Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Puppy Love
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bidak Catur dan Telur Ceplok

1. EXT./INT. TERAS RUMAH GANTA — SIANG

Suara televisi lantang terdengar dari dalam sebuah rumah sederhana berhalaman luas, menemani seorang anak laki-laki dan perempuan yang tengah asik bermain di teras.

SUPERIMPOSE : YOGYAKARTA, MINGGU 27 JANUARI 2008

GENDHIS GANTARI biasa dipanggil GENDHIS (5 tahun), menghidupkan kompor mainan berwarna merah muda lalu meletakkan wajan plastik diatasnya. Ia melongok ke bawah wajan, seolah memastikan apinya sudah menyala. Sementara ARGANTA BAYANAKA biasa dipanggil GANTA (11 tahun), menatap tajam papan catur didepannya kemudian memindahkan pion Ratu berwarna putih itu ke D4.

PEMBAWA BERITA (O.S.)
Selamat siang pemirsa kembali dengan saya Nadia Gumilang melaporkan dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan bahwa siang ini tepatnya Minggu, 27 Januari 2008 pada pukul 13.10 WIB tim dokter kepresidenan beserta keluarga telah memberi pernyataan resmi atas berpulangnya mantan Presiden Soeharto dan saat ini jenazah akan dibawa ke rumah kediaman di jalan Cendana, Menteng Jakarta Pusat. Ikuti pembaruan selanjutnya di Breaking news satu jam kedepan. Saya Nadia Gumilang, selamat siang dan sampai jumpa.

Gendhis pura-pura memecahkan telur plastik ke atas wajan, lalu segera mundur menjauhi kompor seolah menghindar dari percikan minyak.

GENDHIS
(hati-hati mengaduk wajan dengan spatula plastik)
Mas Ganta makan nasi sama telur ceplok aja ya.

Gendhis mengambil piring plastik dan sendok, lantas pura-pura menyendok nasi dari ceting. Telur pun dengan hati-hati ia letakkan di atas nasi. Sementara Ganta masih fokus pada papan catur.

GENDHIS (CONT'D)
(menyodorkan sendok ke mulut Ganta)
Ayo, makan dulu. Aaaa...

Ganta membuka lebar mulutnya, lalu Gendhis benar-benar memasukkan sendok kosong itu kedalam mulut Ganta.

GANTA
(pura-pura mengunyah)
Ummm... kok nggak ada sayurnya?
GENDHIS
(berdecak kesal)
Aku masih kecil mas Ganta... anak kecil belum bisa masak. Ini kan cuma ibu-ibuan.

Ganta tertawa renyah dengan penjelasan panjang Gendhis.

GENDHIS (CONT'D)
Nanti kalau udah besar ya, aku masakin semua yang enak-enak.

Kali ini Ganta tersenyum lebar dan memutar arah tubuhnya hingga berhadapan dengan Gendhis lalu mengangkat kelingkingnya ke udara, tepat di depan wajah Gendhis.

GANTA
(mendekatkan wajahnya dan menatap lekat mata Gendhis)
Benar, ya? Kamu janji?
GENDHIS
(mengangguk dengan antusias lalu mentautkan kelingkingnya pada kelingking Ganta)
Iya, nanti Gendhis masakin mas Ganta setiap hari!



DISSOLVE TO :


2. INT. RUANG TENGAH RUMAH GANTA — MALAM

CLOSE UP:

Sebuah foto berukuran 4R mengabadikan masa kecil Ganta dan Gendhis, keduanya tertawa bersama meskipun pandangan Ganta tertuju pada sebuah papan catur sementara tangan Gendhis memegang wajan di atas kompor mainan kesayangannya.

SUPERIMPOSE : YOGYAKARTA, SABTU 16 APRIL 2022

SUKMA, ibu Gendhis (45 tahun) dan NIKEN, ibu Ganta (44 tahun) keduanya sedang duduk di sofa ruang tengah rumah Ganta sementara di atas meja terdapat dua cangkir teh, sepiring pisang goreng, setoples kuping gajah dan tumpukan beberapa album foto yang mulai usang.

Sukma mengusap-usap foto tersebut dengan senyum sumringah yang menampakkan gurat-gurat halus di sudut mata.

SUKMA
Niken, coba lihat deh ini anak-anak pas umur berapa ya?

Niken yang tengah asik membolak-balik album di pangkuannya mengangkat kepala lalu menggeser duduknya lebih dekat pada Sukma.

NIKEN
(mengamati foto lalu tertawa kecil)
Pipine Gendhis nyempluk, marai pengen nyiwel! itu kompor mainan kado dari aku kan mbak pas Gendhis ulang tahun ke lima, berarti mas Ganta sebelas tahun.
SUKMA
(tergelak tawa)
Oh, iya! Saking banyaknya arisan kita ya, kompor mainan itu sengaja kan kita taruh dirumahmu biar Gendhis anteng main sendiri nggak gangguin mas Ganta latihan catur.

Sukma dan Niken semakin tergelak tawa.

SUKMA (CONT'D)
Tujuannya sih begitu, tapi nyatanya tetap saja Gendhis gangguin mas Ganta. Mas Ganta mau makan apa? Telur dadar apa ceplok?
NIKEN
(semakin tergelak tawa)
Awal-awal mas Ganta ngambek tuh mbak tiap aku udah pake lipstik, dia langsung cemberut tau dia bakal ketitipan Gendhis. Eh akhirnya nyerah juga dia, pasrah.

Sukma dan Niken menghabiskan sisa tawa, lalu keduanya sama-sama meneguk teh manis untuk membasahi tenggorokan.


CUT TO :


3. EXT. STADION MANDALA KRIDA — WAKTU YANG SAMA

Tepat di samping luar pagar Stadion Mandala Krida, berjejer beberapa gerobak kaki lima yang menjajakan aneka kuliner. Ganta dan Gendhis berdiri di samping gerobak martabak, ikut mengantri bersama pelanggan lainnya.

GENDHIS
(jarinya menelusuri menu yang ditempel dipinggir gerobak)
Mas Ganta mau terang bulan varian apa? Red velvet kacang coklat? Milo keju susu? Oreo coklat susu? Pandan pisang coklat? Wijen susu keju?

Gendhis menoleh pada Ganta disampingnya yang terlihat kebingungan, mengernyitkan dahi dan memicingkan mata.

GENDHIS (CONT'D)
(menepuk-nepuk lengan Ganta)
Maaf-maaf, jangan dijadiin beban pikiran. Bulan depan ke Vietnam.

Ganta tersenyum kikuk.

GENDHIS (CONT'D)
Mas, pesan 2 martabak spesial sama 1 terang bulan coklat keju susu.
PENJUAL MARTABAK
Telur ayam atau bebek, mbak?
GENDHIS
Bebek, mas. Atas nama Gendhis ya, makasi!

Gendhis mengapit lengan Ganta dan membawanya bergeser menjauhi gerobak, memberi kesempatan untuk pembeli lainnya melakukan pemesanan.

GENDHIS
(melepas kuncir rambut, menyisir dengan jemari dan mengikat kembali rambut panjangnya ala ekor kuda)
Uhh, gila ramenya ya. Emang legend sih ini martabak, Mas. Mau di Jogja tumbuh martabak kekinian yang viral, tetap ini juaranya.
GANTA
(tangan Ganta mengecek ikatan rambut Gendhis)
Jangan terlalu kencang, kasian rambutnya.
GENDHIS
(tangan Gendhis ikut mengecek)
Enggak kok, ini nggak kencang. Oh iya, gimana persiapan SEA GAMES? Kok hari ini malah ngajakin aku keluar, nggak latihan?
GANTA
(mengelus lembut kepala Gendhis)
Aku juga butuh penyegaran mata.

Gendhis tersenyum gemas, keduanya saling menatap.

PENJUAL MARTABAK (O.S.)
Atas nama Gendhis!
GENDHIS
(terperanjat menoleh ke arah gerobak)
Eh, udah jadi. Iya, saya!

Tangan kiri Ganta meraih lengan Gendhis dengan cepat, menghentikan langkah kaki dan membuat Gendhis menoleh ke belakang pada Ganta. Sementara tangan kanannya merogoh saku belakang celana jeans-nya.

GENDHIS (CONT'D)
Kenapa mas? Dompet? Kan, masih di aku dari tadi.
GANTA
(melepas tangannya)
Oh, iya...
PENJUAL MARTABAK (O.S.)
Atas nama Gendhis!

Gendhis bergegas sementara Ganta mengulum senyum.


CUT TO :


4. INT. RUANG TENGAH RUMAH GANTA — WAKTU YANG SAMA

SUKMA
(meletakkan cangkir kembali di meja)
Tau-tau mereka udah besar saja ya. Dulu kita yang sok sibuk banyak acara arisan, sekarang gantian mereka yang sibuk. Rumah mulai terasa sepi.

Niken mengangguk mengiyakan, meneguk habis teh didalam cangkirnya lalu diletakkan kembali di atas meja. Sepiring pisang goreng diraihnya lantas disodorkan pada Sukma.

SUKMA (CONT'D)
(tersenyum tipis lalu mengambil sebiji pisang goreng)
Apalagi kamu ya...anak cuma semata wayang, jadwal tandingnya kejer-kejeran.

Niken kembali mengangguk mengiyakan sembari mengunyah potongan pisang goreng yang sudah didalam mulutnya.

NIKEN
(mulut masih mengunyah)
Bulan depan ke Vietnam.

Mereka terdiam dan menikmati pisang goreng. Kemudian Niken menarik selembar tisu dalam kotak di atas meja untuk menyeka kedua tangannya yang berminyak. Sukma ikut menarik selembar tisu untuk tangannya.

NIKEN (CONT'D)
Sejak mas Ganta dapat gelar Grand Master di usia delapan belas tahun, sejak itulah jadwal tanding benar-benar nyaris tanpa jeda. Terbang lintas negara, lintas benua, dirumah bisa tuh cuma sehari dua hari. Tua dijalan deh, tau-tau udah 25 tahun aja.
SUKMA
(tangan kiri Sukma mengusap bahu Niken dengan senyum haru)
Tau-tau udah jadi aset kebanggaan negara ya, kamu pasti bangga banget. Aku yang sahabatmu aja, ikut bangga.

Niken mengangguk dan tersenyum tipis dengan mata berkaca-kaca.

NIKEN
(tangisnya pecah)
Kadang aku kasian sama Ganta, mbak. Dia terpaksa jadi tulang punggung keluarga sejak mas Dirga meninggal. Waktu itu usianya baru dua belas tahun. Di saat semua temannya masih asik bermain, dia hanya berlatih catur setiap hari. Saat temannya masih bisa minta uang jajan, dia tau banyak tanggungan yang harus aku lanjutkan.

Sukma turut meneteskan air mata, ia menarik beberapa lembar tisu untuk mereka berdua.

NIKEN (CONT'D)
(sesenggukan)
Dia nggak pernah ngeluh, mbak. Aku nggak pernah dengar dia mengeluh, sekali pun nggak pernah. Dia berusaha terlihat kuat untuk aku.

Sukma dan Niken berpelukan dengan tangis keduanya yang semakin pecah.


CUT TO :


5. EXT./INT. MOBIL — WAKTU YANG SAMA

Mobil SUV yang dikemudikan Ganta berhenti di perempatan Tugu Jogja, sementara Gendhis yang duduk disampingnya sibuk menyentuh mengutak-atik google maps di layar head unit.

GANTA
(menoleh sekilas pada Gendhis)
Kenapa? Titiknya benar, kan?
GENDHIS
(mengangguk)
Umm... benar sih. Cuma kok masih jauh banget ya mas... nggak apa-apa?

Dua orang pengamen berdiri disamping mobil, seorang bermain gitar sementara lainnya bernyanyi sambil menyodorkan topi yang dibalik sebagai wadah uang. Ganta segera mengambil uang dari door pocket lalu membuka jendela dan memasukkan selembar berwarna hijau itu kedalam topi.

PENGAMEN
(kegirangan)
Suwun, Dab!
GANTA
(tersenyum sembari menutup kembali jendela)
Nggak apa-apa. Makanan apa tadi namanya?
GENDHIS
(antusias)
Takoyaki. Ini tuh lagi viral banget di Jogja karena yang bikin tuh asli orang Jepang! Jadi aku harus nyobain, harus banget!
GANTA
(menoleh pada Gendhis dan terkekeh sambil mengepalkan tangan di udara)
Pantang menyerah!
GENDHIS
(ikut mengepalkan tangan ke udara)
Pantang menyerah! Maju tak Ganta!
GANTA
(terbahak)
Gentar!

Tawa Ganta dan Gendhis meledak bersamaan dengan bunyi suara KLAKSON begitu lampu merah berubah menjadi hijau, sontak seluruh kendaraan yang berhenti pada perempatan Tugu Jogja itu serentak kembali berjalan dan mobil Ganta segera mengekor pada mobil didepannya.


CUT TO :


6. INT. RUANG TENGAH RUMAH GANTA — WAKTU YANG SAMA

Sukma dan Niken menghela nafas panjang sembari menyeka air matanya dengan tisu, nafas keduanya tersengal setelah tangisnya mereda.

NIKEN
(menepuk-nepuk paha Sukma)
Aku juga ikut bangga lho mbak, Gendhis diterima di fakultas kedokteran Gadjah Mada mengikuti jejak Papanya. Itu pencapaian yang luar biasa. Inget kan, kamu dari dulu khawatir banget dengan akademik Gendhis karena dia susah belajar dan sangat terobsesi dengan makanan.

Mata Sukma kembali berkaca-kaca, ia mengangguk mengiyakan.

SUKMA
(tertawa kecil sembari mengusap air mata)
Tapi kalo urusan makanan sampai sekarang juga masih terobsesi.

Niken terkekeh sembari membersihkan ingus dari hidungnya.

GENDHIS (O.S.)
Assalammualaikum! Tante Niken! Mama! Gendhis bawa martabak nih!

Sukma dan Niken spontan melongok ke arah pintu depan, keduanya lalu bertukar pandang dan melepas tawa.

SUKMA
Tuh, kan yang digembol kemana-mana pasti makanan.
NIKEN
(menepuk pelan bahu Sukma)
Walaikumsalam!

Ganta dan Gendhis muncul bersamaan. Sebuah plastik ditenteng Gendhis sementara beberapa bungkusan plastik lainnya yang juga berisi makanan di tangan Ganta.

SUKMA
(berdecak dan menggelengkan kepala)
Ya ampun, Gendhis! Bawa apa aja itu? Banyak banget. Kamu pasti nodong traktir mas Ganta lagi ya!

Ganta tertawa geli sembari meletakkan beberapa bungkusan plastik di atas meja.

GENDHIS
(meletakkan bungkusan di atas meja)
Cuma martabak telur, terang bulan, nasi goreng kambing, takoyaki sama kue basah tadi sore dapat di Pasar Ngasem.

Sukma kembali berdecak kesal sementara Gendhis meminta tangan Niken dan mencium punggung tangannya diikuti Ganta melakukan hal yang sama pada Sukma.

GANTA
(terkekeh)
Nggak apa-apa, Tante.
NIKEN
(tertawa kecil)
Nggak apa-apa mbak, kalau nggak sama Gendhis mana mau mas Ganta jalan-jalan keluar rumah, nongkrong di cafe kayak anak muda lainnya.
GENDHIS
(beralih pada tangan Sukma)
Tuh, Ma...apa jadinya coba hidup mas Ganta tanpa Gendhis. Taunya cuma skak mat. Lagian Mas Ganta tuh udah kebanyakan duit, Ma. Dia bingung mau dikemanain, kasian kan.
GANTA
(beralih pada tangan Niken)
Mata Bunda kok sembab? Habis nangis ya?
NIKEN
(mengusap kepala Ganta)
Nggak apa-apa... kamu sama Gendhis sudah makan malam?

Gendhis membongkar bungkusan plastik di atas meja. Sukma yang masih berdecak kesal turut membantu merapikan.

GANTA
Tadi makan mie ayam yang lagi viral. Bunda udah makan?
NIKEN
Belum, memang sengaja nunggu hasil buruan kalian.
GENDHIS
(menepuk perutnya yang rata)
Yuk, mari kita makan! Gendhis ambil piring dulu ya!
GANTA
(terperangah lalu menoleh pada Gendhis)
Belum kenyang?
GENDHIS
(sembari beranjak ke dapur)
Tadi kan makan sore, sekarang makan malam!
GANTA
(tercengang)
Budidaya cacing, ya?
GENDHIS (O.S)
Naga!

Sukma dan Niken tertawa geli melihat keduanya sementara Ganta segera menyusul Gendhis ke dapur. Niken membuka kotak martabak dan mencicip potongan martabak coklat keju sementara Sukma membuka bungkusan kue basah dan mengambil sekotak kecil mika berisi empat buah klepon kesukaannya.


DISSOLVE TO :



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar