang nih, laper. Udah nggak sabar makan pecel ikan wader yang terkenal itu.
MINTO REMAJA
Yuk, aku juga udah laper (lalu menuju tempat pemancingan yang juga menyajikan menu pecel ikan wader sambil menggandeng tangan Nina)
(Establish Shot)
Minto dan Nina berjalan bergandengan ke arah pemancingan sesekali Minto mencium kepala Nina dengan mesra dan kamera masih still dengan angle kuburan “Rumah Bahagia Tompel”
(VOICE OVER)
Aku memegang pesan Tompel. Aku harus melanjutkan hidupku tanpa dia dan menemukan sahabat baru bernama Nina, kali ini sesama manusia, dan sekaligus aku sudah menemukan cinta di dalam diri Nina dan juga cinta di dalam diriku untuknya. Tompel memang masih ada di hatiku. Dia masih sahabat setiaku. Aku memegang janjiku tetap giat belajar, dan akan terus menjadi orang hebat. Terima kasih Tompel.
(fade out)
----END---