Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seekor Sahabat
Suka
Favorit
Bagikan
7. Act #7

19. INT.Rumah Sumarsih – Malam


Sumarsih sedang mengepak barang-barang Minto ke dalam tas besar berbentuk anyaman. Dia juga merapikan alat tulis Minto untuk dibawa ke Solo. Tandiyo sedang membantu memasak di dapur karena Sumarsih harus mengepak barang-barang Minto. Minto duduk diam melamun di dapur menemani Tandiyo yang memasak. Tandiyo melihat Minto sedang melamun dan mengajaknya berbicara.


TANDIYO
(sambil membolak-balikkan tahu yang sedang digoreng) Nggak baik melamun malam-malam. Kesambet demit nanti. Opo meneh sing kamu pikirkan?


MINTO
(lamunannya hilang seketika) Ora mas, nggak ada yang dipikirke kok.


TANDIYO
Yakin nggak ada yang dipikirke?


MINTO
(terdiam sejenak) Mas, aku boleh minta tolong?


TANDIYO
Njaluk tulung opo, Min?


MINTO
Besok subuh sebelum berangkat tolong ajak jalan-jalan Tompel ke waduk ya mas. Baliknya pas aku udah pergi dijemput sama Ibu Djenar aja.


TANDIYO
(melihat ke wajah Minto dengan heran) Kok gitu?


MINTO
(memasang wajah sedih) Aku nggak mau Tompel lihat aku pergi mas, pasti dia bakal ikut. Tompel pasti ngejar, aku nggak mau dia sedih lihat aku pergi. Tapi, aku Cuma nitip pesen sama mas, Tompel dijaga sing genah yo.


TANDIYO
(tersenyum kecil) Iyo Min, koe juga jangan jadi anak nakal di sekolah baru. Tetap jadi anak pinter, sing sregep belajare (yang rajin belajarnya). Yowes, besok subuh Tompel mas ajak jalan-jalan biar nggak lihat kamu pergi.


SUMARSIH
(muncul ke dapur untuk mengambil gelas) Min, ndang turu. Besok pagi-pagi kamu sudah berangkat lho.


Minto lalu menuju kamar dengan raut wajah sedih. Sumarsih melihatnya jadi heran, ada apa dengan anak ini. Lalu Sumarsih dan Tandiyo mulai menyantap makan malamnya.


20. EXT.depan Rumah Sumarsih – Subuh menjelang matahari terbit


Mobil SUV putih milik ibu Djenar sudah datang untuk menjemput Minto. Tandiyo mulai mengajak Tompel jalan-jalan dan Tompel pun senang diajak jalan-jalan dengan Tandiyo, mereka pun berlarian menuju sisi pinggir waduk. Minto pelan-pelan keluar memastikan Tompel dan Tandiyo sudah pergi. Lalu dia berpamitan dengan Sumarsih dan Sumarsih memeluk Minto berpesan supaya dia jangan jadi anak nakal dan jadi anak yang pintar sekaligus nurut. Sumarsih tidak tahan untuk menahan tangis. Lalu ibu Djenar memeluk ibu Sumarsih, dan mengatakan akan sering-sering main ke rumah Sumarsih karena Sumarsih dan Tandiyo sudah menjadi bagian dari keluarganya. Minto masuk ke dalam mobil SUV itu duduk di belakang dengan ibu Djenar, Minto melambaikan tangan ke Sumarsih dan mulai menangis. Dia dipeluk oleh ibu Djenar supaya tenang padahal rasa sedih yang dirasakannya adalah dia harus berpisah dengan Tompel. Ketika sudah berangkat, Tandiyo pun pulang bersama Tompel dan memberinya makan. Herannya Tompel tiba-tiba mengaing sedih dan melolong, tanda anjing sedang sedih. Tandiyo bingung ada apa dengan anjingnya itu. Lalu Tompel dirangkul oleh Tandiyo supaya berhenti mengaing dan melolong. Minto meminta mobil ibu Djenar berhenti sebentar, lalu Minto turun berlari ke Tompel, lalu merangkul anjingnya itu dengan sedih tangis pun tidak dihindarkan. Tompel mengaing tanpa henti. Lalu Minto berhenti memeluk dan memegang wajah Tompel dengan kedua tangannya.


MINTO
Aku pasti balik ke sini lagi Tompel. Tunggu aku ya. (masih terus menangis)


Minto lalu berlari menuju mobil SUV ibu Djenar lalu Tompel menggonggong dan mengain lalu melolong. Sejak itu Tompel menunggu Minto terus di depan teras rumah


21. INT.Asrama sekolah Internasional – Solo – Pagi


Suasana sekolah asrama itu sungguh ramai dan banyak peraturan yang ditempel di setiap sudut tembok. Minto duduk di kursi dekat ruangan kepala sekolah ditemani oleh ibu Djenar. Lalu kepala sekolah muncul dan menyambut baik Minto dan ibu Djenar. Minto masih termenung dan masih merasa tidak terbiasa dengan suasana sekolah barunya. Banyak quote berbahasa Inggris yang memberi semangat murid-murid di sana tapi Minto tidak tahu artinya. Lalu kepala sekolah mengajak Minto ke kelasnya. Sesampainya di kelas, Minto dikenalkan oleh guru yang sedang mengajar bahasa Inggris di sana lalu dikenalkan ke seluruh murid.


GURU BAHASA INGGRIS
Class, we are having a new student here. Will you introduce your name in front of your friends here?


MINTO
(terdiam dan memandang ke arah guru bahasa inggris itu) Saya nggak tahu artinya, pak.


MURID #1
English please !!! (lalu semua murid tertawa kencang)


MINTO
(menundukkan kepala karena malu)


GURU BAHASA INGGRIS
QUIET !!! (lalu berbicara pelan ke Minto) Tadi artinya perkenalkan nama kamu di depan kelas.


MINTO
(memberanikan diri) Nama saya Minto, saya baru pindah dari SDN di desa Cengklik. Saya ...


MURID #2
Wah…ada anak dusun!!!!! (lalu semua murud tertawa)


MINTO
(masih menundukkan kepala karena malu lalu dia menuju kursi kosong yang ada di depannya)


Minto sedikit kaget, perlakuan anak kota ternyata diluar dugaannya. Dia merasa dikucilkan, dia merasa dihina karena dikatakan anak dusun. Dalam hati dia masih tetap ingin belajar tekun dan harus bisa berhasil di suasana baru ini.

Selesai kelas dan waktu istirahat, Minto bergegas ke asramanya yang terletak di lantai dua. Dia masuk ke dalam asrama yang berjejeran kasur tingkat dan dia mencari kasur dan lemari yang belum dipakai. Dia menaruh tas dan ingin masuk ke kelas selanjutnya yaitu matematika. Begitu keluar asrama dia dihadang oleh sekelompok anak-anak di kelasnya tadi yang mengatai Minto “anak dusun”


MURID #2
Wah….ada anak baru nih. Eh bukan…anak dusun deng (memasang muka galak)


MINTO
(sedikit ketakutan) Kalian mau apa?


MURID #3
Halah, anak dusun miskin bisa masuk ke sini pasti ada yang bayarin atau nggak anak yang nggak punya orang tua terus diadopsi sama orang kaya. Untung ibuku nggak mau punya anak dusun lusuh jelek kayak kamu. 


MURID #4
Jangan belagu ya kamu di sini, di sini sekolah orang kaya kamu nggak pantas di sini.


Sekelompok murid nakal itu mulai mendorong-dorong Minto sampai terjatuh. Tasnya ditendang dan buku pelajarannya di buang jauh. Sekelompok anak nakal itu kemudian meninggalkan Minto. Minto menangis sedih, dia merasa tidak diharapkan semua murid yang ada di sini. Lalu dia mulai bangkit perlahan-lahan dan mengambil tas dan bukunya yang dibuang kemudian masuk ke kelas.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar