25. INT. Rumah Sumarsih - Siang
Sumarsih sedang menyapu lantai dalam rumahnya dengan teliti, lalu dia membuka pintu rumahnya tapi tidak bisa didorong keluar, Sumarsih bingung seperti ada yang menahan pintunya. Ketika terbuka sedikit, Sumarsih melihat Tompel terbaring lemas, matanya Tompel tetap tertuju di jalan depan rumah Sumarsih dan mulutnya sedikit terbuka.
SUMARSIH
(panik dan memmanggil Tandiyo) TANDIYOOOO !!! TULUNGI IBU, NANG !!!!
TANDIYO
(berlari ke arah Sumarsih dan menanyakan ada apa) Ono opo bu? Jerit-jerit ngono?
SUMARSIH
(menunjuk Tompel) Iku kenopo Tompel? Tiba-tiba kayak gitu. Lemes gitu si Tompel.
TANDIYO
(ikut panik lalu memeriksa Tompel) Ya Allah, badannya dingin bu. Kayaknya sakit.
SUMARSIH
(lalu menangis) Cepet nang, gowo ke dalem si Tompel biar anget badannya.
TANDIYO
(menggendong Tompel ke dalam dan Tompel mengaing sedih)
SUMARSIH
Nang, kamu sekarang siap-siap pergi ke Solo ketemu ibu Djenar. Bawa Minto pulang, kasihan si Tompel sampai kayak gini bentuknya. Ibu sing jagain Tompel sampai kamu pulang bawa Minto.
TANDIYO
(dengan muka panik dan khawatir) Nggih bu, aku berangkat.
26. INT. Sekolah Asrama Internasional Solo – Siang
Minto berjalan ke koridor menuju ruang tunggu karena dia menemui ibu Djenar. Sesampainya di ruang tunggu, dia gembira karena kakaknya, Tandiyo, juga ada di sana.
MINTO
(memasang wajah gembira) Mas Tandiyo, aku kangen mas. Kapan sampai sini?
TANDIYO
Baru saja, Min. Tadi mas sowan dulu ke rumah ibu Djenar.
IBU DJENAR
Minto, kita pergi sebentar ya ke Cengklik. Ibu sudah izin ke kepala sekolah. Kamu katanya kangen sama Tompel. (wajah ibu djenar menatap ke Tandiyo dengan sedikit senyum)
MINTO
(wajahnya tambah senang) Wah … bener nih bu? (memeluk ibu kandungnya itu) Asiikkkk … mas Tompel sekarang gimana? Tambah sehat kan?
TANDIYO
(tersenyum kecil tapi dia menutupi keadaan yang sebenarnya) I … hiya kok Min, Tompel sehat. Makanya kamu diijinin sama kepala sekolah sekalian jenguk ibu di sana.
MINTO
Alhamdulillah, ya sudah ayo berangkat.
Minto yang kegirangan langsung masuk ke mobil SUV milik ibu Djenar. Ibu Djenar dan Tandiyo hanya berpandang-pandangan dengan penuh khawatir.
27. INT.Rumah Sumarsih – Siang menjelang sore
Minto bergegas masuk ke rumahnya, lalu disambut oleh Sumarsih. Sumarsih yang kangen langsung memeluk Minto dan mencium keningnya. Sumarsih menanyakan keadaan Minto di sana, dan Minto menjawab baik-baik saja dan dia senang bisa belajar bahasa inggris, walaupun sebenarnya keadaan aslinya Minto hanya mempunyai satu teman dan di-bully oleh teman lainnya. Dia gembira karena akan bertemu Tompel.
MINTO
Bu, mana Tompel? Kok nggak ada di luar?
SUMARSIH
(menahan air mata) Min, ikut ibu yuk ke kamar.
Minto lalu menuju kamar dan betapa kagetnya dia karena Tompel terbaring lemah di ranjang dan begitu melihat Minto, Tompel langsung mengaing tidak sanggup menggongong, ekornya tetap terkibas gembira walaupun raut wajah Tompel sekarat.
MINTO
(bergegas menghampiri Tompel dan menangis) Tompel kamu kenapa ??? Kamu kok dingin semua badannya. Ibu, mas Tandiyo, Tompel Kenapa ???
TANDIYO
(ikut sedih) Mas nggak tahu, Min. Tiba-tiba Tompel terbaring lemas di lantai. Mas sudah kasih makan terus, tapi dia nggak mau makan. Dia nungguin kamu terus Min.
SUMARSIH
(Hanya bisa menangis dan tidak bisa berkata apa-apa, dia dirangkul oleh ibu Djenar yang juga menangis)
MINTO
(masih menangis dan merangkul Tompel) Kamu kenapa jadi nakal gini sih Tompel? Kenapa kamu nggak mau makan? Sekarang aku disini Tompel, kamu harus sembuh ya. Aku kan sudah janji balik kesini. Ayo makan yuk sekarang. (Minto berusaha mengangkat badan Tompel tapi Tompel tidak kuat berdiri dan terasa berat)
Tompel terus mengaing dan menatap Minto, Minto terus menangis dan berkata Tompel harus kuat. Kemudian Tompel berhenti mengaing, lalu salah satu tangannya memegang pipi Minto yang bercucuran air mata. Tompel menatap Minto, tangannya mengelus-elus pipi Minto. Tiba-tiba tangannya terlepas dari pipi Minto dan mata Tompel terpejam, badan Tompel tambah dingin dan kaku.
MINTO
(menangis dan menjerit) TOMPEL !!! Kamu nggak boleh pergi, jangan tinggalin aku Tompel. (lalu berusaha membangunkan Tompel sambil menggoyang-goyangkan badan Tompel) Jangan pergi Tompel !!!
Tandiyo, Ibu Djenar, dan Sumarsih tidak kuat menahan tangis dan mereka berangkulan. Suasana haru dan kehilangan menyelimuti rumah Sumarsih. Lalu, Tandiyo berusaha melepaskan Minto untuk merangkul Tompel dan merangkul Minto untuk bisa tabah dan ikhlas.