Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PRIVATE EDITOR
Suka
Favorit
Bagikan
2. #2 Menjadi Privat Editor

SCENE 15

INT. RUANG KANTOR. RUANG MEETING - SIANG.

Ruang meeting yang di lengkapi dengan bangku – bangku dan meja panjang di tengah ruangan dan sebuah whiteboard terpajang di dinding.

Sekitar 7 orang memasuki ruangan termasuk Davina dan Sarah. Evan berdiri di ujung dan memimpin rapat.

EVAN

Selamat siang semua.

AUDIENCE

Selamat siang pak.

EVAN

Hari ini saya nggak akan lama – lama untuk menahan kalian disini. Berhubung ini sangat urgent dan Ibu menelpon saya untuk mengadakan meeting ini. Jadi... Eee... Intinya beberapa hari lalu, Martha mengalami sebuah kecelakaan.

AUDIENCE

(saling tatap muka kaget)

Astaga!

Astagfirulloh!

Hah?!

EVAN

Lalu... Pihak Martha meminta kita untuk mengirim 1 orang yang harus menjadi asisten untuk membantu segala keperluan menulisnya.

Audience menatap tegang dan berpandangan satu sama lain.

RAIHAN

Apa Ibu sudah setuju mas?

EVAN

Ibu menyerahkan urusan ini kepada saya. Karena Ibu sedang tidak bisa diganggu. Kalian tahu kan, betapa pentingnya kontribusi Martha untuk perusahaan ini? Jadi saya mau sore ini, ee... kalau bisa secepatnya! Kalian beri saya 1 nama untuk di tugaskan sebagai asisten Martha. Karena jika tidak, jadwal launching 2 buku Martha tahun ini akan gagal. Acara dan semua sponsor yang telah masuk akan cancel semua. Kalian pasti nggak mau tahu kan berapa kerugian yang harus kita tanggung?!

Audience menatap tegang dan berpandangan satu sama lain. Lebih gelisah dari sebelumnya.

CUT BACK TO

SCENE 16

INT. RUANG KERJA/ BAGIAN EDITOR – SETELAH ITU.

Ruangan kerja Alya. Sibuk di meja masing – masing.

Nino berdiri melongok di sekat meja kerja Alya.

NINO

Hei Al, kira – kira ada apa ya? Mas Evan sampai seperti itu?! Kayak panik begitu? Biasanya dia itu orangnya tenang dan staycool gitu lho?

Alya nengok sambil memegang cangkir kopi dan mengendikkan bahu.

ALYA

Eeemm nggak tahu deh mas hehe...

BAGAS

Lah... Nanya sama Alya, ya mana dia tahu? Kan dia masih anak magang. Gimana sih lu?!

Nino bersiap – siap dengan notebook dan tasnya.

Alya hanya nyengir kuda.

Bagas berdiri diantara Nino dan Alya.

NINO(Kepada Alya)

Ya juga sih hahaha. Besok ceritain ya ada apa, soalnya ini aku mau pergi.

BAGAS

Iye...Sampe segitu penasarannya sih. Gue ceritain semuanya sedetil - detilnya.

Nino mencibir karena Bagas yang menyahutinya dan bukan Alya.

ALYA

Loh? Emang mas Nino mau kemana?!

NINO

Biasa. Mau keliling toko, survey penjualan. Kapan – kapan kamu ikut ya, biar tahu prosedurnya.

BAGAS(Nyeletuk)

Eheemm! Ajakan kencan terselubung tuh, jangan mau Al, capek doank! Hahaha…

NINO

Heh! Diem lu! Nyelonong bae kayak baje!

ALYA DAN BAGAS

Hahahaha……

CUT TO

SCENE 17

INT.LORONG KANTOR. DEPAN RUANG MEETING – DI WAKTU YANG SAMA

Orang – orang keluar dari ruang meeting dengan wajah bingung dan sedang memikirkan sesuatu. Berjalan dan berbincang – bincang di depan ruang editorial yang tembus pandang.

SARAH

Udah serasa audisi aja sih. 1 kandidat untuk setiap divisi, baru bener – bener dipilih 1 orang untuk di kirim kesana?

RAIHAN - HUMAS

Ya karena Ibu mau yang terbaik buat Martha. Bener kata Mas Evan tadi, yang kudengar sih kontribusi Martha sangat besar untuk perusahaan ini. Bahkan dia salah satu donatur terbesar lho saat – saat masa gentingnya Ibu.

SARAH, DAVINA, ANDY

(Saling bersahutan)

Woooww… Sampai segitunya?!

Oh ya?!

Serius lu?!

SARAH

Eh guys, gue rasa ada yang aneh deh. Kenapa gue merasa kalau Ibu dan Martha itu orang yang sama ya? Nama Ibu, kan Mitha dan penulis itu Martha. Beda tipis kan?

ANDY - REDAKSI

Eh bener juga? Sejak dulu Martha itu selalu misterius dan tak pernah menunjukkan wajahnya. Padahal bukunya hampir semua best seller. Bahkan launching bukunya pun selalu memakai profil anonim dia, tapi itu juga masih rame peminatnya? Hebat banget brandingnya. Makanya Ibu nggak mau nglepasin Martha.

DAVINA

Iya. Apalagi, sekarang dia mau beralih dari romance ke misteri. Orang jadi makin penasaran kan? Pasti buku misteri perdana dia bakal meledak di pasaran.

RAIHAN

Terus kalau memang Martha dan Ibu itu orang yang sama, untuk apa dia harus menutupi identitasnya? Wajar donk seorang penulis besar punya usaha penerbitan seperti ini? Dulu Ibu juga penulis kan?

SARAH

Branding donk! Tapi lihat aja sekarang? Martha mengalami kecelakaan dan Ibu ada di luar kota, bahkan sudah berhari – hari semua urusan di serahin ke mas Evan? Kurasa ini sebuah kebetulan yang sempurna. See?

RAIHAN

Tapi guys, ada yang lebih penting dari semua itu, gue juga ngerasa Ibu sekarang agak beda ya? Dari penampilan dan juga eee... sikap. Kalian ngerasa nggak sih?

DAVINA

Iya sih, Ibu sekarang seperti orang lain. Mas Evan juga sering dibuat bingung sama dia. Berkali – kali minta data karyawan dan kadang setiap ada keputusan penting selalu di serahin ke mas Evan. Kayak udah nggak mau ambil pusing. Tapi enaknya sekarang jarang banget ngantor hahaha...

SARAH

Hahaha… Iya bener juga. Abisnya sekalinya datang kerjaannya cuma maen HP, mondar mandir dan ngopi. Lalu marah – marah terus pulang.

ANDY

Gila lu Sar, hapal banget! Hahaha...

SARAH

Hahaha... Ya habisnya mencolok begitu. Dulu Ibu hampir gak pernah marah, lha sekarang sampai teriakin orang kan? Dulu Ibu banyak ngobrol dan bercanda sama kita - kita. Sekarang mah boro – boro ngobrol, dia lewat aja sudah bikin merinding hiiiiy...

DAVINA

Hahaha… Bener! Gue pikir gue doank yang ngerasa gitu.

RAIHAN

Guys… Guys, stay focus ya. Masalahnya bukan itu sekarang. Tapi kita harus kirim 1 orang untuk menjadi asisten Martha mulai besok. Dan kita semua tahu Martha bukanlah orang yang mudah, entah itu Ibu atau bukan. Yang jelas gue nggak mau potong gaji gara - gara acara Martha gagal.

ANDY

Iya, bener juga! Serba salah nih. Kita harus kirim orang yang benar – benar tahan banting sekaligus bisa diandelin untuk menghadapi sifat Martha yang… you know lah...

DAVINA

Kurasa Ibu dan Martha bukanlah orang yang sama. Karena pembawaan Ibu sangat praktis dan nggak seribet Martha. Jadi kita harus memilih orang yang bener – bener handal dalam kondisi lapangan.

Bertepatan mereka berempat melihat Alya dan Bagas sedang tertawa – tawa menatap Nino yang berwajah kesal meninggalkan ruang editorial, melewati grup Davina.

ANGLE FOCUS KE SARAH DAN DAVINA. Sarah menyenggol siku Davina dan menunjuk Alya dengan anggukan kepalanya. Davina mengerti kode itu.

DAVINA

Guys, kalian nggak perlu kawatir, kita udah ada kandidat yang paling pas untuk situasi ini.

RAIHAN

Wait! Jangan bilang…

ANDY

HAH? Siapa? Kok tiba - tiba?

Sementara Andy kebingungan, Raihan mendesah dan Sarah cekikikan, Davina memasuki ruang editorial dengan langkah cepat dan tegas.

SCENE 18

INT. RUANG EDITORIAL - SIANG

Davina mendatangi Alya yang masih menyisakan tawanya bersama Bagas. Nino yang menuju pintu keluar tak sempat melihat Davina mendekati Alya.

DAVINA

Al, kamu suka banget baca novel – novel Martha kan?

ALYA

(Langsung berdiri, kaget)

Iya kak! Eeemm kakak tahu darimana?

DAVINA

Kan kamu tulis semuanya di CV kamu?! Lupa ya?

ALYA

Oh iya hahaha…

DAVINA

Bagus! Ini ada kesempatan kamu akan bertemu Martha secara LANGSUNG! Apa kamu mau…? Seperti dapet tiket VVIP lho!

ALYA(Exited)

Waaaahh serius kak? Mauuuu!

DAVINA

(Senyum senang)

Oke! Mulai besok kamu ngantornya di rumah Martha. Abis ini siap – siap ikut aku ketemu sama mas Evan ya, untuk lebih jelasnya.

ALYA(Bingung Tapi Senang)

Hah?! Beneran kak?! Baik kak!

Davina tersenyum puas menatap Sarah yang tersenyum senang, Raihan dan Andy nampak kawatir dan mengernyit skeptis, berdiri di depan ruangan kaca.

JUMP CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar