Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Puppy Love
Suka
Favorit
Bagikan
12. Cook Love Heal

67. EXT./ INT. WARMINDO — SIANG

Secangkir kopi hitam panas mengebul didepan Dimzi, belum tersentuh. Sementara jemari tangan Dimzi justru mengurut kening dengan mata terpejam. Bagas didepannya mengunyah mie goreng namun dengan tatapan terkunci pada Dimzi. Sesekali ia menggeleng-gelengkan kepala.

RENO (O.S.)
Tante rebus hiji yah aa, sing lada pisan.
PENJUAL (O.S.)
Siap, cabena teh mau berapa?

Reno beranjak ke dinding warung dan menarik dua bungkus plastik kerupuk pedas yang digantung bersama cemilan lainnya.

RENO
Tilu weh aa, tong lada teuing. Sepi aa?
PENJUAL (O.S.)
Biasa aa, awal bulan anak kos teh pada nge-mall.

Reno duduk di bangku panjang disamping Bagas, ia melirik ke arah Dimzi sembari membuka plastik kerupuk pedas di tangannya. Dimzi hanya membuka mata sekejap pada Reno lalu kembali terpejam.

RENO
(berdecak lalu menjejalkan kerupuk pedas ke dalam mulutnya)
Ah, lo mah...aya-aya wae...

Bagas mengangkat alisnya sembari menoleh pada Reno, ia kembali menikmati mie goreng miliknya. Tiba-tiba pandangan mereka tertuju pada parkiran motor begitu sebuah motor berhenti dan diparkir sekedarnya di halaman warung Warmindo.

BAGAS
(menoleh pada Reno dengan gusar)
Satria, Dab!

Satria penuh emosi turun dari motor dan berjalan cepat setengah berlari memasuki warung Warmindo. Bagas beranjak dari bangku dan berdiri dengan semangkok mie goreng dan gelas es teh manisnya, menyingkirkan dari meja.

BAGAS (CONT'D)
Waduh! Mesti arep ngamuk bocahe!

Reno ikut berdiri sembari tetap mengunyah kerupuk pedas dari dalam plastik ditangannya. Tepat begitu Dimzi menoleh ke belakang, sebuah pukulan mendarat pada wajahnya membuat ia tersungkur di lantai. Satria berdiri dihadapan Dimzi yang tersungkur dengan nafas memburu.

Sementara Reno dengan tenangnya kembali mengunyah kerupuk pedas dan menoleh pada penjual mie.

RENO
Teu nanaon, Aa! Biasa!

Dimzi tidak melawan, punggung tangannya menyeka darah yang menetes dari ujung bibirnya sementara matanya menatap Satria.

DIMZI
Ayo lagi! Sampe lo puas!

Satria semakin berang, ia membungkukkan badan. Tangan kirinya menarik baju Dimzi hingga tubuhnya setengah terangkat dari lantai sementara tangan kanannya terangkat ke udara hendak kembali melayangkan pukulan.

SATRIA
Lawan gue, bajingan! Lawan!
DIMZI
(menggeleng pelan)
Gue emang pantes lo pukul, gue emang bajingan.

Satria berteriak penuh amarah sembari menjatuhkan tangan kanannya dan juga tubuh Dimzi hingga kembali tersungkur di lantai. Sementara Reno dan Bagas hanya berdiri mengamati, tidak sedikit pun mengintervensi. Reno kembali menjejalkan kerupuk pedas ke dalam mulutnya.


CUT TO :

68. INT. KAMAR GENDHIS — WAKTU YANG SAMA

Sukma membuka pintu kamar Gendhis dan meletakkan sebuah nampan berisi teh manis panas, obat penurun panas dan juga semangkok bubur ayam di meja samping tempat tidur Gendhis. Ia membangunkan Gendhis dengan pelan menepuk lengan Gendhis yang terbungkus selimut.

SUKMA
(menyentuh kening Gendhis)
Masih panas banget, ke dokter ya, Nak?
GENDHIS
(membuka mata, bergumam)
Enggak ah, Ma. Kayak anak kecil aja, baru sakit sehari udah ke dokter.
SUKMA
Ya udah, tapi kamu harus makan...perutnya harus keisi.

Gendhis menegakkan punggungnya, dibantu Sukma dengan menumpuk dua bantal di belakang punggung Gendhis. Lantas, Sukma meraih mangkok disamping tempat tidur dan mulai mengaduk bubur ayam.

SUKMA
(menyuapkan sesendok bubur ayam)
Kemaren kamu kehujanan?
GENDHIS
Nggak kehujanan.
(mengunyah dengan menyesap rasa)
Bubur ayam mas Tarso? Kok siang gini masih ada?
SUKMA
(mengaduk kembali bubur dalam mangkok)
Mas Relung beli tadi pagi, Mama minta dibungkus terpisah jadi bisa dipanasin.
(kembali menyuapkan sesendok bubur ayam)
Masih ada satu bungkus lagi, buat malam, Kalau masih pengen bubur.

Gendhis mengunyah sembari mengambil alih mangkok bubur ayam di tangan Sukma.

GENDHIS
Gendhis bisa sendiri, Ma...nggak usah disuapin.
SUKMA
Yakin? Tapi dihabisin lho, ya. Teh panasnya dan paracetamol juga diminum setelah makan.
GENDHIS
(meyuapkan sesendok bubur ayam ke dalam mulutnya)
Pasti, Ma. Mana pernah sih bubur ayam mas Tarso nyisa.

Sukma tersenyum tipis lalu menepuk-nepuk paha Gendhis.

SUKMA
Gendhis, anak cantik Mama...
GENDHIS
(meletakkan kembali sendok yang hendak masuk ke dalam mulut lalu berdecak)
Ahhh, mas Relung pasti udah cerita ya? Gendhis bukannya nggak mau cerita ke Mama kalau udah putus dari mas Dimzi, cuma belum aja cerita.
SUKMA
(masih menepuk-nepuk paha Gendhis sembari mengembangkan senyum)
Dia yang tulus pasti menjaga dan tidak sanggup mengecewakan apalagi menyakiti.

Gendhis mengangguk dengan mata berkaca-kaca yang kemudian luruh jatuh. Sukma menyeka air mata yang membasahi pipi Gendhis.

SUKMA (CONT'D)
Ikhlaskan yah, Nak...insyaAllah akan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu kamar Gendhis yang setengah terbuka. Sontak Gendhis dan Sukma melempar pandangan ke arah pintu dan mendapati Ganta sudah berdiri di ambang pintu.

GANTA
(mengangkat plastik berisi es krim)
Permisi, go food!
GENDHIS
(sumringah)
Mas Ganta! Bawa apa itu?! Gelato yah!
(menepuk kasurnya)
Cinih cayang, cinih...

Sukma beranjak dari tempat tidur dengan senyum mengembang, memberi ruang untuk Ganta.

GANTA
(tersenyum rikuh)
Permisi, Tante.
SUKMA
(menepuk bahu Ganta)
Pas banget, Tante mau masak. Tolong temenin Gendhis ya, Tante tinggal ke dapur dulu.
GANTA
Siap Tante.


CUT TO :

69. INT. RUANG TENGAH RUMAH GENDHIS — KONTINU

Relung baru saja keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek, bertelanjang dada dan menyampirkan handuk dipundak untuk rambutnya yang basah saat Sukma keluar dari kamar Gendhis dan membiarkan pintunya setengah terbuka.

RELUNG
(hendak ke arah kamar Gendhis)
Ada Ganta ya?
SUKMA
(mencegah Relung)
Iya, sana... sana...ke warung.
RELUNG
(mengucek rambut)
Ngapain ke warung?
SUKMA
(mendorong Relung ke arah garasi)
Tolong beliin telur sekilo, sekalian beliin gas di warung yang depan perumahan.
(semakin mendorong)
Kalau gas yang di warung sini, suka jelek tabungnya.
RELUNG
Iya, iya Maaaa.. tapi nggak gini jugalah. Masa Relung nggak pakai baju!
SUKMA
Terserah kamu, pokoknya jangan masuk kamar adekmu dulu.

Sontak perhatian Sukma dan Relung tertuju pada riang tawa Gendhis dari dalam kamar.

GANTA (O.S.)
Terus, si abang martabaknya tanya. Telur ayam atau telur bebek?
GENDHIS (O.S)
Terus?
GANTA (0.S.)
Maaf, Bang. Saya laki-laki nggak beranak apalagi bertelur.

Tawa Gendhis dan Ganta meledak. Sementara Sukma dan Relung yang berdiri di ruang tengah, keduanya tersenyum penuh haru. Sukma mencengkeram lengan Relung dengan mata berkaca-kaca.

SUKMA (
InsyaAllah, diganti dengan yang jauh lebih baik.


CUT TO :

70. BEGIN MONTAGE — BEBERAPA LOKASI DAN WAKTU

A. DAPUR RUMAH GENDHIS - Lampu oven menyala, sebuah tray berisikan lasagna sedang dipanggang didalamnya dengan keju yang mulai meletup-letup berwarna kecoklatan. Gendhis melongok di depan pintu kaca oven, Ganta yang berdiri disampingnya pun ikut mengintip sembari mengucek kepala Gendhis.

B. RUANG MAKAN RUMAH GANTA - Sepiring fettucini carbonara dihidangkan Gendhis tepat di hadapan Ganta yang sudah duduk manis di meja makan. Ganta melilitkan garpu pada fettucini dan menjejalkan sesuapan besar. Ia tersenyum lebar dengan mulut penuh.

C. WARUNG MAKAN - Seorang perempuan paruh baya sesekali mengaduk isi panci jumbo di atas tungku kayu sembari memasukkan kayu-kayu agar api tidak mati. Gendhis dan Ganta berdiri dalam barisan menuju meja bambu yang diatasnya berjejer baskom-baskom berisikan mangut lele, gudeg, krecek serta telur tahu areh.

D. DAPUR RUMAH GENDHIS - Sebuah loyang dengan beberapa mangkok zuppa soup yang mengebul panas dikeluarkan Gendhis dari dalam oven. Ganta dengan cekatan segera membantu mengambil alih loyang lalu ia letakkan di meja dapur. Gendhis tertawa lebar menyadari Ganta yang mengenakan celemek dan cempal di kedua tangannya.

E. DAPUR RUMAH GANTA - Sepanci rawon meletup-letup di atas kompor yang masih menyala, Gendhis mengaduk-aduk kuah hitam kental. Ganta menyadari tali belakang celemek Gendhis terlepas, ia pun segera berdiri di belakang Gendhis untuk mengikat kencang tali celemek. Sementara Gendhis menusuk garpu pada potongan daging lalu ia suapkan pada Ganta yang berdiri dibelakangnya. Ganta mengacungkan jempol sembari kepanasan dengan potongan daging dalam mulutnya.

END MONTAGE


DISSOLVE TO :

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar