Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
Suka
Favorit
Bagikan
3. Scene 10 - 14

10.     INT. RUANG KELAS BINAR – PAGI

Binar berjalan masuk ke ruang kelas menuju bangkunya. Binar mengambil sebungkus coklat batang di mejanya lalu ia bolak-balik. Close up wajah Binar yang mengerutkan alis bingung.

WULAN:

(Tiba-tiba sudah masuk ke kelas tanpa disadari Binar)

Ciee, dari siapa tuh?

BINAR:

(Kaget)

Nggak tahu, udah disini dari tadi.

WULAN:

Ada suratnya tuh!

BINAR:

(Mengambil kertas di bawah bungkus coklat dan membacanya)

Antares? Emang ada ya yang namanya Antares di sekolah kita?

WULAN:

(Ekspresi polos)

Hmm ... ada!

Mungkin, hehe.

Binar memutar bola mata dan menaruh coklat ke laci lalu duduk di kursinya.

WULAN:

Eh Bi, tugas Biologi Bu Mita udah belum?

Nyontek dong, hehe.

BINAR:

(Mendengus)

Tugas dari satu minggu yang lalu juga, ngapain aja di rumah?

Nih! (Memberikan buku ke Wulan)

WULAN:

Nontonin video Irgi lah, apa lagi?

Kemaren aku udah niat banget ngerjain, tapi Irgi live YouTube kan sayang kalo nggak dilihat.

Udah nonton video klip lagu barunya belum, Bi?

BINAR:

Nggak tertarik.

Lagian segitu ngefans-nya sama Youtuber newbie sok ngartis itu?

Sombong gitu!

Ngefans tuh sama Tulus atau Kunto Aji kek Lan?!

WULAN:

Irgi nggak sombong tahu, tapi cool! Hehe.

Tipe cowok yang bikin melting jaman sekarang, irit ngomong.

BINAR:

(Cuek) Ya, ya, ya. Terserahmu, Lan!

WULAN:

Ah, susah emang. Kamu mah udah kepincut sama Najandra.

(Binar spontan memukul lengan Wulan dengan buku, Wulan tertawa keras)

BINAR:

Kerjain tuh PR-mu, keburu masuk.

WULAN:

Tapi emang bener, kan, kamu kepincutnya cuma sama Najandra?! (Tertawa lagi)

BINAR:

Ah rese, Lan! Bodo amat.

Beberapa menit, bel masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke kelas disusul Bu Mita.

WULAN:

Mampus, Bi! Belum selesai ngerjain lagi!

(Binar menahan tawa sambil mengangkat kedua bahunya)

CUT TO:

11.     INT. KANTIN – PAGI AGAK SIANG

Long shot suasana kantin yang tidak terlalu ramai. Close up penjual somay yang sedang mengabil somay dari panci.

WULAN: (OS)

Untung tadi Bu Mita lupa kalau ada PR, Bi. Nggak kena hukum deh!

BINAR: (OS)

Jangan di kebiasain. Kewajiban, tuh!

WULAN: (OS)

Yaa, sorry. Sebagai balas jasa aku traktir somay nih!

BINAR: (OS)

Dih apaan balas jasa?! (Suara tawa mereka berdua)

Shot Binar dan Wulan memasuki kantin, Wulan menunjuk meja di tengah kantin yang kosong. Binar dan Wulan duduk di kursi kantin yang kosong itu.

BINAR:

Aku pesen somay dulu deh! (Diangguki oleh Wulan, kemudian Binar berjalan ke penjual somay)

BINAR/IRGI:

Somay dua porsi, Mang! (Binar menoleh ke samping dan Irgi juga, saling tatap beberapa detik. Irgi tersenyum singkat kemudian memutus tatapan lebih dulu)

Tukang somay menyajikan dua porsi somay, kemudian diambil Irgi dan ia berlalu begitu saja menuju meja teman-temannya. Binar sempat memperhatikan Irgi sebentar lalu mengambil dua piring somay yang disajikan tukang somay, kemudian kembali ke meja kantin. Binar memakan somay, kemudian melihat Kirana dan Dirga masuk kantin Cuma membeli minuman. Binar tidak menyapa Kirana karena posisinya yang jauh dan hanya tersenyum saja. Sedangkan Kirana tidak melihat Binar.

CUT TO:

12.     INT. PANTI ASUHAN – SORE

Close up tangan Kirana yang menjahit dengan mesin jahit, move to Binar yang duduk di tikar sambil memasang kancing baju jahitan.

BINAR:

Lintang, mana jarumnya?

LINTANG (12 Th):

Ini, Teh! (Menyerahkan jarum yang sudah dimasukkan benang)

BINAR:

Sip, makasih ya!

(Lintang meninggalkan ruangan dan kembali bermain dengan anak panti lainnya. Binar melihat ke arah jam dinding yang sudah pukul 5 sore, kemudian menoleh ke arah Kirana)

Naj tadi nganter jahitan ke mana, An?

KIRANA:

(Terus fokus menjahit)

Kayaknya tempat bu lurah.

SOUND EFFECT: Suara vespa memasuki halaman panti asuhan.

Binar buru-buru membereskan baju-baju yang sudah ia pasang kancing, melipatnya dan ditaruh di meja. Najandra masuk dan memberi isyarat “AYO” ke Binar dengan tangan.

BINAR:

An,

Aku dan Naj mau lihat senja di dermaga. Mau ikut?

KIRANA:

(Diam sejenak)

Kalian aja, ya? (senyum)

BINAR:

(Berdecak) Ya udah deh, kamu kan sukanya hujan!

Pergi dulu ya, An!

KIRANA:

Iya, hati-hati ya kalian.

Binar melambaikan tangan kemudian keluar bersama Najandra.

CUT TO:

13.     EXT. DERMAGA SEBUAH DANAU – PETANG

Vespa berhenti, Binar dan Najandra langsung turun dari vespa dan menuju ke dermaga. Long sot pemandangan senja di danau. Binar dan Najandra berjalan dampingan lalu duduk di ujung dermaga, keduanya memandang lurus ke depan. Hening beberapa saat.

NAJANDRA:

Bi, menurutmu senja itu apa?

BINAR:

(Menoleh ke arah Naj) Ketenangan, keindahan, atau mungkin kedamaian. Nggak tahu pasti, Naj, sama kayak kamu yang menjadikan aurora cahayamu, aku menjadikan senja cahayaku.

NAJANDRA:

(Menghela napas, masih menatap ke depan dengan pandangan kosong)

Bagiku, senja adalah ayahku.

Aku selalu menanti waktu untuk bisa bertemu dengan ayah seperti aku menanti waktu senja, walau kadang penantian itu tak berujung temu. Aku juga suka hujan karena sudah kuanggap sebagai ibuku. Aku nggak tahu kenapa setiap hujan turun terasa menenangkan, rasanya seperti aku sedang dikunjungi ibuku sendiri. Aku selalu ingin menikmati senja dan hujan dalam waktu yang sama, tapi itu nggak pernah terjadi. Senja tak begitu jingga saat hujan turun atau bahkan nggak ada, keduanya seolah memang tak ditakdirkan bersama atau ... tak ingin bersama. Begitupun dengan ayah dan ibuku.

BINAR:

Naj –

NAJANDRA:

Bi, apa kita kesalahan semesta?

Kita terlahir dengan orang tua, tapi kenapa tumbuh tidak dengan mereka?

BINAR:

(Mata berkaca-kaca, menunduk)

Aku nggak tahu, Naj.

Aku juga nggak punya jawabannya.

Karena kita sedang mempertanyakan hal yang sama.

CUT TO:

5.     EXT. ATAP PANTI ASUHAN – MALAM

BINAR:

(Duduk di atas genting sambil memandang bintang-bintang di langit dengan kosong, merenung)

Ibu, Binar kangen!

MONTAGE: Flasback Binar umur 12 tahun yang menjerit ketika melihat ibunya gantung diri di pojok kamar, ia menangis sambil menggoyang tubuh kaku ibunya.

BINAR:

Enak kali ya tinggal di langit? Ibu pasti betah, makanya nggak kangen Binar.

NAJANDRA:

(Menaiki tangga besi) Ibu kangen, kok.

BINAR:

Naj?!

NAJANDRA:

(Duduk di atap genting seperti Binar, kemudian menunjuk bintang di langit)

Bintang terang yang berkedip itu, pasti ibumu.

Ada yang bilang kalau bintang yang berkedip itu adalah wujud rindu dari seseorang yang udah pergi untuk kita.

BINAR:

Kata siapa?

NAJANDRA:

Najandra lah! Hahaha. (Binar ikut tersenyum)

Ngapain sih di sini? Dingin gini.

Turun yuk, dicari bunda tu di bawah!

Binar menghirup napas dalam-dalam, kemudian tersenyum, mengangguk, dan ikut turun ke bawah bersama Najandra.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar