Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Premonition (Forgive or Forget)
Suka
Favorit
Bagikan
2. The Best Journalist
  1. INT. KAMAR TIDUR RIRI-PAGI

MID SHOT: Menyorot wajah Riri yang setengah sadar berteriak.

RIRI

Ibu! Ibu!

Mata Riri langsung melotot dan napasnya terengah-engah. Dia diam sejenak sambil menatap ke atas plafon seperti memikirkan mimpinya.

Ibu Haryati dan Pak Joko membuka pintu dengan wajah panik dan langsung menuju ranjang Riri.

IBU HARYATI

Nak, kamu pasti mimpi lagi!

PAK JOKO

Sudah Babeh bilang kalau sebelum tidur harus baca doa! Biar tidurnya nyenyak.

IBU HARYATI

Tapi kalau dia tidur nyenyak pasti dia bangunnya lebih siang, Beh.

Riri berusaha bangun dan menyingkap selimutnya. Dia kemudian duduk dan mengucek-ngucek matanya sambil memandang kedua orang tuanya dengan wajah bingung.

RIRI

Memangnya ini jam berapa?

IBU HARYATI

Tuh Kan Beh, harusnya kamar si Riri itu ada jendela besar terus tidak usah pakai tirai biar dia tahu matahari di luar itu sudah terik.

PAK JOKO

Nggak usah pake jendela, kan sekarang udah bisa lihat jam di hape. Buat apa punya hape canggih kalau nggak bisa lihat jam. Hape Babeh yang jadul aja, ada jamnya. Besok Babeh beliin jam dinding yang gede buat di kamar ini.

Riri terkejut mendengar obrolan kedua orang tuanya. Dia langsung mencari ponselnya yang berada di bawah bantal lalu segera melihat jam di layar ponselnya. Wajahnya langsung berubah kaget.

RIRI

Nggak salah apa kalau sekarang jam sembilan?

(Riri sedikit berteriak kaget sambil menatap kedua orang tuanya)

Riri langsung melempar ponselnya dan loncat dari tempat tidur terus menarik kedua orang tuanya untuk keluar dari kamar.

IBU HARYATI

Ini anak kenapa? Pasti terlambat lagi! Jangan lupa pergi menemui dokter Rani biar tidur kamu nyenyak. Tapi, jangan terlalu nyenyak juga nanti susah dibangunkan.

(Bu Haryati terus didorong Riri untuk keluar kamar)

RIRI

Iya ... iya ... Cepet ah keluar! Riri harus siap-siap! Nanti si Jay bisa marah-marah.

Kedua orang tuanya berhasil dikeluarkan oleh Riri dari kamar. Wajah kedua orang tuanya terlihat jengkel dan masih berdiri di depan pintu.

RIRI

Makasih Bunda Babeh. See you!

Riri langsung menutup pintu kamarnya. Dia menghela napas panjang sambil bersandar ke pintu. Tiba-tiba ada suara telepon berdering. Riri langsung kaget dan berlari cepat melompati kasurnya. Dia sampai membuang bantal dan selimutnya ke lantai untuk mencari ponselnya. Sampai akhirnya dia menemukannya dan langsung mengangkat teleponnya.

RIRI

Iya, Jay. Gue udah bangun!

INTERCUT TO:

2.EXT. GEDUNG TINGGI DEWAN KEHORMATAN-PAGI

JAY 

Tapi udah siap-siap ke sini kan?

RIRI

Iya ... iya ... On the way, Bro!

JAY

On the way, mana?

INTERCUT TO:

3.INT. KAMAR RIRI-PAGI

Riri langsung menutup ponsel dan melemparkannya. Dia langsung mengacak-acak baju di dalam lemari.

RIRI

On the way ke lemari. Lagian si Jay itu nggak mikir apa kalau kemarin kita gawe sampai tengah malam. Kenapa juga harus minta jadwal wawancara di Pagi hari? Itu sama saja kayak bunuh diri!

(Riri berucap sambil terus mengubrak-abrik isi lemari)

RIRI

Mana dia bilang kalau penampilan gue harus rapi hari ini. Katanya nanti biar Anggota Dewannya mau diwawancara. Ah sialan! Mana lagi kemeja putih keberuntungan gue?

(Riri masih jongkok mencari baju di lemari)

Tiba-tiba Bu Haryati membuka pintu kamar Riri sambil menjinjing kemeja di tangannya.

BU HARYATI

Riri ...

(Bu Haryati memanggil Riri sambil bersandar ke pintu kamar dengan tangan lainnya menenteng kemeja, tetapi Riri tidak mendengarkan panggilannya)

BU HARYATI

Riri!

(Bu Haryati sedikit berteriak)

RIRI

Apa sih Bun? Nggak ngerti apa anaknya hampir dibunuh si Jay?

Bu Haryati langsung masuk ke dalam kamar dengan wajah kaget mendengar Jay akan membunuh Riri. Terus dia masuk kamar dan berdiri di belakang Riri yang masih menunduk dan mencari baju di dalam lemarinya.

BU HARYATI

Si Jay bilang begitu! Berani-beraninya dia mengancam anak Bunda! Bilang sama dia! Berani menyentuh anak Bunda, dia tidak akan makan semur jengkol bikinan Bunda lagi!

RIRI

Apaan sih Bun? Pagi-pagi udah ngomelin anak orang.

BU HARYATI

Lagian kamu ngapain sih di situ? Bukannya cepetan mandi!

RIRI

Lagi nyari kemeja keberuntungan.

BU HARYATI

Maksud kamu kemeja ini?

Riri langsung terdiam sejenak terus mengeluarkan dirinya dari lemari. Riri perlahan melirik ke arah Bu Haryati yang sedang menatapnya dengan kesal sambil menenteng kemeja.

RIRI

Kenapa nggak bilang dari tadi kalau kemejanya ada di Bunda?

BU HARYATI

Kenapa kamu juga tidak menanyakan kemeja ini ke Bunda?

(Riri langsung berdiri dan meraih kemejanya. Dia langsung segera masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan Bu Haryati yang masih berdiri kesal)

CLOSE UP: WAJAH KESAL BU HARYATI.

BU HARYATI

Sama-sama. Apa susahnya bilang terima kasih yak?

Kepala Riri langsung keluar sebagian dari kamar mandi dengan sikat gigi di mulutnya.

RIRI

Terima kasih, Bunda sayang!

Bu Haryati memperlihatkan wajah yang kesal dengan lirikan mata agak ke atas terus meninggalkan kamar Riri.

CUT TO BACK

4.INT. KAMAR TIDUR RIRI-PAGI

Riri keluar dari kamar mandi sudah lengkap memakai kemeja dan celana kulot sambil mencoba mengeringkan rambutnya dengan handuk. Riri duduk di depan meja rias, menyisir rambut, mengeringkan rambut, dan berusaha merias wajahnya.

TALKING HEAD RIRI SURYANINGRAT

Namaku Riri Suryaningrat. Aku seorang jurnalis. Tak ada jam kerja di dalam pekerjaanku. Dan di mana pun ada kejadian, kecelakaan, pembunuhan, perampokan, pencurian, bahkan pembuangan bayi, aku harus ada di situ. Aku rela lari, loncat, dan beberapa kali kehilangan sepatu demi pekerjaan ini. Oleh karena itu kali ini aku harus bisa menerima penghargaan "The Best Journalist". Aku tidak akan membuat sepatuku hilang sia-sia! Harus!

Saat detik terakhir, Riri diam sejenak sambil menatap cermin. Dengan tatapan yang meyakinkan, baru Riri berucap: Harus!

CUT TO:

5. EXT. GARASI RUMAH RIRI- PUKUL 10

Riri sedikit terburu-buru memasukkan beberapa bajunya ke dalam mobil dan menutup mobilnya dengan tergesa-gesa. Dia juga langsung masuk ke dalam mobil. Bu Haryati dan Pak Joko keluar dari rumahnya mendekati mobil Riri.

BU HARYATI

Ri, ini bekal sarapannya!

(sambil memberikan satu kotak makanan lewat jendela mobil)

RIRI

Doakan aku ya Bun!

(Riri sudah di dalam mobil bersiap menyetir)

BU HARYATI

Iya, Bunda doakan semoga sukses dan semoga cepat bertemu jodoh.

RIRI

Bukan itu! Doakan Riri bisa menyabet penghargaan The Best Journalist.

Riri menyimpan kotak makanannya di kursi sampingnya terus meraih tangan Bunda dan menciumnya. Lalu Riri menyalakan mesin mobilnya kemudian melempar senyum kepada Bundanya yang masih berdiri di samping jendela mobil sambil memperhatikan Riri.

RIRI

Doakan ya Bun!

Pak Joko yang dari tadi menunggu di dekat pintu pagar langsung membuka pagar rumah. Riri menghentikan laju mobilnya tepat di samping Pak Joko. Dia lalu meraih tangan Pak Joko.

RIRI

Makasih banyak ya, Beh!

PAK JOKO

Hati-hati ya Nak! Jangan berhenti kalau ada yang ngikutin kamu! Sekarang banyak orang hilang apalagi pekerjaan jurnalis itu terkadang lebih berbahaya dari Polisi.

Riri

Iye ... iye … Beh. Makasih ya Beh!

Riri langsung melaju keluar rumah. Pak Joko menutup pagar dan menemui Bu Haryati yang masih menatap keluar.

PAK JOKO

Nggak kerasa ya Bun. Anak itu sudah besar.

BU HARYATI

Iya, Beh. Sampai sekarang Bunda masih menyimpan baju dan fotonya yang dulu. Bunda ingat betul dulu dia menangis terus-terusan.

(Bu Haryati menghela napas lalu menunduk)

PAK JOKO

Sudahlah Bun, yang penting sekarang anaknya terlihat bahagia. Dia juga sudah melupakan foto itu.

Pak Joko langsung merangkul Bu Haryati dan menggiringnya masuk ke dalam rumah.

CUT TO:

6. INT. DI DALAM MOBIL RIRI

Riri menyetir dan berusaha menyalakan radio dengan volume yang lumayan keras. Dia bernyanyi sambil berteriak-teriak sampai suara ponselnya berbunyi. Riri meraih ponselnya sambil terus menyetir.

RIRI

Apaan sih ini si Jay? Pasti dia bakal ngomel-ngomel. Angkat jangan ya? Ah bodo amat!

Riri menutup teleponnya dan terus bernyanyi, tetapi ponselnya terus saja berdering.

RIRI

Ada apa lagi sih ini anak? Jay ... Jay, elu paling nggak bisa nunggu dikit, terus nggak bisa dicuekin. Kayak cewek mau PMS aja! Pantas saja sih elu jomblo terus!

Riri langsung mengangkat telepon dari Jay.

INTERCUT

7. EXT. GEDUNG DEWAN KEHORMATAN

JAY 

Ri, elu udah sampai mana? Masa iya nggak nyampe-nyampe dari tadi?

RIRI

Gue udah bilang, on the way!

JAY 

Udah elu balik kanan aja!

RIRI

Emangnya kenapa?

JAY

Pak Wisnunya juga sudah pergi. Tadi sekretarisnya bilang, kita bikin janji lagi di lain hari. Lagian elu dari mana sih? Dari tadi otw tapi nggak nyampe-nyampe. Apa rumah elu di Zimbabwe!

RIRI

Yah, Zay! Sorry banget! Ya sudah nanti gue yang hubungi sekretarisnya ya. Lagian elu rajin amet. Semalem kan kita baru liputan sampai tengah malam. Kaki gue pegel banget jadi putri tidur ini perlu hibernasi lebih lama.

JAY

Ah, elu mah bukan puteri tidur, tapi beruang kutub. By the way, elu tahu nggak kalau Si Dadan menghilang setelah membuat liputan tentang berita korupsi.

RIRI

Oh ya? Serius elu? Kapan? 

JAY

Teman-teman masih mencarinya sih sampai sekarang. Ponselnya nggak bisa dihubungi sampai siang ini.

RIRI

Ya ampun, ngeri juga ya! Memang benar sih, pekerjaan kita sekarang beresiko banget. Seharusnya gaji kita itu naik, Jay!

JAY

Kalau elu berani bilang sama Bos sih, gue dukung!

RIRI

Kagak lah … bunuh diri itu namanya!

JAY

Elu hati-hati ya! Siapa tahu ada yang membuntuti elu sekarang!

Wajah Riri langsung berubah menjadi sedikit ketakutan. Riri kemudian sadar kalau ada yang membuntutinya dari tadi. Riri terus menyetir sambil sesekali melihat spion mobilnya.

RIRI

Jay, ada Polisi yang membuntuti gue!

JAY

Elu nggak pakai sabuk pengaman kali!

RIRI

Gue itu pengemudi yang baik jadi pasti sudah menjalankan segala aturan.

JAY

Muka elu kali kayak penjahat.

RIRI

Sialan!

Polisi itu terlihat memukul kaca jendela Riri dan memintanya untuk berhenti.

RIRI

Jay, gue diberhentiin!

JAY

Elu ada salah apa, Ri?

RIRI

Mana gue tahu?

JAY

Ya sudah berhenti dulu aja. Apa mungkin karena elu nyetir sambil nelepon?

RIRI

Ah elu sih, Jay! Tapi kata Babeh gue kalau diberhentiin, jangan berhenti katanya!

JAY

Jangan bego ah! Entar yang ada elu malah ditangkap karena melawan hukum. 

Riri langsung menutup teleponnya dan menghentikan laju mobilnya. Wajahnya berubah menjadi cemas sambil terus memandang Polisi yang kini turun dari motornya dan mendekatinya.

CUT BLACK:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar