Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
67. EXT./ INT. WARMINDO — SIANG
Secangkir kopi hitam panas mengebul didepan Dimzi, belum tersentuh. Sementara jemari tangan Dimzi justru mengurut kening dengan mata terpejam. Bagas didepannya mengunyah mie goreng namun dengan tatapan terkunci pada Dimzi. Sesekali ia menggeleng-gelengkan kepala.
Reno beranjak ke dinding warung dan menarik dua bungkus plastik kerupuk pedas yang digantung bersama cemilan lainnya.
Reno duduk di bangku panjang disamping Bagas, ia melirik ke arah Dimzi sembari membuka plastik kerupuk pedas di tangannya. Dimzi hanya membuka mata sekejap pada Reno lalu kembali terpejam.
Bagas mengangkat alisnya sembari menoleh pada Reno, ia kembali menikmati mie goreng miliknya. Tiba-tiba pandangan mereka tertuju pada parkiran motor begitu sebuah motor berhenti dan diparkir sekedarnya di halaman warung Warmindo.
Satria penuh emosi turun dari motor dan berjalan cepat setengah berlari memasuki warung Warmindo. Bagas beranjak dari bangku dan berdiri dengan semangkok mie goreng dan gelas es teh manisnya, menyingkirkan dari meja.
Reno ikut berdiri sembari tetap mengunyah kerupuk pedas dari dalam plastik ditangannya. Tepat begitu Dimzi menoleh ke belakang, sebuah pukulan mendarat pada wajahnya membuat ia tersungkur di lantai. Satria berdiri dihadapan Dimzi yang tersungkur dengan nafas memburu.
Sementara Reno dengan tenangnya kembali mengunyah kerupuk pedas dan menoleh pada penjual mie.
Dimzi tidak melawan, punggung tangannya menyeka darah yang menetes dari ujung bibirnya sementara matanya menatap Satria.
Satria semakin berang, ia membungkukkan badan. Tangan kirinya menarik baju Dimzi hingga tubuhnya setengah terangkat dari lantai sementara tangan kanannya terangkat ke udara hendak kembali melayangkan pukulan.
Satria berteriak penuh amarah sembari menjatuhkan tangan kanannya dan juga tubuh Dimzi hingga kembali tersungkur di lantai. Sementara Reno dan Bagas hanya berdiri mengamati, tidak sedikit pun mengintervensi. Reno kembali menjejalkan kerupuk pedas ke dalam mulutnya.
CUT TO :
68. INT. KAMAR GENDHIS — WAKTU YANG SAMA
Sukma membuka pintu kamar Gendhis dan meletakkan sebuah nampan berisi teh manis panas, obat penurun panas dan juga semangkok bubur ayam di meja samping tempat tidur Gendhis. Ia membangunkan Gendhis dengan pelan menepuk lengan Gendhis yang terbungkus selimut.
Gendhis menegakkan punggungnya, dibantu Sukma dengan menumpuk dua bantal di belakang punggung Gendhis. Lantas, Sukma meraih mangkok disamping tempat tidur dan mulai mengaduk bubur ayam.
Gendhis mengunyah sembari mengambil alih mangkok bubur ayam di tangan Sukma.
Sukma tersenyum tipis lalu menepuk-nepuk paha Gendhis.
Gendhis mengangguk dengan mata berkaca-kaca yang kemudian luruh jatuh. Sukma menyeka air mata yang membasahi pipi Gendhis.
Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu kamar Gendhis yang setengah terbuka. Sontak Gendhis dan Sukma melempar pandangan ke arah pintu dan mendapati Ganta sudah berdiri di ambang pintu.
Sukma beranjak dari tempat tidur dengan senyum mengembang, memberi ruang untuk Ganta.
CUT TO :
69. INT. RUANG TENGAH RUMAH GENDHIS — KONTINU
Relung baru saja keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek, bertelanjang dada dan menyampirkan handuk dipundak untuk rambutnya yang basah saat Sukma keluar dari kamar Gendhis dan membiarkan pintunya setengah terbuka.
Sontak perhatian Sukma dan Relung tertuju pada riang tawa Gendhis dari dalam kamar.
Tawa Gendhis dan Ganta meledak. Sementara Sukma dan Relung yang berdiri di ruang tengah, keduanya tersenyum penuh haru. Sukma mencengkeram lengan Relung dengan mata berkaca-kaca.
CUT TO :
70. BEGIN MONTAGE — BEBERAPA LOKASI DAN WAKTU
A. DAPUR RUMAH GENDHIS - Lampu oven menyala, sebuah tray berisikan lasagna sedang dipanggang didalamnya dengan keju yang mulai meletup-letup berwarna kecoklatan. Gendhis melongok di depan pintu kaca oven, Ganta yang berdiri disampingnya pun ikut mengintip sembari mengucek kepala Gendhis.
B. RUANG MAKAN RUMAH GANTA - Sepiring fettucini carbonara dihidangkan Gendhis tepat di hadapan Ganta yang sudah duduk manis di meja makan. Ganta melilitkan garpu pada fettucini dan menjejalkan sesuapan besar. Ia tersenyum lebar dengan mulut penuh.
C. WARUNG MAKAN - Seorang perempuan paruh baya sesekali mengaduk isi panci jumbo di atas tungku kayu sembari memasukkan kayu-kayu agar api tidak mati. Gendhis dan Ganta berdiri dalam barisan menuju meja bambu yang diatasnya berjejer baskom-baskom berisikan mangut lele, gudeg, krecek serta telur tahu areh.
D. DAPUR RUMAH GENDHIS - Sebuah loyang dengan beberapa mangkok zuppa soup yang mengebul panas dikeluarkan Gendhis dari dalam oven. Ganta dengan cekatan segera membantu mengambil alih loyang lalu ia letakkan di meja dapur. Gendhis tertawa lebar menyadari Ganta yang mengenakan celemek dan cempal di kedua tangannya.
E. DAPUR RUMAH GANTA - Sepanci rawon meletup-letup di atas kompor yang masih menyala, Gendhis mengaduk-aduk kuah hitam kental. Ganta menyadari tali belakang celemek Gendhis terlepas, ia pun segera berdiri di belakang Gendhis untuk mengikat kencang tali celemek. Sementara Gendhis menusuk garpu pada potongan daging lalu ia suapkan pada Ganta yang berdiri dibelakangnya. Ganta mengacungkan jempol sembari kepanasan dengan potongan daging dalam mulutnya.
END MONTAGE
DISSOLVE TO :